Catatan Harian Kerja Praktek di Jepang Bagian 5
Pergi ke daerah baru. Meninggalkan daerah nyaman. Berjumpa dengan orang-orang baru. Ketiga hal ini sering kali muncul bersamaan saat kita memutuskan untuk pergi ke tempat yang lain, yang sama sekali baru.
Hal yang sama juga berulang kali saya rasakan. Pergi ke SMP, SMA, tempat les, bahkan kampus yang baru. Masih banyak hal-hal lainnya yang kita tentu alami bukan? Berulang kali menghadapi hal serupa tidak membuat orang terbiasa. Tetap saja ada yang kesulitan ketika menuju ke daerah baru. Lantas bagaimana kita menanggapinya?
Ada orang yang ketakutan saat mesti pergi ke daerah baru. Mereka bersikeras bahkan sampai memberontak ketika harus pergi. Ada pula yang mau pergi namun kesulitan beradaptasi dengan daerah baru. Mereka cenderung mengurung diri dan jarang bergaul ke luar. Pergi tapi tidak mau membaur. Dan yang ketiga, adalah orang yang pergi dan dapat membaur. Yang ketiga inilah yang ideal.
Tidak ada orang yang senang menyambut daerah baru. Tentu ada rasa risih, takut, kuatir, bahkan penolakan dalam hati. Saya pernah mendengar orang bercerita mengenai dirinya saat pertama kali masuk SMA. Dia merasa takut dan cemas, bagaimana ini dan itu. Namun pada akhirnya dia bisa membaur dan menjalani kehidupan siswa SMA dengan baik.
Hal serupa juga pernah saya dengar dari teman-teman yang melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Ada yang cemas dan kuatir mengenai kehidupan kuliah, hubungan dengan teman seangkatan dan senior, dan juga soal mata kuliah. Hal senada juga saya dengar dari beberapa teman mahasiswa asing saat mereka bercerita pengalaman sendiri.
Namun yang paling sering saya dengarkan adalah saat teman di Gereja di Tokyo mengucapkan salam perpisahan. Dalam salamnya, tersirat sekali rasa sedih harus meninggalkan teman sahabat di Tokyo. Berat sekali harus meninggalkan tempat dimana kita telah membaur menjadi satu. Berat rasanya harus pergi meninggalkan semuanya. Berat ketika harus pergi ke tempat baru, mengulang dari awal lagi.
Saya pun tak luput dari perasaan serupa. Berat sekali ketika harus pergi dari Tokyo ke daerah Taku, yang sama sekali baru. Berat harus meninggalkan kebiasaan harian dan pergi untuk kerja praktek. Berat harus pergi dan bertemu dengan orang-orang baru. Dosen baru, siswa baru, dan rekan kerja baru. Ditambah lagi rasa cemas takut salah-salah bicara dan lainnya.
Rasa cemas itu sedikit luntur karena kesibukan mengurus dan mempersiapkan ini dan itu bahkan hingga H-1. Namun setelah pergi dan sampai di Taku, telah tiba dan beristirahat di kamar hotel, semua perasaan itu langsung muncul menyergap. Memenuhi seluruh pikiran saya. Daripada memikirkan itu terus, setelah berdoa malam sejenak, saya segera memutuskan untuk tidur malam saja. Saat itu waktu masih pukul 19.30.
Pergi ke daerah baru atau tetap tinggal, pilihan ini akan terus muncul dalam hidup kita. Tinggal bagaimana kita menyingkapinya? Mau pergi dan berpetualang? Atau tetap di rumah saja?