Jepang dan Cina
Beberapa hari belakangan ini hampir semua stasiun televisi menayangkan berita tentang demo anti-Jepang yang semakin panas terjadi di Cina. Warga-warga menyerang dan merusakkan mal-mal, kantor dan perusahaan-perusahaan Jepang yang membuka usaha di Cina. Mereka juga membakar mobil, menurunkan serta merobek bendera Jepang, dan menyerang Kedutaan Besar Jepang yang ada di beberapa kota besar di Cina. Demo ini kian hari makin berlangsung panas. Kemudian pagi ini, sekitar 10 perahu nelayan dan sebuah kapal tempur Cina juga menerobos perairan Jepang di kepulauan Senkaku. Bagaimana kelanjutan hubungan Jepang dan Cina?
Masalah Antara Jepang dan Cina
Negara tetangga yang kini bersaing ketat di bidang ekonomi ini memang punya masa lalu yang kelam. Perang dan pertumpahan darah terjadi ketika tentara Jepang menyerang daerah Manchuria di dataran Cina pada waktu perang dunia pertama. Cina hingga kini masih belum bisa memaafkan sepenuhnya Jepang atas tragedi ini. Tapi kenapa masalah yang terjadi 100 tahun lalu ini terulang kembali? Apa biang masalah pertikaian Jepang dan Cina kali ini?
Masalah ini berawal dari beberapa aktivis kenegaraaan asal Hongkong yang mendarat di salah satu pulau terluar di Kepulauan Senkaku. Mereka berangkat dari Hongkong ke Kepulauan Senkaku dengan tujuan menegaskan bahwa kepulauan itu adalah termasuk wilayah Cina. Tapi, karena menurut perjanjian internasional kepulauan itu adalah wilayah Jepang, maka pemerintah Jepang pun bertindak. Mereka datang dan menangkap, mengintrogasi penyusup itu, dan pada akhirnya memulangkan mereka kembali. Tapi masalah tidak selesai di situ. Masyarakat Cina justru jadi marah ketika tahu para aktivis itu dipulangkan. Itu karena rakyat Cina juga berpikir hal yang sama, Kepulauan Senkaku adalah wilayah kenegaraan Cina.
Cina kembali melakukan trik lamanya. Bulan Juli 2012, Cina mengirimkan ratusan perahu nelayan ke salah satu pulau di Kepulauan Spratly di dekat perairan Filipina. Di sana nelayan-nelayan itu kemudian mendarat dan mengklaim kepulauan itu adalah wilayah kenegaraan Cina. Padahal kepulauan itu terbagi-bagi menjadi wilayah kenegaraan Filipina, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan juga. Kemudian untuk memperkuat pengaruhnya di sana, Cina juga mengirimkan tentara ke kepulauan tersebut.
Kali ini pada bulan September, Cina juga melancarkan strategi yang sama, tapi kini terhadap kepulauan Senkaku yang jelas-jelas merupakan wilayah negara Jepang. Cina membiarkan puluhan perahu nelayan mendekati dan masuk ke wilayah perairan Jepang, sambil merencanakan trik yang sama. Trik dengan cara mengirimkan ratusan atau ribuan perahu nelayan untuk memperkuat pengaruh di Kepulauan Senkaku ini. Itu adalah pendapat pakar hubungan luar negeri Jepang yang saya dengarkan di televisi.
Ini semua adalah bagian dari strategi Cina untuk memperkuat sekaligus memperluas pengaruhnya di perairan Laut Cina Selatan. Seperti yang terlihat di peta di bawah ini.
Tidak hanya itu saja, ada 3 strategi Cina yang ditujukan untuk menekan Jepang.
- Membuat hukum sendiri untuk mengatur wilayah perairan negara.
- Terhadap warga negara sendiri, pemerintah Cina mengatakan bahwa Jepang itu curang. Para pakar berpikir inilah yang menyebabkan demo dengan cepat meluas ke ratusan kota di Cina.
- Merusak perusahaan dan kantor-kantor Jepang di Cina. Para pakar berpendapat bahwa ini adalah taktik Cina untuk mempengaruhi Pemerintah Jepang. Dengan taktik ini, Cina menekan Pemerintah Jepang yang tentu saja mengutamakan keamanan rakyat Jepang yang tinggal di Cina.
Hal yang bisa dipelajari dari ketegangan antara Jepang dan Cina
Indonesia memang tidak merasakan dampaknya secara langsung, tapi ada beberapa hal yang bisa kita pelajari.
- Indonesia sebagai salah satu negara pendiri Asean harus bertindak tegas bila diperlukan karena keamanan dan kedaulatan negara-negara ASEAN sedang terancam.
- Indonesia harus belajar dari pengalaman pahit kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan. Masalah ini tidak hanya menyangkut sebuah pulau saja, namun juga menyangkut wilayah pemerintahan suatu negara. Tidak ada lagi yang bisa melindungi wilayah suatu negara kecuali pemerintah dan rakyat negara itu sendiri.
- Yang terakhir, yang terpenting : mengenai tata krama berdemo. Saya pikir apa yang dilakukan rakyat Indonesia tidak ubahnya seperti yang dilakukan rakyat Cina. Rakyat Cina merusak bangunan-bangunan, mal-mal, dan fasilitas publik yang berhubungan dengan Jepang. Begitu juga dengan Indonesia. Saat protes anti-Amerika, masyarakat Indonesia merusak Kedubes Amerika dan beberapa toko waralaba Amerika. Mereka pikir dengan melakukan itu maka akan merugikan Amerika serta mendapat atensi dari Pemerintah Amerika. Saya berani katakan bahwa itu adalah salah. Yang masyarakat rusak bukanlah aset Amerika, justru aset negeri sendiri. Aset orang Indonesia sendiri. Amerika mah santai-santai aja, tidak terpengaruh, tidak peduli. Tapi malahan orang Indonesia yang rugi, harus mengutang untuk mengganti kerusakan. Jadi sudah sadar? Demo sih boleh-boleh saja, tapi jangan merusak dan vandalisme.
Semoga dengan peristiwa ini, rakyat Indonesia jadi sadar dan merdeka. Merdeka pikirannya dari pola pikir lama dan kuno kepada pola pikir yang terbuka dan bebas.