Mengucap Syukur Dalam Segala Perkara
Bicara mengenai mengucap syukur adalah hal yang gampang-gampang susah. Gampang jika kita mengucap syukur pada saat kita memperoleh apa yang kita inginkan atau saat mengalami sukacita. Ketika kita mendapat promosi jabatan, membeli barang baru, segala sesuatunya berjalan sesuai harapan tentunya mengucap syukur bukanlah perkara sukar. Mengucap syukur akan menjadi sesuatu yang sulit ketika kita mengalami banyak masalah, pergumulan hidup yang begitu berat, kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan kita alami. Termasuk saat menghadapi pandemi Covid-19 ini. Pekerjaan dan ekonomi keluarga terganggu, banyak rencana yang harus dibatalkan, hingga keresahan saat kita melihat kondisi lingkungan di sekitar kita. Dapatkah kita mengucap syukur dalam segala perkara?
Soal bersyukur, saya ingat kembali saat saya masih berpacaran dengan Bertha dahulu. Kami berkomitmen untuk bergantian menyampaikan hal-hal yang kami syukuri setiap hari. Awalnya memang sulit, namun seiring berjalannya waktu, kami jadi terbiasa untuk menyampaikan ucapan syukur setiap hari. Ketika hati kita bahagia, ketika hati kita sedih, mengucap syukurlah dalam segala hal. Mengapa kita perlu mengucap syukur?
1. Karena mengucap syukur adalah kehendak Allah
Mengucap syukur bukan kehendak teman kita, namun kehendak Allah di dalam Kristus Yesus. Seperti yang disampaikan Paulus kepada jemaat di Tesalonika, ““Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” I Tesalonika 5:18.” Tuhan mau kita sebagai Anak Tuhan untuk mengucap syukur dalam segala hal. Ketika kita mengucap syukur, kita melakukan kehendak Allah.
2. Mengucap syukur adalah kunci kebahagiaan
Kekayaan tidak dapat memberi kita kebahagiaan, begitu pula dengan jabatan, kepandaian, kekuatan kita. Jika uang menjadi tolak ukur kebahagiaan. Jika ketenaran dapat menjamin kebahagiaan, tentunya para selebritis tidak ada yang depresi. Kunci kebahagiaan adalah selama kita mensyukuri hidup ini. Mensyukuri apa yang kita miliki. Ketika kita mengucap syukur, kita membuka diri untuk bahagia.
3. Belajar menjadi pribadi yang positif
Orang yang mengucap syukur dalam segala hal adalah orang yang senantiasa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Melihat segala sesuatu pada sisi yang positif akan semakin menguatkan iman kita sekaligus menguatkan langskah kita dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang.
Namun, bagaimana mungkin saya dapat mengucap syukur sedangkan hidup saya sudah sulit. Kondisi yang saya hadapi sekarang ini rasa-rasanya menghambat saya bersyukur. Apa yang harus saya syukuri? Teman-teman bisa merenungkan beberapa hal berikut ini.
1. Ingatlah selalu ada hal untuk disyukuri
Siapapun kita, seberat apapun hari yang kita lalui ingatlah bahwa selalu ada hal untuk disyukuri. Ketika kita masih diberikan kesehatan mengucap syukurlah. Ketika kita bisa mengejar kereta yang akan berangkat, atau tidak terkena hujan bersyukurlah. Saat kita masih bisa makan hari ini dengan nasi dan lauk pauk lengkap, mari kita mengucap syukur. Ketika kita masih memiliki rumah untuk berlindung, teman yang mengasihi kita, bahkan ketika kita masih diberikan nafas kehidupan, mengucap syukurlah. Seberat apapun masalah pergumulan kita selalu ada hal untuk disyukuri.
2. Segala sesuatunya mendatangkan kebaikan
Ada salah satu ayat di Alkitab yang saya sukai, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia”. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita melakukan kehendak-Nya dan dalam hal ini kita mengucap syukur. Ingatlah bahwa Allah selalu merancangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi dia, bagi setiap pribadi yang melakukan kehendak Allah, setiap pribadi yang mengucap syukur. Ketika kita tahu bahwa segala sesuatunya (entah menyenangkan atau tidak) pasti mendatangkan kebaikan, mengapa kita sulit untuk mengucap syukur ?
Mari, kita belakar mengucap syukur di dalam segala perkara. Sebab itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita semua.