Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (17): Ke Kuburan Tanjung Bunga
Pagi hari di tahun yang baru ini, saya dan sepupu saya menuju ke Air Terjun Janji, bersama dengan Tante Tiong dan Tante Frida. Seperti hari kemarin, saya mengambil beberapa foto dan dilanjutkan dengan mandi di kolam pemandian. Rasanya? Masih segar, seperti kemarin. Kami bergantian mandi saat itu, karena cukup banyak yang ikut. Menu teh dan kopi susu beserta Pop Mie menjadi santapan kami pagi itu sambil menunggu yang lainnya. Wah, tidak terasa, ini hari terakhir kami berada di Bakara. Rencananya esok pagi kami akan kembali ke Medan, karena sebagian besar akan kembali ke Jakarta dan persiapan pernikahan Kak Jio tanggal 4 nanti.
Sekitar 09.30, kami telah tiba di rumah. Ternyata papa dan mama telah bersiap-siap. Jadi, rencananya, kami sekeluarga akan pergi ke Lintongnihuta, mengikuti Ibadah Awal Tahun bersama dengan Uda dan Inanguda Junita. Berangkat dari Bakara sekitar pukul 10.00, kami telah tiba di rumah Uda Merhan sekitar pukul 11.50, tepat saat Uda sedang menutup warungnya. Keadaan sekitar jalan Damai, Lintongnihuta ini tidak banyak berubah. Warung Ompung yang dilanjutkan oleh Uda masih sama, namun kini sudah dipasang pagar dan teralis yang cukup tinggi. Hanya sebentar saya mengamat-amati daerah ini sebelum akhirnya kami melaju ke Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) untuk mengikuti Ibadah Awal Tahun.
Beruntung kami masih memperoleh tempat di sana, meskipun Ibadah telah dimulai hampir satu jam. Khotbah awal tahun mengajak kami untuk tidak kuatir dan selalu percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang telah memelihara dan menjaga kehidupan kita tahun 2012 dan tahun0tahun sebelumnya, adalah Tuhan Yesus yang sama yang akan menjaga kita di tahun 2013. Ia Allah yang setia dan tidak akan berubah. Ibadah kemudian dilanjutkan dengan Baptisan Anak dan Sidi. Ada dua anak yang dibaptis dan 12 orang yang lepas sidi. Hemm, ibadah menjadi jauh lebih lama, baru sekitar jam 13.00 ibadah selesai yang ditutup dengan saling bersalaman seluruh jemaat. Seperti yang kami lakukan saat pergantian tahun semalam, hanya saja jumlah orangnya jauh lebih banyak.
Kami kemudian kembali ke warung Ompung. Ketika pagar dan pintu dibuka, hemm…memori 12 tahun yang lalu kembali lagi. Barang-barang jualan yang memenuhi hampir di setiap sudut rumah mengingatkan saya akan kegiatan adik saya dan saya dahulu yang menjadi pedagang dadakan di warung tersebut. Sekarang sudah ada lantai dua yang digunakan untuk beristirahat, ya bisa dibilang rumah kedua Uda Junita lah. Dapur di belakang rumah juga sudah diperbaiki menjadi lebih modern. Dahulu, untuk memasak, masih digunakan minyak tanah atau kayu bakar, namun kini sudah pakai gas. Kulkas dan mesin cuci juga sudah ada. Waktu itu, hanya ada Junita, Armand, Agnes, dan Berto.
Kami makan siang bersama dengan menu ayam goreng dan sayur sawi. Wah, mungkin menunya biasa saja, namun bisa duduk makan bersama dengan saudara yang lama tidak bertemu rasanya sangat menyenangkan. Kami sempat mengobrol sebentar setelah makan, topik bahasan di siang itu adalah keluarga Sihombing, dan perkuliahan saya dan nugroho yang tinggal sebentar lagi. Uda dan Inanguda sangat bangga kepada kami, dan selalu mendoakan agar kami bisa sukses. Obrolan berhenti saat kami bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Ompung Ramot (kakak dari Ompung) lalu menuju ke Tanjung Bunga untuk berziarah ke makam Ompung dan Ompung Doli juga Bapatua Bungaran. Di rumah Ompung Ramot, saya bertemu dengan keluarga Bapatua David yang juga sedang mengisi liburan di sini. Setelah bersalaman sejenak kami langsung menuju ke Tanjung Bunga.
Ini juga kali pertama saya ziarah ke Makam Ompung. Pemandangan dari kuburan amat indah. Hijaunya sawah yang dikelilingi bukit-bukit mengelilingi kuburan tempat Ompung Doli,Ompung Boru, dan Bapatua dikuburkan.
Setelah itu, kami kembali ke Jalan Damai karena Uda akan membereskan warung dan kembai ke rumah. Mama dan saya juga sempat mengunjungi Ompung Sinaga yang berada di sebelah warung Ompung. Setelah berbincang-bincang sejenak, kami mengantarkan Uda Merhan ke rumahnya sekaligus mengunjungi rumah Bou Asih. Namun, Bou Asih dan keluarganya sedang tidak ada di rumah. Setelah itu, kami bergegas pulang kembali ke Bakara.
Perjalanan pulang berlangsung lancar. Sekitar pukul 17.30, kami telah tiba kembali di rumah. Pemandangan Lembah Bakara kembali terhampar di depan mata yang menjadi penutup dari perjalanan saya di sini sekarang. Tidak terasa sudah tiga hari saya menghabiskan waktu di sini. Tanpa televisi, handphone, dan internet saya tetap bersukacita. Ini adalah pertama kalinya! Dan saya menyadari bahwa ini adalah karena kehangatan dan kebersamaan yang saya rasakan bersama dengan keluarga saya. Saya bersyukur kepada-Nya sekali lagi. Puji Tuhan!