Payung Seorang Teman
Beberapa waktu lalu, saat pulang sekolah bersama teman saya kehujanan. Hujan begitu deras samapai saya menggigil sampai di rumah. Saya beristirahat sejenak dan pikiran saya melanglang jauh ke belakang.
Tahun-tahun di sekolah dasar (SD) saya lewati dengan berat. Saya dan abang sering berjalan kaki saat kami pulang sekolah. Sangat berat, apalagi saya masih kecil, masih SD, dan jarak rumah ke sekolah cukup jauh. Pernah suatu kali hujan deras turun saat kami berada di tengah jalan. Mau kembali ke sekolah tanggung. Mau langsung ke rumah, kami pasti kebasahan. Akhirnya, kami berteduh di sebuah warung kecil. Cuaca begitu buruk. Halilintar bersahut-sahutan. Hujan amat deras. Udara begitu dingin. Kami berdua begitu kepayahan untuk bertahan dalam hujan ini. Kami begitu tersiksa. Kami hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Tiba-tiba seorang teman melintas bersama dengan mamanya. Dia memegang satu paying, begitu pula mamanya. Payung yang cukup besar. Melihat kami di pinggir jalan, dia menghampiri kami dan meminjamkan payungnya untuk kami. Akhirnya kami bisa sampai di rumah dengan tidak kebasahan. Ini karena payung seorang teman.
Begitu pula Allah, Dia tidak mau saya tersiksa. Dia tidak mau kamu tersiksa. Oleh karena itu, Dia turun ke dalam dunia dalam rupa Yesus untuk menyelamatkan. Dia mau melepaskan segala ikatan dosa yang menyiksa saya. Dia mau membebaskan saya. Dengan apa? Dia mau dirinya tersiksa agar kita bebas dari siksaan. Bebas dari dosa. (Kis 3:16)