Kebersamaan itu Segalanya
Siapa yang bisa hidup sendirian di dalam dunia? Siapa yang bisa hidup tanpa orang lain. Saya sangat yakin tidak ada orang yang seperti itu. Kalaupun ada seseorang yang pernah berkata bahwa ia tidak memerlukan orang lain, itu pasti disebabkan emosinya. Hari sabtu lalu, saya dengan ryuugakusei yang lain pergi bersama-sama ke pusat kota Tokyo, tepatnya di daerah Kasumigaseki. Di sana adalah pusat pemerintahan Jepang. Sepanjang jalan, saya melihat gedung-gedung penting. Misalnya Ministry of Foreign Affairs, Minisitry of Economy, dan masih banyak lainnya.
Di tempat ini bersama dengan teman-teman nihongo kensyuusei, banyak foto yang kami ambil. Sensei pun tidak mau ketinggalan untuk ikut serta. Melalui momen yang singkat ini, saya kembali diingatkan akan pentingnya kebersamaan. Kebersamaan yang dibangun dari nol, kebersamaan yang dibangun di atas perbedaan latar belakang budaya, dan kebersamaan yang dibangun demi satu tujuan.
Semua nihongo kensyuusei berasal dari negara yang berbeda-beda (lihat di posting-an mengenai Ryuugakusei 2010). Pada awal kami semua bertemu di Narita Airport, kami hanya berkomunikasi sedikt-sedikit. Itupun dengan bahasa Jepang yang sedikit kami ketahui. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya kami mulai bisa berbahasa Jepang, dan kini sudah bisa berkomunikasi dengan lancar.
Kebersamaan itu erat hubungannya persatuan. Kebersamaan yang dijaga secara terus-menerus pasti akan berakhir dengan persatuan. Mendengar kata persatuan, Anda pasti jadi ingat dengan Pancasila, khususnya dengan sila ke-3. Saya ingin menjelaskan sedikit mengenai persatuan. Persatuan itu bukan berarti menghapus perbedaan, misalnya dengan menyingkirkan kaum minoritas yang ada. Namun persatuan itu adalah kita tetap menjaga kepercayaan yang kita pegang, namun di atas perbedaan itu, kita tetap saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Bagi saya itu adalah makna kebersamaan dan persatuan yang seutuhnya.