Syukur kepada Tuhan atas Tahun 2014
Syukur kepada Tuhan Tuhan untuk liburan Natal dan tahun baru ini. Ketika merenungkan sedikit tentang tahun ini, tahun 2014 menjadi tahun yang sangat sibuk bagi saya. Di tahun ini, saya menghadapi tes ujian masuk program S2, melakukan eksprimen dan menulis skripsi di tahun akhir perkuliahan, melakukan kerja praktek, dan banyak presentasi hasil kerja di hampir setiap minggu. Selain itu masih banyak tanggung jawab di Gereja dan persekutuan serta tugas-tugas lain yang harus dikerjakan, hingga mengikis waktu untuk berefleksi dan menulis. Sungguh amat disesalkan, saya tidak bisa menulis artikel Kristen seperti dahulu lagi. Dulu saya bisa dengan setia dan tekun menulis hingga 33 artikel Kristen tiap bulannya. Namun kini, hanya bisa setengahnya bahkan kurang.
Segala Syukur kepada Tuhan
Syukur kepada Tuhan saya mendapatkan liburan penuh Natal dan tahun baru selama seminggu sehingga bisa sedikit bersantai dan beres-beres, mengembalikan ritme harian yang sempat tidak karuan. Di liburan Natal dan tahun baru ini saya diingatkan kembali mengenai kasih setia dan kebaikan Allah selama tahun ini.
Saya sadar Natal sesungguhnya tidak cuma mengingat akan kasih Allah lewat kelahiran Yesus untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan maut. Natal juga harusnya menjadi saat yang tepat mengingat kasih Allah dalam hidup setiap harinya.
Di tahun 2014 ini syukur kepada Tuhan Abang Daniel bisa lulus dari ITB. Bersyukur sudah ada mobil sehingga Papa dan Mama tidak repot datang ke Sabuga ITB saat kelulusan Abang di bulan Juli. Ada mobil sehingga bisa membawa barang kamar kost abang dengan tidak kesusahan di bulan Desember. Bersyukur dengan adanya mobil, Papa dan Mama bisa pergi melihat orang meninggal, menjenguk orang sakit meskipun hujan deras mengguyur. Bisa mengantar dan menjemput saudara yang datang ke bandara dengan tidak kesusahan. Dengan mobil juga saya, Abang, Papa, Mama, Tante Sima dan Mamatua Friska bisa pergi ke kuburan Tulang Jio di bulan Maret.
Syukur kepada Tuhan juga atas pernikahan Kak Lita di bulan Maret 2014. Sungguh suatu berkat Tuhan, saya pas liburan sehingga bisa datang dan berkumpul bersama saudara-saudara. Bersyukur pula atas pernikahan Kak Lina. Meskipun Bapatua telah tiada, namun saya merasakan betul kasih Tuhan tak pernah lalu dari keluarga besar kami.
Syukur kepada Tuhan karena saya dapat diterima S2 di Chiba University. Meskipun awalnya sempat tidak lulus ujian, namun di ujian berikutnya Tuhan memberikan ketenangan dan hikmat hingga dapat mengerjakannya dengan baik. Syukur pada Tuhan juga, saya mendapatkan dosen pembimbing yang baik. Bersyukur atas penyertaan Tuhan hingga saya bisa menyelesaikan kerja praktek dengan baik, meskipun harus berhadapan dengan para siswa yang jauh lebih tua. Hanya berkat Tuhan saja, saya bisa berkata-kata dan mengajar dengan lancar.
Syukur Kepada Tuhan dalam Hal Buruk Sekalipun
Tidak hanya hal-hal yang baik saja, dalam hal terburuk sekalipun saya menangis haru menyaksikan kebaikan dan kasih setia Tuhan. Di bulan Januari, Papa sempat jatuh dari motor hingga kakinya sakit. Namun, Tuhan memampukan Papa untuk tetap dapat bekerja meskipun harus mengenakan perban dan sendal saat bekerja.
Saat banjir melanda kompleks rumah di bulan Januari dan Februari pun, berkat dan penyertaan Tuhan begitu nyata. Saat itu Abang masih di Bandung, dan hanya Papa dan Mama yang ada di rumah.
Syukur kepada Tuhan karena meskipun kaki Papa sakit dan mesti diikat dengan plastik, namun Papa masih bisa memindahkan motor dan mobil ke tempat lebih tinggi. Syukur karena ada Bang Amo yang waktu itu membawa motornya, sehingga Papa dapat pergi dan kembali lebih mudah. Syukur kepada Tuhan karena meskipun Papa tidak sempat memindahkan mobil di banjir yang kedua dan air menggenangi bagian dalam mobil, namun mobil tidak rusak dan tidak perlu masuk bengkel. Syukur kepada Tuhan sebelum banjir melanda Mama sempat memasak ikan teri, sehingga Papa dan Mama tetap bisa makan selama banjir menggenang. Syukur kepada Tuhan meskipun lemari es sempat terbalik, namun makanan di dalamnya tidak keluar. Hanya butir-butir meses saja yang mengapung di air banjir dalam rumah. Papa dan Mama juga sempat memindahkan kursi, meja, dan alat-alat elektronik ke tempat yang lebih tinggi.
Ketika mendengar kesaksian dari Mama dan Papa lewat Skype, saya sungguh terharu dan kagum akan kebaikan Tuhan. Sungguh Tuhan sangat baik, Tuhan amat setia. Meskipun saya sering tidak setia, namun Tuhan tetap setia. Kasih setia-Nya nyata dalam kehidupan dan keluarga saya.
Di akhir tahun 2014 ini, saya ingin menutupnya dengan satu pujian pada Allah: Syukur kepada Tuhan!
Sumber gambar : www.dietandi.com