Respons Atas Anugerah Allah Part 2
Revolusi Allah juga seharusnya mempengaruhi cara pandang kita pada “orang-orang yang berbeda”. Di dunia yang semakin jahat dan moral yang sudah amburadul, beberapa orang Kristen malah bersikap keras, sikap tanpa kasih. Sikap mereka malah lebih mirip dengan apa yang terjadi di Perjanjian Lama.
Respons Atas Anugerah Allah : Mengasihi Sesama
Sedikit saya menceritakan pengalaman saya. Di suatu hari minggu di bulan Juli lalu, saya dan teman-teman pergi ke acara barbecue party sepulang gereja. Acara tersebut ditujukan pada orang-orang Batak yang tinggal di Jepang. Karena ada pelayanan di gereja, kami akhirnya datang terlambat dan sedikit mengikuti acaranya. Singkat cerita hari telah mulai gelap, malam tiba. Kami semua kemudian merapikan peralatan-peralatan dan kemudian membawanya kembali pulang. Pulang dari acara barbecue, ternyata ada acara karokean bareng. Karena saya ada internship keesokan harinya, saya menolak dengan halus. Dua orang teman yang bersama dari gereja pun menolak karena ada pekerjaan esok hari.
Kami pun berpisah. Yang mau pergi karokean ke arah kiri, dan kami yang menolak ke arah sebaliknya. Dalam perjalanan ke Eki (stasiun) terdekat, seorang teman saya berkata, “Ah mereka ngakunya Batak Kristen. Tapi kagak pernah tuh muncul di gereja.” Teman yang lain menambahkan, “Kalau karokean mah bisa sampai pagi. Itu mah bukannya kudus, tapi kudis.” Saya yang mendengarnya langsung saja menyahut, “Mungkin tempat tinggalnya jauh dari Tokyo. Makanya gerejanya gak bareng. Siapa tahu mereka gereja di tempat lainnya,” jawab saya. Teman saya kemudian menyahut, “Gue mah gak suka sama orang-orang kayak gitu. Pas hari libur karokean. Itu mah pasti mabuk-mabukan sampai pagi.” Mendengar perkataan itu, saya langsung teringat dengan perkataan Johannes, teman SMA saya dulu dan menyampaikannya pada mereka, “Kita boleh tidak suka sama tindakan atau kebiasaannya, tapi jangan sama orangnya. Mereka perlu perhatian kita. Mereka perlu ajakan orang untuk kembali ke yang benar,” jawab saya. Kedua teman saya terdiam dan karena kami harus berpisah, akhirnya perbincangan itu berakhir.
Ya, banyak dari kita orang-orang percaya yang tampil seperti hakim. Menilai ini salah, itu salah, yang ini benar. Yang salah harus dihindari, dijauhi, dibasmi. Ibaratnya seperti semprotan serangga. “Lihat ada yang gak beres di sana. Ada tanda-tanda setan. Cepat semprot! Matikan!”
Orang Kristen harusnya seperti parfum. Setetes parfum bisa mengharumkan seluruh ruangan. Orang Kristen memang tidak bisa mengubah keadaan dunia langsung, tapi seperti parfum, kehadirannya bisa mengubah suasana, menetralisir dendam dan amarah, menghilangkan kebencian.
Seperti Yesus yang datang bagi “orang-orang berbeda”, kita juga harus muncul sebagai agen-agen anugerah Allah. Yesus tidak pernah kompromi terhadap setan dan dosa, tapi Dia juga mau membuka tangannya, menerima dan mengampuni orang berdosa yang kembali kepada-Nya.
Bagaimana pandangan kita terhadap mereka, “orang-orang yang berbeda” itu? Seperti perkataan teman saya, Johannes, “Bencilah perbuatannya, tapi jangan benci orangnya”. Ya, mereka perlu kasih Allah. Inilah respon atas anugerah Allah yang bisa kita lakukan.
Maukah teman-teman memberitakannya?
Artikel dalam Tema yang Sama :
1. Kenapa Haram? Part 1
2. Kenapa Haram? Part 2
3. Haram dan Tidak Haram Menurut Perjanjian Baru
4. Haram : Larangan Bagi yang Cacat
5. Revolusi Anugerah Allah
6. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 1
7. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 2
8. Kabar Baik Bagi Dunia
9. Respons Atas Anugerah Allah Part 1
10. Respons Atas Anugerah Allah Part 2
11. Respons Atas Anugerah Allah Part 3
Sumber Gambar : BlogSpot