Tuhan sebagai Teman
Ada banyak teman dan sahabat yang kita miliki di dalam kehidupan. Ada teman semasa kecil. Teman kita bersama-sama bermain bola atau kelereng. Ada juga teman remaja atau pemuda. Mereka teman kita belajar di SMP hingga di perguruan tinggi. Selepas itu, kita memiliki teman baru lagi, yaitu teman-teman masa kerja. Bekerja di bidang atau divisi yang sama di suatu perusahaan. Teman atau sahabat juga menjadi sebuah tema sentral di dalam tulisan-tulisan saya. Tidak lain, karena mereka semua berharga dan memiliki arti di dalam kehidupan saya. Saya yang ada hari ini bukanlah Daniel yang rajin bertanya dan selalu ingin tahu, bukan Daniel yang humoris sekaligus serius, Daniel yang mampu mendengar, dan juga bukan Daniel yang lebih mudah mengutarakan pendapat melalui tulisan daripada berbicara langsung tanpa ada peran teman dan sahabat di situ.
Namun ternyata Tuhan yang saya kenal selama ini adalah teman terbaik yang saya punyai. Ia bukan Tuhan yang jauh. Duduk di atas takhta sorga yang jauh. Ia adalah teman dan sahabat bagi saya.
Tuhan Sebagai Teman
Hubungan dengan Yesus digambarkan Injil Yohanes sebagai hubungan teman. Ucapan Yesus kepada keseblas rasul, “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tetapi aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (Yoh 15:15). Dan akhirnya Yesus ternyata memberikan dimensi lain dari sebuah persahabatan yaitu: pengorbanan. Ia rela berkorban sampai mati di kayu salib. Yohanes menyimpulkan apa yang diperbuat Yesus, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13).
Allah mau mendekat kepada manusia dan manusia menginginkan untuk dekat dengan Allah. Allah menawarkan dirinya, kemudian manusia meresponinya.
Tawaran dan respon itu dituliskan oleh Yeremia di dalam salah satu ayat yang paling terkenal, di dalam Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Ia menulis kepada umat Israel yang sedang kecewa dan putus asa dalam masa pembuangan di Babel. Ia menulis bahwa Allah mempunyai rancangan hari depan yang amat indah dan penuh harapan bagi umat. Namun, sering pembahasannya berakhir sampai di ayat ini saja: bahwa Allah merancangkan rencana yang indah. Sebuah masa depan yang penuh harapan. Jika kita membaca di ayat-ayat berikutnya, Yeremia juga menyampaikan tawaran respon umat. Pertama, “Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka aku akan mendengarkan kamu” (Yer 29:12). Kedua, “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku” (Yer 29:13). Dan yang terakhir, “Aoabila kamu menanyakan aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku.” (Yer 29:14)
Layaknya pertemanan dan persahabatan yang kita miliki di dunia, Allah juga menawarkan hubungan dua arah. Tawaran sebagai teman datang dari Allah kemudian menusia meresponinya. Saya mau meresponinya. Apakah Anda mau?
Sumber gambar: www.warungsatekamu.org