Siapa Bilang Saya Manusia Berdosa?
Saudara, jika ada seseorang yang bertanya kepadamu, “Apakah engkau orang baik?” Mungkin engkau akan menjawab dengan spontan,
Saya tidak mencuri, apalagi membunuh. Tentu saya orang baik!
Hanya karena kita tidak mencuri, apakah itu berarti kita tidak serakah?
Mungkin kita tidak merampok, tetapi apakah itu berarti kita tidak egois?
Mungkin kita tidak membunuh, tetapi apakah itu berarti kita tidak membenci?
Lantas, jika pertanyaan ini kembali muncul: Apakah saya orang baik?
Betapa pun tidak relanya engkau, di dalam sudut hatimu yang paling dalam engkau harus mengaku bahwa sekali pun dirimu tidak pernah melanggar peraturan atau melakukan kejahatan yang besar berdasarkan standar manusia, setiap hari kita sungguh memiliki benih keberdosaan. Oleh sebab itu, ketika kita ditanya, “Apakah ada orang baik?” maka jawabannya adalah seperti pepatah, “Hanya ada dua orang baik, yang baru saja meninggal dan yang masih belum lahir.“
Manusia Berdosa
Natur berdosa berbeda dengan perbuatan dosa. Natur berdosa adalah yang menghasilkan perbuatan dosa. Natur berdosa adalah sebab, perbuatan dosa adalah akibat. Semua manusia berdosa di hadapan Allah karena telah mewarisi natur berdosa dari nenek moyang mereka, yaitu Adam. Oleh sebab itu, kekristenan lebih menekankan kepada motivasi di balik perbuatan (sebab) dan bukan ekspresi perbuatan itu sendiri (akibat).
Lantas, apakah manusia dihakimi karena natur berdosa atau karena perbuatan dosanya? Alkitab mengatakan, “Setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya masing-masing. Entah itu perbuatan baik atau perbuatan jahat.” Alkitab tidak mengatakan, “Manusia dihakimi karena manusia adalah keturunan Adam.“
Manusia diciptakan oleh Allah. Tetapi kita tidak dapat berkata bahwa Allah menciptakan manusia berdosa. Bukan Allah yang menciptakan manusia berdosa. Sebaliknya, Allah mengasihi manusia sehingga Dia memberikan kehendak bebas kepada manusia. Apakah bebas itu baik? Ada sisi positif dan negatifnya. Dengan adanya kebebasan maka manusia dapat membuat pilihan. Manusia dapat memilih apa yang baik sehingga dunia menjadi penuh warna dan menarik.
Dengan adanya kebebasan, manusia dapat memiliki kesempatan untuk menikmati kebahagiaan. Jika Allah tidak memberikan kebebasan kepada manusia maka setiap manusia akan memiliki pilihan yang sama, perbuatan yang sama, logika, dan cara berpikir yang sama. Jika demikian, apakah pantas disebutkan manusia? Bukannya robot?
Setiap hal pastilah memiliki dua sisi. Kebebasan juga akan membawa bahaya yang melewati batas sehingga memungkinkan timbulnya berbagai perbuatan dosa. Ketika manusia menikmati kebebasan, manusia juga harus mengendalikan diri supaya ia tidak menjadi brutal. Ketika manusia menikmati berkat dari Tuhan maka ada tanggung jawab yang melekat padanya. Ini yang tidak boleh kita lupakan.
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Setiap manusia membutuhkan Yesus seperti orang sakit membutuhkan dokter. Rumah sakit adalah tempat yang paling higienis. Namun, rumah sakit juga adalah tempat yang didatangi oleh semua orang yang membawa banyak kuman dan penyakit. Hanya dokter yang dapat menghadapi penyakit. Dan hanya Yesus Kristus yang dapat menghadapi semua dosa kita.
Demi menyelamatkan kita dari akibat dosa, Dia rela mati di atas kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga sehingga orang yang percaya kepada-Nya, mengaku dosa dan bertobat, akan diampuni dan tidak lagi menjadi budak dosa. Mereka tidak perlu lagi menghadapi hukuman neraka melainkan akan menikmati kebahagiaan dan hidup kekal.