Lost In Tokyo
Hari Kamis 30 September 2010 adalah hari pertama saya menginjakkan kaki di Negeri Sakura, Jepang. Mulai dari tanggal itu, hari-hari saya selalu diisi dengan pengalaman baru di negeri yang baru. Tidak terasa hari ini sudah tepat 2 tahun berlalu sejak kedatangan saya ke Jepang. Pagi ini saya sempat membuka dan membaca kembali beberapa artikel blog yang saya tuliskan waktu itu. Isinya rata-rata adalah kekaguman saya terhadap negeri baru ini. Untung juga dulu saya menuliskan artikel-artikel ya!a
Dua tahun berlalu sudah. Banyak pengalaman yang saya dapatkan. Banyak teman-teman baik dari Indonesia, maupun dari negara lain yang saya temui. Banyak teman-teman Jepang juga yang ramah dan baik yang saya temui. Ada juga orangtua asuh (orangtua homestay) yang senantiasa menyambut saya di rumahnya. Banyak juga sensei (dosen) yang mengajarkan saya. Tidak lupa juga dengan orangtua, saudara, dan teman-teman di Indonesia yang terus-menerus juga mendukung saya. Dan tidak lupa juga, ada Tuhan Yesus yang selalu menjaga dan melindungi saya setiap waktu. Saya ada sekarang ini hanya karena dukungan teman-teman, dan hanya karena berkat Tuhan saja.
Lost In Tokyo
Kali ini saya ingin menuliskan pengalaman tidak terlupakan ketika pertama kali saya berangkat ke GIII Tokyo, sebuah gereja berbahasa Indonesia yang ada di Tokyo. Tepatnya di Chiyoda Ward, hanya 3 stasiun dari stasiun Tokyo. Kali pertama saya ke gereja, saya pergi bersama dengan Bang Togi. Bang Jeff tidak bersama dengan kami, karena dia telah berangkat lebih dulu karena ada pelayanan di gereja. Dari tempat saya, saya harus naik sepeda ke stasiun terdekat, Stasiun Hashimoto. Kemudian dari sana saya naik kereta Keio Line ke Stasiun Shinjuku. Dari sana saya naik JR Chuo Line sampai ke Stasiun Ochanomizu. Nah, dari stasiun itu saya tinggal berjalan kaki menuju gedung YMCA, tempat GIII Tokyo. Begitulah perjalanan pertama saya dari asrama hingga ke gereja.
Saya masih ingat betul keadaan stasiun Shinjuku. Stasiun yang ramai sekali, penuh orang dari berbagai arah. Perlu diketahui stasiun Shinjuku adalah stasiun teramai di dunia dengan total penumpang 3,8 juta orang per hari. Selain itu, ada 35 peron dan lebih dari 200 pintu keluar dari stasiun di sebelah barat Kota Tokyo ini. Gambar di atas adalah contoh papan tanda jalan di passenger bawah tanah. Gambar itu adalah pemandangan stasiun yang pertama saya lihat. Pemandangan yang membuat saya terkejut dan kaget. Waktu itu saya tidak berani mengambil foto karena begitu banyaknya orang, tapi beberapa minggu lalu akhirnya saya bisa merekamnya ke dalam sebuah gambar.
Lost in Tokyo–Tersesat di Tokyo itu mungkin wajar bagi orang asing. Jelaslah mereka tidak terbiasa dengan ramainya orang dan juga dengan Bahasa Jepang. Apa nama jalur kereta yang saya harus ambil? Ke peron nomor berapa saya harus pergi? Dari mana saya harus keluar? Ada banyak hal yang membuat orang tersesat di Shinjuku. Untung saja waktu itu ada kakak kelas (senpai) sehingga saya tidak tersesat dan dapat sampai ke tujuan.
Lost In Tokyo – Tersesat dalam Hidup
Sama halnya dengan kehidupan kita di dunia. Setiap hari ada banyak permasalahan silih berganti, orang ramai datang mengarah kepada kita, banyak pilihan yang kita harus ambil tiap hari. Selalu besar kemungkinan untuk salah pilih jalan dan kemudian tersesat entah kemana.
Syukur saya bersama dengan senpai (yang sudah lama di Jepang), saya bisa mengambil jalan dan kereta yang tepat sehingga sampai di gereja dengan baik. Waktu itu, senpai adalah penuntun bagi saya. Penuntun jalan agar saya tidak tersesat.
Ibarat stasiun Shinjuku, agar kita tidak tersesat di dunia ini, kita mutlak memerlukan penuntun. Penuntun apa yang teman-teman punya? Apakah nasehat-nasehat dari orang lain? Atau pemikiran dan pendapat sendiri? Semuanya itu tidak tetap, mudah berubah, dan kadang menyesatkan. Kita semua memerlukan penuntun yang tepat dan tidak berubah-ubah. Tidak lain dan tidak bukan, penuntun itu adalah FIRMAN TUHAN. Firman Tuhan adalah penuntun kita menjalani hidup setiap hari. Penuntun kita memilih atau memutuskan sesuatu hal. Penuntun kita menghindari jalan berlubang dan jalan sesat.
Firman Tuhan adalah penuntun satu-satunya hidup kita.
Sumber Gambar : BlogSpot