Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (4)
Lanjutan dariĀ Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (3)
Ada beberapa menu yang tersedia di atas meja yang besar. Saya dan seluruh saudara sepupu saya duduk bersama di sebuah meja di bagian belakang ruangan. Setelah pemimpin acara memimpin sebuah doa sebelum makan, kami serentak mulai mengisi perut kami yang sejak pagi hari kosong. Saya mengambil menu rendang, susu ni horbo, dan juga sop. Kami makan dengan lahap waktu itu, sambil sesekali ada celetukan khas yang membuat kami tertawa bersama. Saya juga menyuapi Morgan untuk makan karena Tante Frida dan Uda Natan duduk di bagian depan di meja Parboru Keluarga Banjarnahor.
Acara makan juga diwarnai dengan sesekali mengabadikan momen bersama ini. Bang Agus, yang kali ini memegang kamera mulai beraksi mengambil foto-foto. Keluarga Tulang Palar datang tidak lama kemudian. Tulang datang terlambat karena Sarah sekolah sampai pukul dua belas, dan baru bisa berangkat ke Resepsi pernikahan setelahnya. Saya, Natan, dan Morgan juga sempat mencoba beberapa makanan lain yang tersedia di atas, seperti es puter, dan juga kue-kue kecil. Acara makan ini berlangsung kira-kira selama satu jam, di mana sekitar pukul 14.30, acara adat sudah dimulai. Saya pribadi tidak banyak mengikuti acara adat ini karena berbincang-bincang dengan Naomi dan saudara-saudara saya yang lainnya.
Jalannya acara diwarnai dengan pemberian beberapa hadiah dan juga kata sambutan dari tulang-tulang kedua mempelai. Saya juga baru menyadari betapa eratnya kaitan persaudaraan yang dimiliki oleh Orang Batak. Semua saudara yang berkaitan darah diundang untuk datang dan turut serta di dalam kebahagiaan kedua mempelai beserta keluarga intinya. Acara terus berjalan hingga sekitar pukul 18.00, Keluarga besar Banjarnahor diundang untuk Mangulosi kedua pengantin. Nantulang Jio, Tulang dan Nantulang Iren, Bapatua dan Mamatua Mia, Mama dan Mama, Tante Sima, Tulang Maru dan Nantulang Sorta, hingga kepada Tulang Maraden bergantian memberikan ulos kepada Bang Hendra dan Kak Esther. Pemberian Ulos ini berarti memberikan berkat kepada keluarga baru tersebut, di mana sebagai keluarga dekat, orang-orang yang memberikan ulos ini juga siap untuk membantu keluarga baru ini saat menemui masalah atau kesulitan.
Selepas acara mangulosi tersebut, kami pulang kembali ke rumah Tulang Iren. Di depan gedung tempat resepsi pernikahan, kami sekeluarga kembali berfoto bersama. Sebuah momen yang masih begitu indah meskipun gelap malam telah menyergap dengan cepat. Perjalanan pulang sedikit terhambat karena lalu lintas malam minggu yang padat karena banyak yang berlibur. Papa memutuskan untuk lewat Bintara dan Jalan Baru untuk menuju ke rumah Tulang Iren.
Di rumah tulang, diambil juga beberapa foto semua boru Banjarnahor. Satu persatu mulai mandi dan mengganti baju dengan pakaian yang lebih santai dan mulai membahas acara pemberkatan dan resepsi tadi. Selain itu, ada sejumlah uang yang dibagikan kepada keluarga Banjarnahor sebagai uang adat dan menggantikan kedatangan dan ulos yang telah dibawa. Saya sendiri mulai memasukkan gambar-gambar dari kamera Bang Anto ke dalam laptop dan meng-edit-nya bersama dengan Mamatua Silaban. Pernikahan yang begitu lancar, itulah ucapan-ucapan yang kluar dari beberapa orang untuk sekedar mengiaskan jalannya acara dari pagi hingga menjelang malam.
Di sela-sela acara, saya juga masih sempat bermain dengan adik-adik saya. Momen-momen seperti ini rasanya akan semakin mengakrabkan kami satu dengan yang lainnya. Setelah itu, kami semua makan bersama dengan beberapa menu yang telah dipesan oleh Tulang Iren sebelumnya. Rasa lelah dan kantuk yang mulai menyergap ini seakan-akan menghilang sejenak ketika kami makan bersama. Sebuah jamuan makan yang kali ini juga begitu istimewa bagi saya.
Sumber Gambar : BlogSpot, BlogSpot 2, BlogSpot 3, BlogSpot 4