Saat Kita Dipanggil untuk Memimpin-2
Baca sebelumnya : Saat Kita Dipanggil untuk Memimpin dan Merasa Tidak Mampu Part 1
Musa menghadapi berbagai kesulitan besar lainnya dalam kepemimpinannya. Salah satu kekhawatirannya yang terbesar adalah bahwa bangsanya dan Firaun akan mengabaikannya. Sebagai jawaban, Allah memberi Musa kemampuan melakukan mukjizat-mukjizat besar: air menjadi darah, penyakit sampar, nyamuk, dan tulah-tulah dahsyat lainnya termasuk juga saat ia membelah laut merah.
“Apa yang harus kulakukan?” Musa berulang kali bertanya kepada Allah. Berulang kali juga, Allah menjawab secara langsung dan memberikan petunjuk kepada Musa. Sepanjang perjalanannya yang sulit ini, ia selalu bersandar kepada Allah sebagai pemandu dan sumber kekuatannya.
Para pemimpin sering dikritik atau diabaikan, begitu pula dengan Musa. Reaksi negatif itu mungkin terjadi saat para pemimpin melakukan apa yang dengan tulus mereka yakini sebagai sesuatu yang benar. Mungkin kepedihan yang ditimbulkan terasa lebih menyakitkan karena mereka memerhatikan orang lain dan berusaha sekuat tenaga melakukan seusatu yang menurut mereka akan bermanfaat bagi setiap orang. Pada saat-saat seperti itulah saat-saat kritis untuk bertahan. Meeskipun Musa memiliki hubungan yang dekat dengan Allah, namun itu tidak serta merta membuat segalanya menjadi mudah. Ia terus saja menghadapi tantangan dan kesulitan, tuduhan dan abaian. Pemimpin yang kuat akan setia menderita baik pada masa terbaik maupun yang terburuk.
Saat Kita Dipanggil Untuk Memimpin
Kita juga dapat meneladani Jimmy Carter, yang sebagaimana Musa telah dikritik habis-habisan sebagai seorang pemimpin. Ia terutama ditolak rakyatnya untuk masa jabatannya yang kedua. Ia bekerja untuk menyelesaikan masalah nuklir dengan Korea Utara, menghasilkan gencatan senjata di Sudan dan Bosnia, mendirikan Carter Center agar orang dapat berkumpul dan menyelesaikan konflik. Carter memberikan contoh persuasif sebagai manusia yang penuh kekurangan namun istimewa, yang cukup peduli terhadap rakyatnya sehingga dapat memberikan kepemimpinan yang penting melalui cara hidupnya.
Carter telah menerima banyak sekali kritik dan keluhan dari orang lain. Banyak orang yang tidak menganggapnya. Namun, dalam perjalanannya ia terus bertahan, tetap setia pada Allah yang ia percayai. Dan saya yakin, kontribusi kepemimpinannya yang terbesar–sebagaimana Musa–terdapat dalam cara hidupnya: ia menjadi teladan bagi rakyatnya.
Musa meninggalkan jejak kepemimpinan yang mengejutkan dan menarik. Ia adalah seorang pemimpin yang menyatakan bahwa dirinya tidak cocok untuk memimpin. Meskipun begitu, ia menerima tantangan panggilan Allah. Begitu banyak tantangan dan pergumulan yang ia hadapi, jalannya seolah-olah begitu terjal, namun Musa telah menjadi pemimpin besar yang dikenal sepanjang sejarah.