Tuhan Ajarilah Aku Berdoa
Dalam satu hari Minggu saya disuguhkan dua peristiwa luar biasa. Dua peristiwa yang mengingatkan saya kembali akan pentingnya kerendah-hatian. Rendah hati dalam menghadapi dan berbicara dengan orang lain, juga rendah hati saat menghadap dan berbicara kepada Tuhan. Kedua peristiwa ini terjadi di Gereja Interdenominasi Injili Indonesia (GIII) Tokyo, tempat saya bergereja di Tokyo, Jepang. Peristiwa ini mengenai seorang anak kecil, anak sekolah minggu dan juga seorang pemuda. Berikut saya akan menceritakannya.
Tuhan Ajarilah Aku Berdoa
Selesai ibadah, karena saya harus bertanya kepada salah seorang anggota majelis gereja, saya naik ke ruang pertemuan. Nah, kebetulan di ruangan ini sedang diadakan acara ulang tahun terhadap salah seorang anak sekolah minggu. Saya pun berkesempatan untuk melihatnya langsung. Orang-orang menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun” dan kemudian dilanjutkan dengan acara memotong kue. Selesai acara potong kue, anak-anak sekolah minggu yang hadir mengucapkan selamat sekaligus mendoakan kepada yang ulang tahu. Untuk itu seorang anak ditunjuk untuk berdoa. Anak itu tampak sedikit canggung walaupun saya tahu pasti dia sudah tahu akan disuruh berdoa. Dia malu-malu maju ke barisan depan dan berdiri di sebelah yang berulang tahun. “Mari kita bersatu di dalam doa,” katanya memulai doa. “Ya, Tuhan Yesus. Aku tidak tahu apa yang harus aku doakan, Tuhan ajarilah aku berdoa,” katanya. Setelah berkata itu, dia tidak melanjutkan doanya, dan seorang guru sekolah minggu melanjutkan berdoa.
Saya terpukau melihat apa yang dilakukan oleh anak ini. Betapa polosnya dia dan betapa rendah hatinya dia. Dia tidak menolak berdoa karena takut atau canggung, dia mau berdoa. Tapi karena keterbatasannya, dia tidak bisa berdoa penuh. Tapi dia tidak berhenti dan menyerah begitu saja. Dengan penuh rasa rendah hati, dia meminta Tuhan mengajarnya berdoa.
Dua jam berlalu. Setelah menyelesaikan rapat untuk retreat, ada lagi acara untuk para pemuda. Para pemuda berkumpul untuk mengadakan kebaktian dan makan bersama. Saat akan mulai makan, MC menunjuk seorang pemuda untuk memimpin doa makan. Pemuda itu menolak berdoa secara perlahan. Mmm, kenapa dia menolak berdoa? Apakah berdoa itu sulit? Susah?
Saya langsung teringat akan peristiwa 2 jam sebelumnya, ketika seorang anak berdoa, “Tuhan ajarilah aku berdoa.” Ya, berdoa bukanlah suatu yang sulit atau menakutkan. Berdoa adalah hal tersimpel yang bisa dilakukan manusia terhadap Allah, hanya saja diperlukan kerendahan hati untuk berdoa. Rendah hati untuk sadar bahwa kita adalah manusia lemah dan berdosa. Rendah hati untuk sadar bahwa sebenarnya kita tidak layak menghadap Allah. Rendah hati memohon kemurahan hati Allah. Rendah hati untuk meminta penyertaan dan kasih Allah. Rendah hati untuk berdoa, “Tuhan ajarilah aku berdoa.”
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Tuhan dengan keluhan-keluhan yang tidak dimengerti. Dan Tuhan yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Tuhan, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan. Roma 8:26-28