Tuhan Menghadapkan Wajah-Nya kepadamu
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau
TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia
TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera
Kalimat-kalimat di atas adalah ucapan berkat imam pada zaman Bangsa Israel, yang hingga kini masih digunakan di beberapa gereja sebagai ucapan berkat di ujung ibadah minggu. Ucapan berkat itu diambil dari Bilangan 6:24-26), dan ulasan singkatnya pernah dituliskan di sini. Namun, di tulisan ini , saya mau mengajak para pembaca untuk merenungkan sejenak mengenai kalimat terakhir dalam ucapan berkat itu. Tuhan Menghadapkan Wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Tuhan Menghadapkan Wajah-Nya kepadamu
Kalimat terakhir dalam ucapan berkat ini menggugah saya. Wajah-Nya atau wajah Tuhan memberikan kita damai sejahtera. Urgensinya, mengapa saat Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada kita, kita memperoleh damai sejahtera? Wajah yang seperti apa yang memberikan kita kedamaian dan ketentraman? Apakah wajah itu ganteng, mulus, dan rupawan? Sehingga begitu kita melihatnya, kita merasakan damai sejahtera?
Penyiksaan dan Penyaliban Yesus
Saya ingin mengajak para pembaca sejenak kembali ke saat-saat di mana Yesus disiksa lalu kemudian disalibkan. Di dalam kitab Injil diceritakan bagaimana seluruh tubuh Yesus dicambuk dan disesah, dipukuli, dan diludahi (termasuk juga wajahnya). Kemudian, kepalanya juga diberikan mahkota duri. Begitu banyak luka di wajah itu. Pernah dalam suatu berita kecelakaan dikatakan bagaimana wajah korban yang sudah amat rusak sehingga tidak dapat dikenali lagi, hingga harus diidentifikasi dengan tes DNA. Itulah wajah Yesus. Wajahnya begitu rusak hingga tidak dapat dikenali lagi, “…begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tamoaknya bukan seperti anak manusia lagi..” (Yesaya 52:14).
Sebegitu buruk atau hancurnya wajah itu, sehingga para muridnya tidak dapat lagi mengenali Yesus yang menampakkan diri sudah bangkit. Seperti berita kecelakaan di atas, ketika wajah itu terlalu rusak, kita tidak dapat lagi mengenalinya. Para murid baru menyadari bahwa itulah Yesus ketika mereka melihat luka di kaki dan tangan Yesus. Luka bekas lubang paku saat Yesus disalibkan.
Dari beberapa rangkuman kejadian ini memberikan kita gambaran bahwa wajah Yesus tidaklah ganteng, mulus, dan rupawan. Wajah itu rusak dan penuh luka. Mungkin saja kita ngeri atau takut melihat bagaimana wajah Yesus yang sebenarnya. Atau karena terlalu rusak, kita tidak tega atau tidak sampai hati melihat wajah-Nya. Namun, ucapan berkat itu berkata lain. Tuhan yang akan menghadapkan wajah-Nya kepada kita dan memberikan kita damai sejahtera
Tuhan Menghadapkan Wajah-Nya kepadamu
Saya masih terus berpikir bagaimana wajah yang begitu rusak dan penuh luka itu dapat memberikan damai sejahtera kepada kita? Dan bukannya rasa takut, iba, atau ngeri?
Akhirnya saya menemukan jawabannya. Wajah yang penuh luka dan rusak itu mengingatkan saya akan dosa-dosa yang sudah saya lakukan. Setiap cambukan dan siksaan di tubuh dan wajah itu adalah hukuman yang Yesus pikul untuk menebus semua dosa dan kesalahan saya. Kesalahan kita semua. Setiap millimeter luka cambukan atau goresan itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang kita lakukan. Yesus menderita dan merelakan diri-Nya menanggung semua siksaan itu sebagai jalan untuk menebus kita dari hukuman atas dosa-dosa ini. Sayalah yang harusnya dihukum dan disesah, dicambuk, bahkan disalibkan. Namun, Yesus menanggung semua hukuman itu. Yesus menggantikan saya di atas kayu salib yang penuh kehinaan itu. Itulah yang memberikan kita damai sejahtera!
Damai sejahtera itu mengalir lembut masuk ke dalam kehidupan kita ketika kita menyadari bahwa Yesus sudah menebus semua dosa dan kesalahan kita. Wajahnya yang rusak, bekas lubang paku di tangan dan kakinya, itulah yang terus menerus mengingatkan kita akan kebaikan Allah. Kita yang harusnya dihukum akibat dosa-dosa kita, kini diselamatkan. Wajah yang rusak itu kini berhadapan muka dengan kita, dan memberikan kita damai sejahtera! Kedamaian karena menyadari betapa Allah mengasihi manusia. Kedamaian karena kita mengetahui bahwa kehidupan kekal itu nyata.
Saya akan menutup tulisan ini dengan lagu The Old Rugged Cross, yang memiliki makna mendalam mengenai penderitaan dan penyaliban Yesus untuk menebus dosa-dosa kita semua. Di Indonesia, kita mengenali lagu ini dengan judul “Nun di Bukit nan Jauh (NKB no.83)”
The Old Rugged Cross, George Bennard
On a hill far away stood an old rugged cross,
The emblem of suff’ring and shame;
And I love that old cross where the Dearest and Best
For a world of lost sinners was slain. Refrain:
So I’ll cherish the old rugged cross,
Till my trophies at last I lay down;
I will cling to the old rugged cross,
And exchange it someday for a crown.
Oh, that old rugged cross, so despised by the world,
Has a wondrous attraction for me;
For the dear Lamb of God left His glory above
To bear it to dark Calvary.
In that old rugged cross, stained with blood so divine,
A wondrous beauty I see,
For ’twas on that old cross Jesus suffered and died,
To pardon and sanctify me.
To the old rugged cross I will ever be true;
Its shame and reproach gladly bear;
Then He’ll call me someday to my home far away,
Where His glory forever I’ll share.
Sumber gambar: http://scrippix.blogspot.jp/