Menjadi Kristen Pohon Bambu
Siapa yang tidak mengetahui pohon bambu? Sebagian besar dari kita pasti tahu beragam produk yang dihasilkan dari bambu, mulai dari kerajinan tangan, furnitur atau perkakas rumah, dinding dan kayu penopang atap rumah, bahkan hingga mainan anak-anak dan alat musik. Menurut para arsitektur, komponen bambu di dalam sebuah desain bangunan atau ruangan akan memberikan efek “desa” atau “seperti di desa”–yang memberikan ketentraman dan kenyamanan layaknya tinggal di pedesaan. Dibandingkan dengan kayu, harga bambu jauh lebih murah dan juga lebih mudah didapatkan. Tunas bambu yang masih muda dapat menjadi makanan yang lezat, yang kita kenal sebagai rebung. Kalau saya sedang di rumah, mama sering menggabungkan rebung dengan arsik ikan mas. Rasanya enak sekali!
Pohon bambu ternyata punya banyak keistimewaan. Ia dapat tahan di kondisi cuaca yang luas, di daerah kering maupun sedikit basah. Selain itu, bambu selalu hidup bersama-sama atau di dalam satu kawanan. Ini dapat terjadi karena cara berkembangbiak bambu yang menggunakan tunas. Artinya, tunas akan muncul di dekat akar pohon bambu yang sudah tua. Kelak, tunas itu akan menjadi pohon bambu dewasa juga. Keistimewaan yang dimiliki bambu ketimbang bahan-bahan konstruksi adalah kelenturannya. Ia dapat dilengkungkan sesuai dengan desain yang dibuat. Kayu atau rotan juga bisa dilengkungkan, namun jauh lebih sulit prosesnya. Kelenturan ini juga yang membuat layang-layang menjadi bahan yang begitu baik untuk layangan dan kerajinan anyaman.
Kristen Pohon Bambu
Sesungguhnya sebagai orang Kristen, kita harus menjadi kristen pohon bambu. Kristen pohon bambu di sini berarti orang kristen yang lentur dan mampu menyesuaikan kondisi dalam kondisi apapun. Kali ini mari kita meneladani pohon bambu.
Cerita tentang Putri Bambu terdapat dalam beberapa versi di Jepang, Korea, dan Tiongkok. Budaya di negeri-negeri itu menjunjung tinggi keistimewaan, keindahan, dan kegunaan pohon bambu.
Rahasia ketahanan bambu terhadap angin kencang terletak pada sikapnya. Ketika diterpa badai, pohon-pohon lain berdiri kaku dan tegak seakan-akan menantang kekuatan angin. Akibatnya ranting dan batangnya bisa patah. Sebaliknya, bambu justru merunduk dan menunduk. Bambu membiarkan diri diarahkan oleh tiupan angin sampai termiring-miring. Batang bambu bersifat lentur, yaitu bisa berlekuk atau melengkung. Sifat lentur itu menyebabkan pohon bambu mampu bertahan dalam badai atau topan. Sifat lentur itu mampu memulihkan kembali sikap tegak bambu setelah badai berlalu. Pohon lain berkonfrontasi terhadap angin, padahal bambu beradaptasi.
Agaknya kita bisa belajar dari bambu. Bukankah kita pun bagaikan pohon yang sewaktu-waktu diterpa oleh badai persoalan, kesulitan, dan penderitaan? Apa sikap kita menghadapi terpaan angin kencang? Apa kita menantang dan melawan angin seperti pohon lain? Bisa jadi kita akan patah dan tumbang. Atau kita bersikap lentur seperti pohon bambu, yaitu merunduk dan menunduk dampai termiring-miring sekalipun? Dengan sikap itu kita bisa bertahan dan kemudian pulih kembali. Sifat lentur yaitu berkeluk dan melengkungkan diri adalah rahasia untuk bertahan.
Maukah kita seperti bambu yang mau merunduk dan menunduk menyerahkan setiap masalah kepada Tuhan?
Sumber Gambar : mbakfajriitut.wordpress.com
1 thoughts on “Menjadi Kristen Pohon Bambu”