Wujud Iman
Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya… Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
Sebuah pepatah mengatakan, “Life Begins at Forty”, hidup dimulai dari umur empat puluh. Salah satu artinya ialah: sebelum umur 40, sorang masih boleh bereksperimen, berganti-ganti karier dan profesi. Namun setelah umur empat puluh, ia harus sudah mantap di satu tempat, menekuni kariernya. Sebab, jika di usia tersebut ia masih berpindah-pindah tempat tinggal dan berganti profesi, ia malah tidak akan dapat meraih apa-apa.
Wujud Iman Kepada Tuhan
Namun, mari kita lihat keberanian Abram menjawab panggilan Tuhan Allah, yaitu saat Tuhan memintanya meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara, dan hidup yang mapan di Haran. Waktu itu usia Abram sudah 75 tahun. Sudah usia senja, tidak produktif lagi. Tapi inilah jawab Abram: “pergilah Abram seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya.” Walaupun belum tahu negeri mana yang dijanjikan Tuhan Allah! Bagaimana Abram dapat bersikap seperti itu?
Pertama, Abram sadar benar siapa Tuhan Allah. Kedua, Abram sadar benar hidupnya adalah milik Tuhan dan ia menghidupi kesadaran ini secara nyata. Ketiga, bila hidupnya ini milik Tuhan, Abram percaya bahwa masa depan dan hidup matinya ada di tangan Tuhan. Itulah sebabnya Allah diberikan gelar Bapak Orang Beriman (Galatia 3:7)
Iman bukanlah dogma indah dengan dukungan argumen dan filsafat yang sulit dimengerti. Wujud Iman itu sederhana dan nyata, yaitu ketaatan melakukan kehendak dan panggilan Bapa di Surga. Wujud iman yang bisa kita tunjukkan dan saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Marilah kita merenungkan hal ini : Dalam hidup kita pribadi, benarkah Yesus menjadi Tuhan atas hidup kita? Adakah kita menaati dan meyakini bahwa Dia sanggup menuntun dan memelihara? Beranilah melangkah untuk menjawab panggilan-Nya. Arahkan hidup ke Tanah Perjanjian di Surga, saat kita nanti akan bersama-sama dengan Tuhan Allah. Inilah wujud iman percaya kita pada Allah.
Sumber Gambar : BlogSpot