Nubuatan akan Perjanjian Baru
Allah telah membuat perjanjian bahwa Israel akan menjadi umat pilihan-Nya dan Dia menjadi Allah-Nya. Tapi dalam perjalanan waktu, bangsa Israel mulai melupakan dan meninggalkan perjanjian itu. Mereka tidak lagi mengingat perjanjian dengan Tuhan. Nabi-nabi besar seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel kemudian nabi-nabi kecil Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Habakuk, Mikha dan lainnya dibangkitkan Tuhan untuk mengingatkan kembali Bangsa Israel, namun hasilnya sama. Bangsa Israel sudah terlalu jauh dari Tuhan. Mereka sudah melupakan perjanjian yang diikat oleh nenek moyang mereka dengan Allah. Bangsa Israel telah berpaling dan meninggalkan Tuhan.
Lalu apakah Tuhan Allah habis akal menghadapi umat-Nya ini? Apakah Tuhan Allah lepas tangan dan membiarkan umat-Nya tercerai berai, tersiksa, terlunta-lunta akibat penyiksaan dan penjajahan bangsa lain? Apakah Allah jadi ringan tangan, memberangus dan menghancurkan seluruh umat-Nya? Tidak. Allah tidak melakukan kedua hal di atas. Allah adalah Allah yang setia dan tidak mengingkari perjanjian-Nya. Yang Allah lakukan adalah turun tangan memulihkan umat-Nya. Meskipun perjanjian yang dahulu telah diingkari oleh Bangsa Israel, Allah tetap punya jalan keluar terbaik. Allah membuat PERJANJIAN BARU.
Nubuatan akan Perjanjian Baru
Nubuat akan perjanjian baru ini disampaikan oleh Nabi Yeremia bersamaan dengan janji Allah untuk memulihkan Israel (kisahnya terdapat dalam Yeremia 30-31).
Sebab, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan memulihkan keadaan umat-Ku Israel dan Yehuda–firman TUHAN–dan Aku akan mengembalikan mereka ke negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyang mereka, dan mereka akan memilikinya (Yeremia 30:3).
Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka (Yeremia 31:31-34).
Dalam terjemahan bahasa Inggris, kata “perjanjian” tidak menggunakan “promise“, tapi “covenant“. Covenant ini lebih menitikberatkan akan perjanjian yang lebih dalam antara Allah dan manusia.
“The days are coming,” declares the Lord, “when I will make a new covenant with the people of Israel and with the people of Judah. It will not be like the covenant I made with their ancestors when I took them by the hand to lead them out of Egypt, because they broke my covenant, though I was a husband to them,” declares the Lord. “This is the covenant I will make with the people of Israel after that time,” declares the Lord. “I will put my law in their minds and write it on their hearts. I will be their God, and they will be my people. No longer will they teach their neighbor, or say to one another, ‘Know the Lord,’ because they will all know me, from the least of them to the greatest,” declares the Lord. “For I will forgive their wickedness and will remember their sins no more.” (Jeremiah 31:31-34, NIV)
Dalam perjanjian legal, kalau salah satu pihak melanggarnya, maka perjanjian akan dianggap batal dan pihak yang melanggar juga akan diperingati dan harus membayar ganti rugi. Dan untuk ke depannya, kedua pihak tidak bisa lagi melakukan perjanjian yang sama. Dalam kisah asal muasal Danau Toba pun serupa. Saat si pemuda mengingkari janjinya kepada istrinya, perjanjian pun batal, dan si pemuda harus menanggung akibatnya. Istri dan anaknya hilang, rumah dan tanah sekelilingnya pun musnah terendam air.
Tapi berbeda dengan perjanjian yang difirmankan Allah. Meskipun umat-Nya tidak setia dan melanggar perjanjian, Allah tetap setia. Allah tidak murka lalu tidak mau lagi mengikat perjanjian. Allah juga tidak menuntut ganti rugi dari manusia. Allah telah menunjukkan kesetiaan-Nya bagi kita. Melalui para nabi, dinubuatkan bahwa akan datang waktunya saat Allah mengadakan perjanjian baru dengan umat-Nya. Perjanjian baru yang kekal abadi.
Artikel dalam Satu Bagian:
1. Mengunjungi Danau Toba
2. Asal Usul Danau Toba
3. Perjanjian Allah Dengan Umat-Nya
4. Nubuatan akan Perjanjian Baru
5. Yesus Menggenapkan Perjanjian Baru
Sumber Gambar : BlogSpot