Memperoleh Beasiswa untuk Studi Lanjut
Setelah seharian pergi mengunjungi obyek-obyek wisata di Tokyo, seperti Asakusa, Tokyo Tower, dan Tokyo Sky-Tree juga berbelanja beberapa oleh-oleh di Toko CanDo, kami akhirnya tiba di asrama. Perjalanan yang melelahkan, namun mengasyikkan. Bisa berjalan-jalan sekeluarga dan mengunjungi objek-objek wisata yang indah.
Tiba Di Rumah
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh ketika kami tiba di asrama. Suasana asrama sudah gelap dan semi, mengingat banyak penghuni lainnya yang tentu sudah pulang ke rumahnya masing-masing di liburan musim semi ini. Saya kemudian mengecek kotak pos di pintu depan dan mendapati ada surat untuk saya dari Okamoto Scholarship Foundation, satu organisasi yang menawarkan beasiswa. Karena takut dan deg-degan, saya tidak langsung menjawab perihal surat itu ketika Mama menanyakannya kepada saya. Saya takut kalau tidak mendapatkan beasiswa tentu akan merusak mood liburan di Jepang, jadilah saya berdiam diri menutupi surat berbahasa Jepang itu.
Sampai di kamar, Papa langsung bersiap untuk mandi setelah lelah berkeliling satu harian. Mama dan Abang juga membereskan barang-barang belanjaan dan oleh-oleh, memasukkannya ke dalam koper supaya tidak kelupaan. Sementara saya, saya sempat takut ketika membuka amplop dan membaca surat pengumuman itu. Namun, Puji Tuhan! Surat itu memberitahukan bahwa saya lulus dan berhak untuk mendapatkan beasiswa selama satu tahun ke depan! Sungguh suatu mujizat! Saya langsung menyampaikan hal itu kepada Mama dan Abang. “Puji Tuhan dek, Tuhan sudah membantu kita,” kata Mama. “Puji Tuhan dek, Tuhan membantu dedek melanjutkan pendidikan di Jepang,” sahut Abang senada dengan Mama.
Memang saya sempat kuatir mengenai kehidupan di Jepang selanjutnya. Hingga saat itu tiba, saya belum mendapatkan kepastian mengenai beasiswa pendidikan. Memang beasiswa bisa dicari setelah masuk dan menjadi mahasiswa, namun tentu persaingannya akan lebih ketat. Saya juga sempat takut dan kuatir soal biaya-biaya yang mesti dibayarkan saat pertama masuk kuliah, seperti uang pangkal atau uang semester yang jumlahnya tidak sedikit. Belum lagi biaya sehari-hari yang tentunya melambung karena nantinya saya tidak tinggal di asrama lagi. Saya sempat mengatakan kepada Mama untuk menyiapkan uang cadangan sebesar 50 juta kalau-kalau saya memerlukan untuk kuliah di Jepang. Namun karena sudah ada beasiswa yang didapat, lumayan untuk menopang biaya sehari-hari di Jepang. Saya pun menyampaikan kepada Mama, uangnya mungkin perlu tapi tidak untuk dalam waktu dekat.
Papa yang selesai mandi pun turut senang ketika mendengar pengumuman saya mendapatkan beasiswa. Malam itu setelah makan malam dengan ikan teri dan dendeng, kami berdoa dan membaca Firman Tuhan bersama, bersyukur atas penyertaan Tuhan sepanjang hari ini, serta kebaikan Tuhan karena saya bisa mendapatkan beasiswa. Sungguh semuanya hanya karena berkat Tuhan saja. Terpujilah nama Tuhan!