Jalan-jalan di Harajuku dan Omotesando
Hari Selasa, tanggal 17 Maret 2015. Papa dan Abang telah terlebih dahulu bangun baru kemudian kami makan pagi bersama. Sarapan pagi itu dengan dendeng dan ikan teri yang dibawa dari Indonesia. Saya bersyukur diberikan Tuhan hikmat untuk memesankan kepada Mama membawa makanan dari Indonesia, sebab kulkas dan hampir seluruh peralatan masak sudah dipindahkan ke rumah yang baru. Dengan adanya makanan yang dibawa dari Indonesia, kami tidak perlu sering memasak sehingga bisa menghemat banyak waktu. Sambil sarapan, saya menjelaskan bahwa hari ini kita akan jalan-jalan di pusat keramaian kota Tokyo, dan dimulai dengan perjalanan ke Harajuku dan Omotesando.
Jalan-jalan di Harajuku dan Omotesando
Pagi itu kami keluar rumah sekitar pukul 9 pagi. Setelah membawa 2 botol tupperware untuk minum sepanjang perjalanan, kami sempat berfoto bersama di taman dekat rumah, dan melanjutkan perjalanan ke stasiun Higashi Fushimi berjalan kaki. Seperti biasa saya membelikan Papa, Mama, dan Abang tiket dan menyimpannya setelah melewati pintu karcis. Kami pun naik kereta Seibu Shinjuku Line sampai ke Stasiun Takadanobaba. Saya sengaja memilih waktu pergi setelah jam masuk kantor jam 9, sehingga suasana kereta waktu itu sudah lumayan sepi. Dari Stasiun Takadanobaba, kami berpindah ke Yamanote Line hingga ke stasiun Harajuku. Lalu di Harajuku kami sempat berfoto bersama berlatar belakang bangunan stasiun Harajuku yang terkenal.
Perjalanan dilanjutkan ke toko 100 Yen di Takeshita-dori yang terkenal. Waktu itu karena masih ada waktu sekitar 10 menit sampai toko buka jam 10, kami memutuskan untuk berkeliling Takeshita-dori terlebih dahulu. Abang sempat membeli beberapa bungkus kitkat dengan rasa khas Jepang untuk dibagikan kepada saudara-saudara. Setelah itu kami kembali ke toko Daiso dan memilih barang-barang sebagai oleh-oleh. Saya memutuskan untuk membeli oleh-oleh terlebih dahulu karena tahu bahwa di Daiso lah kita bisa mendapatkan oleh-oleh khas Jepang dengan harga terjangkau. Beberapa kali menemani kerabat dari Indonesia berbelanja oleh-oleh di tempat lain, Daiso menyediakan barang dengan harga paling terjangkau.
Awalnya kami berkeliling di toko berlantai tiga itu. Abang membeli oleh-oleh kue dan biskuit rasa matcha (teh khas Jepang), juga konverter colokan listrik untuk laptop Abang. Papa juga berkeliling melihat barang-barang di toko 100 Yen yang terkenal itu. Sementara itu, Mama memilih oleh-oleh untuk teman kantor berupa pouch (semacam kantong tas kecil untuk tempat kosmetik dan sebagainya). Sambil memilih dari berbagai macam warna dan varian yang ada, Mama juga melihat-lihat ke bagian yang lainnya. Ada juga beberapa jepit rambut dan bando yang dibeli untuk saudara-saudara.
Selepas mendapatkan oleh-oleh untuk saudara dan teman kerja, kami menyusuri jalan Takeshita-dori dan menuju ke arah Omotesando. Pertama kami menghampiri toko Asian Shop yang berada di ujung jalan Omotesando. Toko Asian Ship adalah toko pernak-pernik dan oleh-oleh khas Jepang dengan suasana lebih elegan dan gorgeous. Kami menyusuri bagian dalam toko melihat peralatan makan, kimono dan yukata Jepang, dompet dan tas-tas yang relatif mewah. Harganya pun 5 hingga 6 kali lebih mahal dibandingkan di Daiso. Kami pun turun ke bagian bawah untuk melihat kaus-kaus bertuliskan huruf Jepang. Sempat agak lama memilih kaus yang pas, kami pun memutuskan untuk membeli satu kaus bagi Alex. Kala itu, Abang juga sempat melihat-lihat kerajinan tangan berupa boneka Jepang yang hendak diberikan kepada atasan kantornya. Namun karena harganya lumayan mahal, Abang memilih membeli gelas keramik dengan tulisan Jepang. Kami pun meminta semuanya untuk dibungkus rapi sebab akan dibawa ke pesawat.
Kami melanjutkan perjalanan ke arah Stasiun kereta bawah tanah Omotesando. Kami juga sempat mampir dan melihat-lihat toko brand terkenal di sepanjang jalan Omotesando. Hari yang cerah dan rimbunnya pohon-pohon di sepanjang jalan membuat perjalanan kami hari itu sangat nyaman dan menyenangkan. Akhirnya kami pun tiba di Stasiun Omotesando dan naik kereta Asakusa Line menuju ke stasiun Asakusa.
Sumber gambar: facebook 1, 2, 3