Merdeka Atau Mati
Bulan kemarin, negara kita, Indonesia genap merayakan ulang tahun yang ke-67. Setelah dijajah sekian lama oleh Belanda selama 350 tahun dilanjutkan oleh Jepang, kita baru benar-benar merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Kita memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yang hingga kini selalu kita peringati setiap tahunnya. Tapi, apakah kita benar-benar telah merdeka? Apakah kita benar-benar telah bebas dari penjajahan? (Persekutuan Besar Siswa Bandung, 08 September 2012)
Makna Merdeka yang Sesungguhnya
Faktanya, hingga kini, ada banyak kasus yang membuat kita sepatutnya berefleksi diri. Kita masih dijajah, bahkan oleh saudara sendiri. Pertikaian dan kerusuhan yang terjadi di daerah Indonesia menjadi bukti bagaimana kita begitu mudah dipecah-belah. Perbedaan pendapat atau sedikit adu domba dapat menghancurkan satu desa di negara ini. Hebat bukan? Belum lagi nyawa anak-anak muda yang melayang sia-sia akibat tawuran pelajar, kekerasan yang dilakukan oleh teman sendiri. Lantas, generasi penerus bangsa ini juga diperhadapkan oleh pelbagai bentuk pornografi, narkoba dan obat-obat terlarang. Lebih dari itu, permasalahan sosial terkait korupsi, kemiskinan, dan masalah kriminalitas juga membuat kita menjadi jalan di tempat di tengah-tengah dunia yang modern ini.
Padahal jelas tertulis, bahwa Allah menciptakan dunia ini dengan indah, baik adanya. Indonesia juga termasuk di dalamnya. Namun, mengapa semuanya dapat terjadi? Mengapa semua masalah ini terus mengepung kita? Jawabannya, adalah karena dosa. Ya, dosa manusia. Dosa Anda dan saya, tanpa kecuali. Ternyata kita juga turut ambil bagian di dalam berbagai masalah di dalam bangsa ini.
Mari kita baca di dalam Efesus 2:1-3,
“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.”
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran (“missing the mark”) dan dosa-dosamu (“slipping”). Kamu hidup di dalam dosa dan pelanggaran itu. Artinya, kita sudah nyaman dan tidak mau lagi meninggalkan dosa-dosa kita selama ini. Sebagai contoh, kita ambil tentang bagaimana seorang pawang dapat menjinakkan gajah. Sejak kecil, kaki gajah tersebut sudah dirantai. Awalnya, pasti dia berontak, di meronta-ronta untuk melepaskan diri. Lama-kelamaan ia malas melakukannya, karena di dalam pikirannya, percuma saja, tokh selama ini aku tetap tidak bisa lepas.
Ukuran badan yang membesar dan kekuatan yang sebenarnya telah cukup untuk melepaskan ikatan itu tidak lantas membuat sang gajah untuk melawan. Ia sudah nyaman. Di dalam pikirannya selalu mengingat usahanya dahulu yang sia-sia. Itulah saat di mana sang gajah telah menjadi jinak. Ia tidak akan pernah lagi melawan.
Kamu mengikuti jalan (“way of life”) dunia ini kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Dosa membuat kita terjebak di dalam pengertian yang salah akan makna sebuah pengampunan—bahwa Yesus harus mati di kayu salib untuk menebus dosa kita—namun kita terus hidup di dalam dosa itu. Kita layak mati dan menerima hukuman kekal berupa neraka akibat semua dosa kita.
Allah Membuat Kita Merdeka dan Bebas
Namun, kisahnya ternyata tidak berhenti di situ. Ada intervensi Allah. Mari kita baca di dalam Efesus 2:4-7,
“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita–oleh kasih karunia kamu diselamatkan–dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.“
Di satu sisi kita memang salah. Kita telah berdosa dan kita layak mendapatkan hukuman. Namun sungguh suatu kebahagiaan bagi kita—setiap orang yang percaya—membaca kata-kata “tetapi Allah.” Kita yang harusnya menerima hukuman akibat dosa digantikan oleh Yesus. Kita belajar, bahwa melalui Kristus, Allah melimpahkan kasih pada kita. Kasih yang begitu besar yang membuat kita menjadi merdeka dan bebas, bersih kembali dari semua dosa-dosa. Kasih yang begitu besar yang memberikan kita kesempatan untuk beroleh kehidupan kekal bersama-Nya. Selain itu, melalui Kristus, Allah juga menghidupkan dan membangkitkan kita. Kita yang telah mati karena dosa kini telah hidup kembali. Maut tidak lagi menguasai kehidupan kita. Kini kita hidup oleh kasih yang ternyatakan melalui salib Kristus. Dan terakhir, melalui Kristus, Allah memberikan kita tempat di sorga. Tempat yang begitu indah dan mulia, di mana kita dapat mengenal Allah seutuhnya.
Kemerdekaan yang telah Allah berikan memang menakjubkan. Namun, ternyata tidak berhenti di situ saja. Setelah merdeka dari belenggu dosa, hidup kita bukan milik kita lagi. Hidup kita menjadi milik Kristus. Itu berarti kita melakukan semua perintah dan rencana Yesus di dalam hidup kita. Kemerdekaan yang seutuhnya hanya dapat kita dapatkan di dalam Yesus. Akuilah semua dosa-dosamu di hadapan-Nya, Ia adalah Tuhan yang penuh dengan kasih, yang akan mengampuni semua dosa-dosa kita, membebaskan kita dari perhambaan dosa, dan memberikan kita hidup kekal bersamanya. Amin.
Selamat menjadi orang merdeka! Tapi jangan mau jadi hamba dosa lagi!
Sumber Gambar : BlogSpot