Sukacita Minggu Palma
Ada suatu saat di mana kita melihat peristiwa Minggu Palma itu sebagai sebuah ironi. Ironi mengenai kemunafikan manusia dan bagaimana orang-orang dapat berubah dengan cepat. Hari ini berteria “Hosana! Hosana!” lalu tidak lama kemudian berteriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Tentang bagaimana harapan akan seseorang pendobrak kekejaman Roma sekaligus guru ajaib yang mampu mengajar dan menyembuhkan segala penyakit.
Ironi ini membuat saya memahami Minggu Palma sebagai keramaian massa biasa. Layaknya pawai atau acara-acara di jalan umumnya. Hari ini penuh dengan hiruk-pikuk–orang-orang berpesta dan bersukacita, dan esok hari sepi dan mati. Hanya ada timbunan sampah yang menjadi bukti ramainya acara kemarin hari. Meskipun terjadi perubahan sikap yang cepat, setidaknya kita dapat melihat sebuah pelajaran. Pelajaran mengenai sukacita Minggu Palma. Peristiwa Minggu Palma sebenarnya mengingatkan saya betapa orang-orang itu bergembira menyambut Yesus. Mereka bersorak, menari, dan melambaikan daun palma. Mereka begitu bergembira saat berjumpa dengan Yesus. Itulah sukacita Minggu Palma.
Sukacita Minggu Palma
Agak sulit saya merumuskan pertanyaan ini: Kapan terakhir kali Anda mengalami rasa gembira yang meluap-luap ketika kita berjumpa dengan Dia (Yesus)? atau Kapan terakhir kali Anda menyatakan cinta Anda kepada Dia secara nyata, walaupun hanya dengan lambaian daun palma?
Hebatnya, orang-orang saat itu tidak perlu dikoordinir. Tidak ada rapat panitia atau perdebatan sengit mengenai cara menyambut Yesus yang akan memasuki kota. Tidak ada pengumpulan sumbangan untuk membeli dekorasi yang indah dan menawan. Juga tidak ada koordinator acara yang bertugas mengatur ini dan itu serta mengarahkan massa untuk melakukan sesuatu. Mereka dengan sendirinya bersorak, menggelar jubah mereka di jalanan, dan berteriak, “Hosana! Hosana!” Hati mereka meluap dengan sukacita, menyambut seseorang [Yesus] yang datang dan memberikan harapan yang baru. Hati mereka bergembira. Secara spontan, mereka mengungkapkan dan menunjukkan betapa mereka mencintai dan merindukan kehadiran Yesus di dalam kota mereka. Di dalam kehidupan mereka pribadi lepas pribadi. Sekali lagi, itulah sukacita Minggu Palma.
Minggu Palma sesungguhnya mengajak kita untuk merenungkan sejenak, apakah kehadiran Yesus adalah hal yang membuat kita bersukacita? Apakah kehadiran Yesus yang kita tunggu-tunggu di dalam hidup ini?
Sumber gambar : http://www.infoscraps.com