Kenangan di Hari Senin itu
Ini adalah kisah kenangan di hari Senin itu. Senin itu berbeda dengan hari-hari lain yang pernah saya lalui. Pagi itu saya terbangun pukul 03.00. Alarm handphone yang sudah diatur membangunkan saya dari lelapnya tidur subuh itu. Ternyata mama sudah bangun dan sedang berdoa pagi. Sejenak saya kembali terlelap dan terbangun pukul 03.45. Mama membangunkan saya untuk ikut mengantarnya ke SMAN 54 Jakarta–tempat mama berkumpul dengan yang lain sebelum berangkat ke Soekarno Hatta–dalam rangka liburan ke Singapura dan Malaysia. Dari minggu malam, kami sudah merencanakan semuanya, agar tidak terlambat dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah minum segelas susu yang telah disiapkan, kami berdoa bersama. Papa dan saya yang akan mengantar mama ke SMAN 54. Ini adalah kali pertama saya pergi ke kantor mama selama saya berkuliah. Ini pula kali pertama kami bepergian ke suatu tempat bersama dengan menaiki mobil.
Kenangan di Hari Senin itu
Saya yang menutup pagar rumah subuh itu. Ternyata papa sudah memasukkan semua tas yang akan mama bawa ke dalam mobil sebelumnya. Menyusuri jalanan di pagi itu terasa familiar. Ya, jalur yang kami lalui adalah jalur yang sama persis ketika papa mengantarkan adik saya dan saya sewaktu masih SMP dan SMA. Ini juga yang menjadi impian saya sedari dulu kecil–bepergian naik mobil, pada malam hari, dan bersama dengan keluarga.
Perjalanan pagi itu berlangsung amat cepat. Diiringi siaran “Embun Pagi” dari Radio Pelita Kasih kami sudah tiba di SMAN 54 pukul 04.10. Setelah menurunkan tas mama dari kursi belakang mobil, saya semapat menyalam beberapa orang teman mama. Orang-orang yang sejak kecil sudah saya kenal ketika sering ke kantor mama.
Mama langsung naik ke bus. Papa dan saya langsung pulang. Jam 04.30 kami tiba di rumah. Setelah mobil dimasukkan, papa kembali tidur dan saya melanjutkan mendengar siaran radio dari rumah.
Kenangan naik mobil bersama di subuh itu mengingatkan saya akan betapa besarnya kasih karunia Tuhan bagi kehidupan keluarga kami. Dulu, ketika masih SMP atau SMA, adik saya dan saya sering mengutarakan keinginan kami–bepergian naik mobil, pada malam hari, dan bersama dengan keluarga. Saat itu, saya pribadi merasakan itu tidak mungkin terjadi. Apalagi kami tidak mempunyai mobil. Namun, semuanya itu salah. Tuhan mengabulkan keinginan saya. Tuhan memberikan saya kesempatan di pagi itu, dengan mengantar mama ke kantor naik mobil di subuh hari. Keinginan itu telah terwujud. Dan saya yakin itu adalah sebuah berkat tak terkira dari Tuhan.
Masih teringat jelas dalam pikiran saya ketika kami bertiga–mama, adik, dan saya–berdoa bersama di garasi depan mengharapkan datangnya sebuah mobil yang dapat kami pergunakan. Masih teringat jelas juga dalam pikiran saya ketika pagi itu hujan amat deras turun, namun kami harus tetap berangkat dengan motor ke sekolah menerobos hujan. Masih teringat jelas juga ketika kami harus memesan dan menunggu taksi sebelum acara perpisahan saat di SMP Kanisius. Ya, ketika kenangan itu hanyalah sekelumit bagian kecil kejadian di masa-masa penantian kami akan hadirnya sebuah mobil.
Sudah tiga belas tahun berlalu. Tuhan Yesus menjawab doa kami sekeluarga. Sudah tiga belas tahun masa penantian panjang kami akan sebuah mobil. Dan itu lunas terbayar ketika mobil itu diantar ke rumah 25 Januari 2011. Sungguh menakjubkan! Kenangan ini masih akan terus berlanjut di dalam kehidupan keluarga kami. Kenangan di hari Senin itu.