Festival Tanabata: Menggantungkan Harapan
Hari Sabtu tanggal 7 Juli, daerah Asia Timur, Cina, Korea, dan Jepang merayakan Festival Tanabata. Sedikit bercerita tentang sejarah Tanabata, Tanabata adalah sinkretisme antara tradisi Jepang kuno mendoakan arwah leluhur atas keberhasilan panen dan perayaan Qi Qiao Jie asal Tiongkok yang mendoakan kemahiran wanita dalam menenun. Festival Tanabata dimeriahkan tradisi menulis permohonan di atas tanzaku atau secarik kertas berwarna-warni. Tradisi ini khas Jepang dan sudah ada sejak zaman Edo. Kertas tanzaku terdiri dari 5 warna (hijau, merah, kuning, putih, dan hitam). Permohonan yang dituliskan pada tanzaku bisa bermacam-macam sesuai dengan keinginan orang yang menulis. Kertas-kertas tanzaku yang berisi berbagai macam permohonan kemudian diikatkan di ranting daun bambu membentuk pohon harapan di hari ke-6 bulan ke-7 (6 Juli, satu hari sebelum Festival Tanabata). Banyak yang berpikir apabila menggantungkan harapan atau permohonannya di ranting bambu, maka semuanya akan dikabulkan.
Harapan di Festival Tanabata
Banyak teman saya yang juga melakukan tradisi “menggantungkan” harapan itu ranting bambu. Mereka berharap agar keluarga sehat, proses belajar sukses, mendapatkan banyak uang, dan yang lainnya.
Bagaimana dengan teman-teman? Saya yakin kalau teman-teman juga memiliki harapan atau keinginan dalam hati. Harapan yang ingin sekali terwujud. Lalu apa yang teman-teman lakukan? Apakah teman-teman melakukan hal yang sama seperti di atas? Menggantungkan harapan di sebuah pohon, lantas berharap orang lain akan melihatnya dan kemudian melakukannya untuk teman-teman?
Bila itu yang teman-teman lakukan, saya bisa katakan bahwa itu adalah harapan kosong. Teman-teman berharap akan sesuatu, tetapi lantas hanya menggantungkannya begitu saja. Saya menyebut tindakan seperti itu adalah tindakan sia-sia, harapan kosong.
Bila memiliki sebuah harapan tertentu, “gantungkanlah” harapan itu kepada pribadi yang tepat, yaitu Tuhan Allah sendiri. Dalam Mazmur 62:6, Pemazmur mantap mengatakan, “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.” Lalu, “Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH” (Mazmur 71:5). Kemudian, “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya” (Mazmur 146:5).
Yeremia pun mengatakan hal yang sama, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN” (Yeremia 17:7). Allah adalah satu-satunya pribadi yang paling tepat kepada siapa kita menggantungkan harapan, karena Allah tidak pernah mengecewakan kita.
Mari teman-teman, gantungkanlah harapan pada Allah dan lihat apa yang terjadi.