Teladan Papa dan Mama (3)
Sejak kecil, mama dan papa selalu mengajak adik saya dan saya untuk berdoa bersama. Kata mama, saat kecil, adik saya dan saya sering ikut berlutut bersama mama di pinggir tempat tidur di pagi hari (mengenai hal ini, merupakan cerita dari mama, karena saya belum mengingatnya). Dan sejak kelas 1 SD, kami sekeluarga sudah memulai kebaktian keluarga rutin pada malam hari sebelum tidur. Beberapa lagu dinyanyikan, lalu dilanjutkan dengan membaca Firman Tuhan dari buku Renungan Segarlah Jiwaku (-Baca Juga: Renungan Harian Segarlah Jiwaku), membagikan apa yang diperoleh sepanjang hari ini, lalu ditutup dengan doa bersama.
Teladan Papa dan Mama: Membaca Firman Tuhan
Papa dan mama memakai momen kebaktian keluarga ini untuk terus menasehati kami agar semakin baik menjalani hidup. Kalau esok hari ada ulangan atau tes yang dihadapi, papa dan mama juga sering mengatakan untuk selalu teliti dan hati-hati dan mengerjakan dengan tenang. Sering juga momen kebaktian keluarga dipakai papa dan mama untuk berbagi mengenai masalah-masalah yang dihadapi dan saling mendengarkan pendapat setiap anggota keluarga sebelum mengambil keputusan.
Tidak jarang saya mengantuk saat mengikuti kebaktian keluarga ini. Adik saya juga begitu. Namun, mama sabar dan terus-menerus mengajak saya dan adik saya untuk mengikuti kebaktian keluarga bersama. Mama meyakini bahwa kesatuan keluarga adalah hal yang paling penting, dan cara untuk mengupayakan hal tersebut adalah dengan menjaga komunikasi melalui kebaktian bersama. Selalu ada keadaan-keadaan tertentu ketika saya atau adik saya begitu lelah karena satu dan lain hal, mama tetap melakukan kebaktian sendiri atau berdua dengan adik saya atau saya yang mau ikut serta. Intinya, mama selalu mengupayakan supaya kebaktian keluarga ini terus menerus ada di rumah kami.
Sejak terjadinya krisis ekonomi dan kebangkrutan usaha papa di tahun 1998, papa mulai sering tidak ikut kebaktian. Hampir setiap hari, mama, adik, dan saya saja yang beribadah bersama. Kata mama, meskipun hanya bertiga, Tuhan Yesus tetap hadir saat kami memuji Tuhan, membaca Alkitab, dan berdoa bersama. Tuhan Yesus juga akan selalu ada di tengah-tengah keluarga kami setiap harinya. Hari lepas hari, kebaktian keluarga tidak lagi menjadi hal yang memberatkan kami. Semenjak SMA, saya tidak lagi merasakan kantuk saat berdoa bersama, saya pikir ini terjadi karena mama sudah menanamkan kebiasaan itu sejak kecil. Masalah-masalah yang ada di dalam keluarga kami juga mampu kami lalui bersama dengan Tuhan Yesus, seperti kebutuhan saat adik saya dan saya masuk SMP Kanisius, membayar uang pinjaman mama dari kantor saat membeli komputer, kebutuhan saat kami melanjutkan ke jenjang SMA, juga semua kebutuhan yang kami perlukan selama SMP-SMA, semuanya Tuhan Yesus cukupkan. Ada juga saat-saat di mana usaha papa baru dimulai dan membutuhkan modal besar, Tuhan Yesus juga cukupi. Bahkan di saat kami akan melanjutkan kuliah, Tuhan Yesus juga sudah mencukupi kebutuhan akan uang masuk dan laptop yang harus dibeli untuk saya dan adik saya, yang mungkin lebih dari 50 juta saat itu. Di luar semuanya itu, bahkan Tuhan Yesus mengabulkan doa-doa kami sejak kecil untuk kembali memiliki kendaraan pribadi, melalui motor di pertengahan tahun 2008 dan juga mobil di awal 2011 ini. Semua masalah saya rasakan dapat kami lewati bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Sejak kepergian adik saya dan saya dari rumah untuk melanjutkan kuliah, kami bertiga tetap melakukan kebaktian keluarga bersama. Mama pernah bilang kepada kami, untuk selalu melakukan kebaktian setiap malamnya. Mama menambahkan, kalau bisa, berdoa jam delapan malam agar doa-doa itu tergabung melalui udara, layaknya saat kami berdoa bersama dahulu. Hingga hari ini, ketika saya tetap melakukan kebaktian setiap malamnya saya selalu mengingat akan apa yang mama katakan, yaitu dengan terus beribadah, kita selalu mengundang Tuhan Yesus ada di dalam kehidupan kita. Dengan beribadah pula, hubungan kita dengan Allah akan terus berjalan dengan baik.
Oiya, mama juga bercerita bahwa sejak kepergian adik saya dan saya, papa juga sudah sering turut berdoa bersama dengan mama. Ini menjadi sukacita tersendiri bagi keluarga kami, bahwa Tuhan Yesus secara perlahan melembutkan hati papa untuk selalu dekat dengan Tuhan. Ia bahkan memberikan sukacita dan damai yang tiada tara bagi kami meskipun harus berpisah jauh, sampai kapanpun.
Sumber gambar : Blogspot
Lihat juga :
Teladan Papa dan Mama
Teladan Papa dan Mama (2)
Teladan Papa dan Mama (3)
Teladan Papa dan Mama (4)