Homestay Hari 4 Mengunjungi Kuil Kamakura
Di depan peta besar yang menjelaskan tempat-tempat wisata di daerah itu, ibu menganjurkan untuk pergi ke (Kuil Hase), ibu bilang, dari sana kita bisa melihat laut, dan ada banyak sekali patung-patung. Kami kemudian berjalan keluar komplek Daibutsu dan berbelok ke arah Kuil Hase. Di jalan, saya melihat toko yang menjual es krim, Es Krim Obama, ya, saya jadi teringat mengenai hal tersebut. Saat presiden Obama berkunjung ke Kamakura, dia membeli es krim yang terkenal dengan kelezatannya. Ya jelas lezat, bayangkan untuk semangkok kecil es krim saja, harganya mencapai 600 yen (Rp 60000). Harga yang sangat mahal menurut saya. Setelah 15 menit berjalan, sampailah kami di depan pintu masuk Kuil Hase. Ibu segera membeli tiket seharga 300 Yen (Rp 30.000). Sementara itu, saya melihat keadaan sekitar. Ya, taman di depan Kuil ini masih sangat terawat, sangat bersih.
Setelah itu, ibu bilang ini adalah saatnya makan siang. Saya bilang kepada ibu, saya bisa makan apa saja, tidak mesti (makanan eropa). Ayah kemudian mendapatkan ide, bagaimana untuk pergi ke taman Kamakura. Kami kemudian kembali ke Hase Eki dan menaiki kereta menuju ke Kamakura Eki. Dari eki, kami berjalan kaki di sepanjang jalan yang sungguh indah. Di pinggir jalan, ada banyak lampion dan lampu kedap-kedip yang dipasang di pohon yang sudah mengering karena musim dingin. Ibu bilanh ini adalah pohon sakura. Pada musim semi, disini akan sangat indah. Setelah cukup lama berjalan, akhirnya kami menemukan juga restoran. Kami sepakat untuk makan di tempat itu. Saya sendiri memesan nasi dengan daging dan salad, serta jus jeruk. Ayah memesan nasi dengan ayam dan salad, serta bir. Sedangkan ibu, memesan spaghetti. Saya sendiri sangat terkejut melihat harganya, satu porsi harganya 1200 Yen (Rp 120.000), berarti kalau dikalikan 3, menjadi 3.600 Yen. Tapi ibu berkata, (tidak usah dibayar) kepada saya.
Selesai menyantap hidangan “mahal” tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke semua taman di sekitar Kamakura. Ayah mengambil banyak foto, terutama foto saya dan ibu. Taman itu sangat indah menurut saya. Air kolam sangat jernih, sehingga ikanpun kelihatan dengan jelas. Para pengunjung juga dapat memberi makan burung-burung merpati yang beterbangan sangat dekat dengan manusia. Angsa-angsa dengan anggunnya berenang di atas kolam. Saya sungguh kagum, bagaimana orang-orang Jepang dapat mempertahankan semua keindahan alam ini. Tidak ada sampah secuil pun di area taman itu.
Setelah agak sore, kami memutuskan akan pulang ke rumah. Kami berjalan ke stasiun Kamakura. Di tengah perjalanan, ibu membeli kue yang namanya (Sabure). Saya sendiri baru pertama mendengar nama kue ini. Ibu membeli 3 bungkus. Satu untuk keluarga di rumah, satu untuk paman dan nenek, dan yang terakhir untuk saya. Ibu juga meminta plastik lebih kepada sang pelayan toko. Awalnya saya bingung, namun ibu memberi plastik itu kepada saya. Ibu bilang, pakai saja plastik ini. Ya, dari awal perjalanan kami, saya menggunakan plastik bewarna putih, bekas membeli air mineral saat pagi hari. Saya betul-betul merasakan kebaikan hati ibu.
Dengan rute yang sama, kami pulang kembali ke rumah. Dalam kereta, ayah dan ibu nampak lelah sekali. Saat saya terbangun, saya melihat dengan jelas raut lelah di muka mereka. Ya, perjalanan hari ini pasti sangat melelahkan bagi mereka. Keluar dari Kamimizo Eki, kami berjalan ke rumah. Suhu udara sudah sangat dingin sekali. Ibu berbelok sebentar, untuk mampir ke supermarket, membeli keperluan rumah, sedangkan saya dan ayah menuju ke rumah. Sampai di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ayah segera menutup jendela, menyalakan lampu dan pemanas udara. Untunglah udara dalam rumah sudah menghangat. Saat saya sedang merapikan barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas, ibu sudaha sampai di rumah. Setelah membereskan semuanya, kami makan malam bersama.
Menu makan malamnya, sama dengan makan pagi. Dalam hati, saya sedikit sedih, karena sebentar lagi harus berpisaah dengan keluarga ini. Ibu mengupaskan apel bagi saya dan ayah. Ya, makan malam terakhir saya dengan keluarga berakhir pukul 8 malam. Setelah merapikan meja makan, saya istirahat sebentar, sementara ibu, memasak makanan untuk esok pagi. Ayah sendiri, nampaknya pergi keluar karena ada urusan. Satu jam berlalu, saat saya mengecek barang-barang bawaan saya, ayah pulang. Saat keluar dari kamar, ayah sedang menata foto-foto di atas meja. Ya, foto-foto kami saat di Kamakura sudah dicetak oleh ayah. Ayah menyuruh saya dan ibu untuk melihat foto itu sebentar. Saya melihatnya, dan memang hasilnya sangat bagus. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada ayah. Sementara ibu, saat melihat foto itu, ibu berkata, “saya tidak kelihatan tua disini. hahaha.” Saya dan ayahpun ikut tertawa mendengarnya. Ayah memasukkan semua foto itu kedalam sampul plastik dan memberikannya kepada saya. Kemudian saya dan ayah menonton televisi sebentar.
Pukul 9 malam, ayah keluar dan menyalakan mobil. Ibu kemudian menyuruh saya untuk mengecek semua barang bawaan dan membawanya ke mobil. Ya, inilah saat terakhir saya melihat rumah ini. Saya mengenakan mantel tebal, menggendong tas, dan membawa oleh-oleh pemberian ibu. Ya, ibu memberikan oleh-oleh terakhir berupa sebuah gelas berukuran besar, dan ada gambar dan tulisan mengenai sumo (olahraga tradisional khas Jepang). Saya meletakkannya pelan-pelan di dalam plastik bawaan saya. Saya bersama ibu kemudian keluar dari rumah dan menuju ke mobil. Ayah yang mengendarai mobil, ibu duduk di samping ayah, sedangkan saya duduk di belakang ayah. Dalam perjalanan, ibu banyak berbincang dengan ayah. Yang saya tangkap, besok ayah harus kembali bekerja. Ibu punya janji dengan temannya. Sedangkan Yuuka juga harus kembali bekerja sampingan.
Ibu juga menanyakan kepada saya, bagaimana jalan pulang menuju universitas. Saya jawab dengan jujur, bahwa saya sama sekali tidak mengetahuinya. Ayah mengambil jalan yang tidak pernah saya lewati sebelumnya. Setelah 1 jam perjalanan, belok ke kanan dan kiri, akhirnya kami sampai juga di pintu gerbang universitas. Pintu gerbang yang besar sudah ditutup, hanya terbuka untuk pejalan kaki. Dalam mobil saya mengucapkan お世話になりました。本当にまことありがとうございます。(Benar-benar terimakasih. Saya sudah banyak merepotkan) kepada ayah dan ibu. Ayah dan ibu kemudian menjawab いいえ。いいえ。頑張ろう (Tidak. Tidak. Selamat berjuang ya!). Saya keluar dari mobil dan berjalan masuk ke area universitas. Saya kembali menghadap ke belakang, dan melambaikan tangan saya sekali lagi kepada mereka. Ya, ini benar-benar yang terakhir. Yang terakhir bagi saya. Saya kemudian kembali berjalan. Sampai saya agak jauh, ayah dan ibu belum juga pergi, lampu sorot mobil masih bisa saya lihat. Setelah jalannya agak menikung, lampu itu sudah tidak nampak. Saya menghadap ke belakang, dan melihat bahwa mobilnya sudah diputar dan hendak pergi. Dalam hati saya sangat sedih sekali, berjalan melewati sepinya jalan menuju ke asrama. Sepanjang berjalan kaki, saya merasa sangat kehilangan. Kehilangan keluarga “baru” yang sangat baik dan ramah kepada saya.
Setelah 15 menit berjalan kaki, tiba juga saya di asrama. Asrama sudah sangat sepi, mungkin saya yang terakhir kembali dari homestay. Saya mencopot sepatu, menggantinya dengan surippa dan menuju ke kamar. Sampai di kamar, jam sudah menunjukkan pukul 22.30 malam. Saya membereskan semua bawaan saya. Yang pakaian kotor, saya kumpulkan dalam plastik untuk esok hari dicuci. Kemudian semua kenang-kenangan yang saya dapatkan, saya lihat sekali lagi. Saya tulis dengan pulpen, tanggal, dan dari siapa saya mendapatkan. Agar tidak lupa, pikir saya. Jam 11 malam, teman dari Malaysia datang untuk meminta air panas, katanya dia hendak meminum kopi hangat. Saya memanaskan air dan sambil menunggu mendidih, saya berbincang-bincang dengan dia. Saya menunjukkan foto sepanjang perjalanan hari ini ke Kamakura. Saya juga bercerita bahwa saya mendapatkan hadiah tahun baru. Dia bercerita, bahwa dia tidak pergi kemana-mana, juga tidak mendapat hadiah tahun baru. Air panasnya sudah mendidih, saya menuangkan air panasnya ke dalam gelas yang sudah dibawanya terlebih dulu. Dia kemudian minta ijin untuk kembali ke kamarnya.
Dalam hati saya, saya sangat bersyukur kepada Tuhan. Bisa mendapatkan kasih sayang dan keramahan dari keluarga yang baru pertama saya lihat. Saya mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan ke Kamakura, dan masih banyak hal lainnya. Kalau Anda membaca kisah ini dari awal, Anda pasti akan mengerti mengapa saya mengucapkan hal tersebut.
Ya, inilah akhir dari kisah panjang, Homestay yang saya lakukan pertama dan sekaligus yang terakhir di Jepang, saat pergantian tahun. Nantikan kisah-kisah lainnya dalam blog ini. Tuhan Memberkati.