Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (6)
Jawabannya langsung terdengar di dalam sanubari saya. Allah memberikan kepastian bahwa saya akan selalu dapat merasakan berkat ini di dalam kehidupan saya. Dan di saat itu pula, saya berjanji kepada Allah dan diri saya sendiri untuk selalu hadir di tengah keluarga, untuk selalu memberikan waktu, tenaga, dan kebahagiaan bagi keluarga. Saya akan selalu mengupayakan yang terbaik bagi keluarga saya selagi saya mampu.
Baiklah, saya akan kembali melanjutkan cerita saya. Sekitar jam setengah lima, keluarga Bapatua Holong kembali ke Bandung, diikuti dengan Keluarga Nantulang Jio, dan Tulang Iren. Keadaan di rumah langsung sepi saat itu, namun rasa sukacita masih begitu kental saya rasakan. Jam delapan malam, hanya tinggal Bang Agus dan Bang Anto saja yang tinggal di rumah, dan menunggu kepulangan Bapatua Friska. Bapatua sendiri memutuskan untuk menginap di rumah kami, dan esok hari akan langsung menuju ke bandara untuk pulang ke Medan.
Rencana telah disusun dengan rapi, di mana saya sendiri akan ikut Bapatua, Mamatua, dan Kak Lisbeth kembali ke Bandung. Pagi-pagi sekali, sekitar jam setengah lima kami berangkat menuju ke rumah Tulang Iren dan kemudian melanjutkan perjalanan masing-masing. Kak Lita dan Kak Ika diantar ke tempat kerja dan indekosnya. Bapatua, Mamatua, dan Tante Sima juga pergi ke Bandara sebentar lagi. Akhirnya, pagi itu semua anggota keluarga kembali ke tempat asalnya masing-masing untuk kembali beraktivitas. Semua kembali seperti semula di hari Kamis sebelum keberangkatan mereka ke Jakarta.
Semua yang saya alami selama kurang lebih empat hari ini membuat saya menyadari betapa besarnya kasih Allah di tengah-tengah keluarga. Allah begitu merindukan keluarga yang bersatu dan saling mendukung. Allah mencurahkan kasih-Nya yang begitu besar di dalam sebuah persatuan dan persekutuan keluarga. Ketika tiba di Bandung, saya agak sedih ketika kembali merenungkan sejenak kejadian-kejadian luar biasa yang sudah saya alami. Meskipun badan terasa letih karena hanya dapat tidur sebentar selama rentang empat hari itu, namun sukacita ini tidak dapat digantikan oleh apa pun. Apa pun yang ada di dunia ini.
Terima kasih Tuhan Yesus, ketika saya bisa beroleh kesempatan untuk menikmati kasih dan anugerah-Mu di dalam sebuah keluarga. Ada orang yang mendukung saya, ada orang yang mengasihi saya, bahkan begitu banyak orang yang selalu ingin yang terbaik bagi saya. Terima kasih juga, karena meskipun dalam rentang waktu sebulan lebih ini, saya tetap dapat menyaksikan kasih Allah melalui sebuah artikel berseri yang kini akan saya akhiri. Terima kasih Tuhan Yesus. Terima kasih Allah Bapa. Akan selalu kujaga keluarga ini, keluarga yang telah Engkau anugerahkan kepadaku.