Saat Pertolongan Tuhan Seperti Terhalang
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering diperhadapkan oleh masalah pelik (sulit dan genting). Atau berada dalam situasi di mana kita merasa begitu terpojok dan tidak berdaya lagi. Ada kisah suami dan istri yang sudah bertahun-tahun menikah namun belum memperoleh keturunan. Mereka kemudian memperoleh kabar dari dokter bahwa mereka tidak mungkin punya anak. Juga orangtua yang kehilangan anak karena dibawa pergi oleh pembantunya sendiri. Ada seorang remaja putri yang merasa masa depannya sudah hancur karena ia hamil di luar nikah, dan kini pacarnya menghilang entah ke mana. Dan ada juga kisah seorang pemilik usaha yang berharap bisa memperoleh pinjaman untuk menyelamatkan usahanya. Kita tidak bisa melakukan apa-apa, dan hanya berharap Tuhan melakukan sesuatu. Kita berdoa dan terus berdoa supaya Tuhan bisa meloloskan kita dari masalah atau situasi sulit ini.
Tiba-tiba muncul secercah harapan. Tuhan seperti menunjukkan jalan dan solusi dari masalah kita. Suami istri tadi memperoleh kontak seorang dokter kandungan yang bisa membantu orang-orang yang lama tidak mempunyai anak dengan terapi dan pengobatannya. Orangtua yang anaknya diculik tadi juga memperoleh kabar dari polisi bahwa posisi anaknya sudah diketahui dan masih berada di kota yang sama. Dan juga pemilik usaha yang membutuhkan pinjaman bertemu dengan teman lamanya yang siap membantu. Tuhan seperti mendengarkan doa-doa yang kita panjatkan. Kita senang dan bersyukur kepada Tuhan. Kita gembira dan bersukacita karena Tuhan meloloskan kita dari keadaan sulit ini.
Namun, tiba-tiba semua harapan dan jalan keluar yang sudah terlihat itu hilang tidak berbekas. Dokter kandungan itu ternyata sudah meninggal dunia. Anak yang diculit ternyata sudah dibawa kabur dengan kereta ke kota lain yang jauh. Dan juga teman yang sekiranya akan meminjamkan uang tadi anaknya malah kecelakaan dan membutuhkan banyak biaya untuk operasi.
Ah, kenapa Tuhan tega? Apa maksud Tuhan dari semua ini? Mengapa pertolongan Tuhan seperti terhalang?
Apa ada dosa dan kesalahan yang kami lakukan? Yang tidak menyenangkan hati Tuhan?
Lantas kenapa Tuhan mengagalkan harapan kami? Apakah Tuhan tidak mendengarkan keluhan kami?
Ah Tuhan jahat! Tuhan tega! Apa salahnya kami diberikan keturunan? Mengapa anak teman saya malah kecelakaan? Dan mengapa polisi tidak bergerak cepat menangkap penculik itu sebelum ia kabur dan membawa anak kami?
Saat Pertolongan Tuhan Seperti Terhalang
Mungkin kisah-kisah itu terlalu ekstrem atau belum pernah kita rasakan. Namun, saya mengajak para pembaca untuk merenung sejenak: Apakah ada saat-saat di mana kita begitu berharap pertolongan Tuhan namun sepertinya Tuhan malah mengabaikan kita?
Kisah Yairus di dalam Perjanjian Baru mengingatkan saya akan apa yang kita bahas ini. Yairus adalah seorang kepala rumah ibadat. Saat itu, Yairus menghadapi masalah yang amat pelik, anak perempuan satu-satunya sakit dan hampir mati. Anaknya sudah dalam keadaan kritis. Yairus berada di dalam posisi yang sulit: memilih untuk tetap tinggal bersama dengan anaknya di saat-saat terakhir hidupnya atau meninggalkan anaknya untuk mencari Yesus, dan berharap Yesus datang dan menyembuhkan anaknya. Bisa bayangkan bagaimana pergolakan hati Yairus?
Mungkin istri atau sanak saudaranya berkata, udah kamu di rumah saja, habiskan waktu bersama dengan anakmu di saat-saat terakhir hidupnya.
Ada juga yang berujar, apa ada jaminan Yesus bisa datang dan menyembuhkan anakmu? Bagaimana jika anakmu sudah mati? Dan kamu tidak bersamanya?
Yairus harus memilih. Ia memilih untuk mencari Yesus dan berharap Yesus mau datang dan menyembuhkan anaknya. Ia berpacu dengan waktu, jangan sampai anaknya terlambat memperoleh pertolongan dan keburu meninggal. Masalah baru muncul, Yesus tidak diam dalam satu tempat. Ia terus berjalan berkeliling kota-kota dan mengajar orang banyak. Ke mana Yairus harus mencari Yesus? Ke Galilea? Atau ke Danau Tiberias? Atau di Yerusalem? Tempat-tempat itu terus bergejolak di dalam otak Yairus. Ia terus mempercepat langkahnya berkeliling dan mencari Yesus, sambil berharap anaknya masih bisa diselamatkan.
Tiba-tiba harapan itu terwujud. Meskipun harus berkeliling sebentar, Yairus bisa menemukan Yesus. Yesus tidak begitu jauh dari rumahnya. Masih ada waktu. Aku harus segera meminta belas kasihan Yesus untuk menyembuhkan anakku yang sekarat di rumah. Dan benar, Yesus bersedia datang mengunjungi rumahku dan ia mau menyembuhkan anakku yang sedang sakit.
“Terima kasih Tuhan, Engkau menjawab doaku,” kata Yairus di dalam hatinya. Kini harapan itu sudah setengah terwujud. Yesus sudah saya temukan, dan Ia bersedia menyembuhkan. Kini tinggal bagaimana membawa Yesus sesegera membawa Yesus ke rumah. Yairus masih terus berpacu dengan waktu. Langkah Yesus sedikit terhalang karena ada banyak orang yang mengikutnya. Ayo Tuhan, cepat! Cepat!
Namun tiba-tiba, langkah Yesus terhenti. Ada seseorang yang menjamah jubah Yesus dan Yesus hendak mencari tahu akan hal itu. Langkah Yairus pun terhenti, Aih, kenapa Yesus berhenti? Anak saya sudah sekarat dan butuh pertolongan segera! Sudahlah Tuhan, biarkan saja itu! Tuhan katanya ingin menolong, mengapa harus ditunda-tunda? Anak saya sudah kritis Tuhan! Mengapa pertolongan Tuhan seperti terhalang?
Akhirnya seorang wanita mengaku bahwa dialah yang menjamah jubah Yesus. Yesus pun menyembuhkan wanita itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”
Di saat Yesus masih berbicara, seorang saudara Yairus datang. Ia kemudian mengatakan hal yang paling ditakuti oleh Yairus. Bahwa anaknya sudah mati. Yairus mungkin lemas dan tidak menyangka bahwa pertolongan Tuhan yang begitu ia rindukan kini hilang begitu saja. Bagaimana ia meninggalkan anaknya dan mencari Yesus, berharap Yesus bisa menyembuhkan kini seakan-akan tidak berguna. Hati Yairus pun hancur. Ia mungkin menyalahkan orang-orang yang menghambat langkah Yesus.
Coba saja Yesus berjalan lebih cepat! Coba saja tidak ada wanita yang menjamah jubah Yesus tadi! Coba saja orang-orang banyak ini mengerti bahwa anak saya butuh pertolongan! Anak saya mungkin tadi masih keburu disembuhkan.
Saat di mana pertolongan Tuhan seperti terhalang. Apa yang harus kita lakukan?
Ada tiga hal yang saya renungkan dari kisah Yairus ini mengenai apa yang harus kita lakukan saat pertolongan Tuhan seperti terhalang.
Pertama, tetap tenang dan menguasai diri, jangan menerima pendapat negatif yang dikatakan orang-orang. Saudara Yairus boleh mengatakan bahwa anaknya sudah meninggal. Dan tidak perlu lagi menyusahkan Guru (Yesus). Saya membayangkan, mungkin ada orang-orang lain yang berkata kepada Yairus, “Kan sudah saya bilang, kamu di rumah saja, habiskan waktu bersama dengan anakmu di saat-saat terakhirna. Lihat, kini kamu salah ambil keputusan kan?” Dunia bicara apapun bahkan hal-hal negatif yang membuat kita semakin down, tapi Firman Tuhan saja yang harus kita pegang. Jika kita pegang Firman Tuhan, maka janji Tuhan lah yang akan memegang hidup kita. Di saat itu, Yairus mendengarkan apa yang Yesus katakan, “Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.” Ia tidak mendengarkan saudaranya atau orang-orang yang sudah pesimis dan menyalahkan dia. Dia tetap menguasai dirinya dan percaya berpegang pada apa yang dikatakan Yesus.
Kedua, kita harus tetap beriman. Benar, dokter kandungan yang sekiranya dapat menolong kami sudah meninggal. Benar, masa depan saya sudah hancur karena saya hamil di luar nikah. Benar, penculik itu sudah membawa pergi anak kami ke luar kota. Tapi kami tetap beriman dan percaya kepada Yesus. Saya percaya Yesus tahu apa yang terbaik bagi kami di waktunya yang tepat. Mungkin tidak sekarang. Mungkin tidak sesuai dengan keinginan kami. Tapi kami percaya, Yesus sanggup membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ia sanggup menyatakan mukjizatnya bagi kami.
Dan yang ketiga, jangan kita putus asa dan meninggalkan Tuhan meskipun suasana dan keadaan semakin memburuk. Dokter boleh berkata tidak mungkin kita punya anak, katau orang boleh bilang masa depan kita sudah hancur, usaha kita akan hancur. Tapi ingat, jangan putus asa dan meninggalkan Tuhan. Yairus mengambil keputusan penting. Ia tetap percaya kepada Tuhan. Mungkin sudah muncul kegundahan, “Coba saja Yesus berjalan lebih cepat! Coba saja tidak ada wanita yang menjamah jubah Yesus tadi! Coba saja orang-orang banyak ini mengerti bahwa anak saya butuh pertolongan! Anak saya mungkin tadi masih keburu disembuhkan.” Namun, Yairus memilih untuk tetap percaya kepada Tuhan.
Akhir kisah ini kita semua tahu. Yesus membangkitkan anak Yairus yang sudah mati. Anaknya mungkin terlambat disembuhkan. Namun, Yesus menyatakan kuasa dan mukjizat-Nya jauh melebihi apa yang dapat Yairus bayangkan. Yairus terperangah dan memeluk anak-Nya yang kini sudah hidup kembali. Ia bersyukut, telah memilih sesuatu yang tepat. Ia memilih untuk mencari Yesus di tengah-tengah masalah, Ia memilih mendengarkan apa yang dikatakan Yesus dan beriman meski pertolongan Tuhan seperti terhalang.
Jangan takut dan putus asa. Yesus adalah Tuhan yang sanggup melakukan mukjizat dahulu kepada Yairus adalah Yesus yang sama yang sanggup menolong kita di tengah-tengah masalah sekalipun. Ia tetap Tuhan yang tahu kapan waktu yang terbaik. Dan Ia tetap Tuhan yang tidak pernah mengecewakan kita!
4 thoughts on “Saat Pertolongan Tuhan Seperti Terhalang”