Homestay Hari 3 Makanan Tahun Baru
Homestay di Jepang–Background
Homestay–Day 1
Homestay–Day 2CONTINUED TO:
Homestay–Day 4
Sambil makan ibu menjelaskan rencana hari ini kepada saya. Nanti kami akan pergi ke 神社(kuil), dan kemudian pergi ke rumah おばあさん(nenek), bersama dengan ayah dan Yuuka. Setelah membantu ibu merapikan semua peralatan makan, saya menonton televisi. Ya, ada pertandingan 駅伝(lomba lari massal). Kata ibu, perlombaan semacam ini setiap tahun dilakukan. Pada tanggal 1 Januari, pesertanya dari golongan pekerja. Esoknya, dari mahasiswa. Pada hari terakhir, tanggal 3 Januari, pesertanya adalah anak-anak sekolah. Saya sangat tertarik menontonnya. Sambil menghangatkan tubuh, saya menonton perlombaan tersebut.
Setelah ibu merapikan rumah, jam setengah 11, ibu mengajak saya pergi ke kuil. Letak kuil tersebut tidak terlalu jauh, jadi kami akan berjalan kaki. Saya mengenakan jaket tebal dan syal, karena suhu di luar sangat dingin. Sepanjang perjalanan, saya melihat banyak orang berjalan yang tujuannya sama dengan kami. Saya pikir pasti orang-orang itu juga hendak pergi ke kuil. Setelah 30 menit berjalan, saya dan ibu sampai juga di pintu gerbang depan kuil. Orang banyak sudah berkumpul dan mengantri. Yang saya heran, semua orang bisa mengantri dengan tertib. Tidak ada polisi atau satpam yang mengatur, namun setiap orang dengan sendirinya mengatur barisan menjadi 2 baris. Saya sungguh terkejut sekaligus kagum dengan kebiasaan orang Jepang ini.
15 menit kami berdiri mengantri, akhirnya kami bisa juga masuk ke kompleks kuil. Kesan pertama saya adalah kuil ini masih terawat dengan baik. Walaupun sudah kelihatan tua, namun struktur bangunannya masih kuat dan tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Semua patung dari batu yang ada di tepi jalan setapak pun, masih terawat dengan baik. Tidak ada orang yang merusak atau mencoba mencurinya. Saya semakin kagum dengan kebiasaan orang Jepang. Disini saya melihat banyak orang yang berdoa. Setelah melemparkan uang koin, mereka menghadap ke patung besar, dan berdoa memohon sesuatu. Setelah berdiskusi dengan guru dan teman, saya baru tahun mereka memohon kesehatan, keselamatan, segera punya anak, lulus kuliah, dan berbagai permohonan lainnya. Karena ibu sudah menjadi Katolik, saya dan ibu tidak melakukannya. Kami hanya melihat-lihat saja, dan kemudian kembali ke rumah. Kami menempuh rute yang sama untuk kembali menuju ke rumah. Karena sudah jam 12 siang, suhu sudah mulai sedikit menghangat. Saya tidak terlalu merasa kedinginan lagi.
Sampai di rumah, ayah sudah pulang dari kerja, dan Yuuka sudah bangun dari tidur. Saat saya sedang duduk-duduk di sofa, ayah dan ibu memanggil saya. Mereka memberikan sebuah amplop kecil, sambil berkata これはお年玉です。(Ini adalah hadiah tahun baru). Saya sangat terkejut, dan hanya bisa mengucapkan terimakasih. Yuuka pun menerima amplop kecil juga dari ayah dan ibu. Saya memasukkan amplop itu ke dalam tas, dan memakai pakaian yang lebih tebal lagi. Setelah merapikan rumah sebentar, akhirnya kami berempat pergi ke rumah おばあさん (nenek) dengan naik mobil. Saya tidak membawa apa-apa, tapi ibu terlihat membawa banyak barang. Ternyata dalam perjalanan, kami mampir di beberapa rumah, dan terlihat ibu dan ayah menyerahkan beberapa bingkisan kepada pemilik rumah. Kami mampir di tiga rumah, dan semuanya sudah berusia lanjut. Ibu menjelaskan bahwa dulu orang-orang tadi suka menolong ibu, dan ibu ingin sekedar mengucapkan terimakasih kepada mereka,
Setelah 20 menit, kami sampai juga di tempat parkir mobil. Ayah memarkirkan mobilnya. Saya sangat terkejut melihat tarif parkirnya: 200 yen (Rp 20000) tiap satu jam. Mahal sekali, pikir saya. Kami kemudian berjalan kaki ke rumah nenek. Jaraknya tidak terlalu jauh, dengan 3 menit berjalan kaki kami sudah sampai di rumah nenek. Saat pertama kali masuk ke rumah dan melihat おばあさん(nenek) dan おじいさん(paman), saya mengucapkan あけまして、おめでとうございます。今年もよろしくお願いいたします。(selamat tahun baru) sambil membungkukkan diri. Itu kali pertama saya membungkukkan diri sambil 正座 (duduk sopan ala jepang). Karena sudah jam 2 siang, kami kemudian menyantap makan siang kami sambil menonton televisi. Nenek sendiri tidak makan bersama kami, karena sudah sangat tua, dia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Paman sendiri tidak menikah, dan setiap hari menjaga dan merawat nenek. Kami makan makanan khusus tahun baru, ada banyak macam, dan semuanya sangat enak. Acara tahun baru di televisi pun sangat menarik. Ada berbagai macam permainan lucu yang bisa membuat tertawa.
Selesai makan, ayah dan paman meminum sake. Akhirnya muka mereka menjadi merah. Baru pertama saya melihat muka orang yang merah karena mabuk. Kami beristirahat sejenak, dan saya melihat nenek, ayah, dan Yuuka telah tertidur pulas. Paman kemudian mengajak saya bermain バドミントン (bulutangkis) di depan rumah. Ibu kemudian bergabung dengan kami. Kalau ada yang sudah kelelahan, kami bergantian. Walaupun cuacanya mendung dan dingin, tapi angin sama sekali tidak bertiup. Sungguh senang dapat bermain bulutangkis tanpa terganggu.
Ibu menjelaskan, karena Yuuka harus kerja sambilan, maka harus pulang cepat, mungkin sebelum jam makan malam. Akhirnya paman memutuskan agar jam makan malam dipercepat, menjadi jam setengah 5 sore. Paman mengeluarkan dua kotak besar, yang di dalamnya ada bermacam-macam おすし (sushi). Saya sendiri mencoba sushi tersebut, dan memang rasanya sungguh enak. Mungkin harganya mahal sekali, pikir saya. Sambil menikmati sushi, paman menunjukkan beberapa album foto dan menjelaskan kepada saya. Dari penjelasan paman, saya tahu bahwa paman bekerja di bidang yang berkaitan dengan kerjasama internasional, terutama dari negara Eropa. Paman sering sekali berkunjung ke Jerman, Belgia, dan negara lainnya. Paman juga yang mengkoordinasi apabila ada orang yang hendak homestay di Jepang. Kalau saya pikir, pekerjaan yang seperti itu enak sekali ya. O, ya setelah makan, nenek dan paman juga memberikan お年玉, hadiah sama seperti yang diberikan ibu kepada saya siang tadi. Saya sangat terkejut, dan kemudian berterimakasih kepada nenek dan paman. Yuuka pun mendapatkannya.
Jam setengah 6 sore, ibu mengantarkan Yuuka pulang ke rumah dan ke tempat kerjanya, karena ayah masih tertidur pulas. Saya sendiri hanya menonton acara televisi. Paman, nenek, dan ayah tertidur. Setelah ibu pulang, paman bangun dan bersiap memasak mochi. Mochi dimasukkan ke dalam sup hangat, dan ada juga yang dibungkus のり (semacam kertas dari rumput laut yang bisa dimakan) dan memanggangnya. Kami semua menyantapnya, dan sungguh sangat enak. Kue ini adalah juga adalah makanan Tahun Baru di Jepang.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan ibu meminta ijin pamit kepada nenek. Ayah, ibu, dan saya akhirnya berjalan pulang ke tempat parkiran mobil. Karena kelupaan sesuatu, akhirnya ibu kembali lagi ke rumah nenek, sedangkan saya dan ayah menuju ke mobil. Suhu udara sudah sangat dingin, dan setelah ayah membuka mobil, saya segera masuk ke dalam mobil. Ayah menyalakan mobil, dan kemudian duduk di sebelah kursi sopir. Ternyata ibu lah yang mengendarai mobil, mengingat ayah tadi sore meminum sake. Setengah jam perjalanan, kami sampai juga di rumah. Saya merapikan baju dan menghangatkan diri sambil menonton televisi. Ayah mandi duluan dan segera pergi ke ruang tidur. Ibu berkata, bahwa ia akan menjemput Yuuka, makanya mau mandi duluan. Saya mempersilakan ibu duluan. Setelah ibu selesai, barulah saya mandi. Lantai kamar mandi sangat dingin, namun untunglah dengan mandi air hangat, badan saya tidak terlalu kedinginan lagi.
Setelah mandi, saya merasa sangat mengantuk. Karena ibu sudah pergi menjemput Yuuka, saya akhirnya mematikan semua peralatan listrik, dan pergi ke ruang tidur saya. Setelah merapikan peralatan tidur dan berdoa, akhirnya saya tertidur pulas.