Catatan Harian Kerja Praktek di Jepang Bagian 3
Deg-deg-an sebelum kerja praktek memang baru terasa kurang lebih sebulan sebelumnya. Sederet data dan informasi mesti diselesaikan tepat waktu. Komunikasi dengan dosen pembimbing dan dosen yang nanti memeriksa pun harus dilakukan sendiri. Persiapan mengenai tema-tema, apa yang mesti diajarkan pada saat magang nanti pun mesti diselesaikan. Teman-teman yang lain pun juga mulai sibuk. Mereka memanfaatkan sela-sela waktu untuk berbelanja membeli keperluan-keperluan magang. Nah, kali ini saya mau bercerita mengenai persiapan saya sebelum kerja praktek, khususnya tentang mendengar suara Tuhan.
Pelajaran Sebelum Berangkat: Mendengar Suara Tuhan
Misalnya saja seorang teman, dia membeli kemeja 4 potong untuk dipakai saat magang nanti. Beberapa kali dia mengunjungi toko-toko dan mencoba menemukan kemeja yang cocok. Ada juga teman lain yang membeli celana bahan untuk dipakai saat magang. Dia harus memilih celana yang enak, lalu juga mesti menunggu agar celana itu bisa dipaskan dengan ukurannya. Begitu pula dengan dasi, jas, dan sepatu.
Lain lagi dengan seorang teman. Dia harus membeli sebuah koper baru. Kopernya sih ada, namun ukurannya terlalu besar. Kopernya itu dibawa saat dia pertama kali ke Jepang. Kalau koper itu dibawa, kopernya terlalu besar dan ribet. Mau tidak mau dia harus beli yang baru. Begitu pula dengan tas kantor (di Jepang mirip tas laptop).
Pokoknya selama sebulan itu, saya dan teman-teman sering sekali ngobrol tentang keperluan magang. Kami juga sering bertukar informasi di mana tempat menjual ini dan itu. Di mana toko yang murah dan sebagainya. Dari sanalah saya bisa mengetahui keadaan teman-teman saya.
Pernah satu kali seorang teman bertanya kepada saya, “Kok kamu sepertinya tidak siap-siap? Kok kamu kayakya gak pernah beli barang buat magang?” “Oh, semuanya telah disiapkan,” begitu jawab saya ringkas.
Ketika teman-teman baru ribet mencari ini dan itu, saya tidak begitu ribet. Sebab hampir semua keperluan sudah disiapkan sebelumnya. Misalnya mengenai kemeja, saya sudah meminta mama membelikan kemeja baru saat pulang bulan Februari. Celana bahan pun sudah saya bawa sejak pertama kali tiba di Jepang. Begitu pula dengan jas hitam, dan semuanya masih terawat dengan baik.
Soal dasi, saya sudah lebih dahulu membelinya pada bulan Maret tahun ini. Saat di Indonesia, saya memang sudah mengajak mama mencari dasi. Namun karena motif dan modelnya tidak pas, akhirnya kami tidak membelinya. Ketika kembali ke Jepang, saya segera mempir di toko pakaian kerja dan membeli dasi. Kebetulan waktu itu sedang ada diskon besar menyambut tahun ajaran baru dan saya pun bisa membeli dasi dengan potongan harga. Untung saya mendengar suara Tuhan segera membeli dasi.
Begitu pula soal sepatu. Saya juga telah berpesan ketika Skype sama mama, akan membeli sepatu kulit. Memang saya pernah bawa sepasang sepatu, namun untuk pergi magang, sepertinya perlu sepatu baru. Itulah isi pesan saya. Saat liburan di Indonesia, saya dan mama pergi ke Pasar Baru dan mencari sepatu kulit. Dan Puji Tuhan kami menemukan sepatu yang cocok. Saya juga membeli sepatu kats untuk berjalan-jalan. Baik warnanya, ukuran, dan modelnya pun cocok dan enak dipakai.
Saya juga tidak perlu beli koper baru lagi. Sebab 2 tahun sebelumnya, saat berlibur di Indonesia juga, kami telah membelinya di Pasar Senen. Tas koper ukuran sedang, bisa diangkat, bisa juga ditarik. Baik ukuran maupun model dan warnanya juga pas. Saat itu saya juga membawa tas laptop dari Indonesia.
Syukur saya mendengar dan melakukan perintah Tuhan. Saya jadi tidak perlu membeli koper dan tas kantor, dan barang-barang lain di Jepang. Saya bisa menghemat jadinya.
Tidak hanya hal-hal di atas saja, tentu masih banyak hal-hal yang Tuhan telah tunjukkan sebelumnya. Misalnya saja, tupperware, saputangan, jam tangan, kaca mata dan lainnya. Dengan mempersiapkan dan membelinya di Indonesia, saya tidak terlalu ribet dan bisa menghemat biaya yang dikeluarkan. Syukur saya melakukan apa yang Tuhan bilang.
Begitulah kita. Saya sendiri kadang merasa “ribet duluan”, “ribet sekali” ketika harus mencatat dan berpesan tentang keperluan-keperluan magang kepada mama lewat skype. “Ribet banget” padahal magang masih ada 5 bulan,” begitulah yang sering muncul di pikiran saya.
Tapi sesungguhnya di saat itulah Allah menyuarakan perintah dan hikmat-Nya. Tinggal bagaimana saya mau segera melaksanakannya atau tidak. Dan melalui program magang inilah saya bisa melihat sekali lagi kebaikan Tuhan. Dengan program magang inilah, saya bisa melihat hasil dari apa yang saya lakukan 5 bulan lalu.
Ketika kita taat dan setia, Tuhan akan memberkati kita. Program magang ini juga mengajar saya hal yang kedua, yaitu mendengar suara Tuhan dan melakukannya.