Mendapatkan Rumah dari Agen Aoi Fudosan
Saya pun ijin pamit dan pergi naik kereta menuju ke Aoi Fudosan. Tempatnya di depan Chiba University, memang agak jauh dibandingkan dua perusahaan fudosan sebelumnya yang ada di Stasiun Chiba.
Tiba di Aoi Fudosan
Aoi fudosan memiliki bangunan sendiri, berbeda dengan 2 agen rumah lain yang hanya membuka kaunter di pusat perbelanjaan saja. Di pintu masuk saja juga melihat tanda garansi dan bukti kerjasama Aoi Fudosan dengan Koperasi Mahasiswa Chiba University. Saya buka pintunya, dan langsung bertemu petugas yang sudah agak tua namanya Murakami-san. Tanpa basa-basi lagi, dia langsung menyodorkan informasi rumah. Ketika melihat kertasnya, saya langsung terkejut melihat biaya sewa dan denah rumahnya. Biayanya paling murah diantara semua informasi rumah yang saya lihat hari ini yakni 25 ribu yen sebulan, dan denah rumahnya juga sesuai dengan keinginan saya. Ruangannya tidak perlu terlalu luas, ada kamar mandi dan dapur di dalam, serta gedungnya yang tidak terlalu tua. Murakami-san langsung menyela, “Rumah ini bagaimana? Tidak apa-apa kan?” katanya kepada saya. Dia rupanya telah mencari-cari rumah yang sesuai dengan kondisi dan syarat yang saya tuliskan dalam email saya. “Ayo kita pergi melihat rumahnya” sambungnya.
“Wah cepat sekali,” pikir saya dalam hati. Saya pun langsung berdiri dari tempat duduk yang empuk di ruangan itu dan melangkah menuju parkir mobil yang berada di belakang gedung. Murakami-san langsung mengambil kemudi dan memacu mobil menuju ke rumah tersebut. Dalam perjalanan, Murakami-san mengenalkan keadaan daerah sekitar, ada supermarket, minimarket, kantor pos, dan bank. Meskipun agak memutar, namun semuanya berada di antara kampus dan rumah. Strategis juga tempatnya. Tiba di depan rumah, saya langsung diajak menuju kamar 202 di lantai 2. Murakami-san menyalakan breaker listrik dan menunjukkan interior rumah. Saya pun mengecek parkiran sepeda, pintu, jendela rumah, dapur, dan kamar mandi. Semuanya rata-rata bagus dan standarnya sama dengan kamar di Hashimoto saat pertama kali tinggal di Jepang. Keadaan rumah memang agak gelap karena ada pohon besar menghalangi jendela, namun angin sejuk tetap dapat mengalir ke seluruh bagian kamar. Saya pun mengecek keran air dan alat penghasil air panas untuk mandi serta sinyal internet dalam kamar. Karena semuanya sudah baik, saya pun setuju dan menyatakan minat pada rumah ini.
Sekembalinya kami ke Aoi Fudosan, saya langsung diberikan daftar list dokumen yang diperlukan. Saya juga diberikan rincian biaya awal untuk menyewa rumah. Puji Tuhan, biayanya hanya 52 ribu yen, yakni biaya sewa 1 bulan ditambah biaya jasa perusahaan fudosan. Murakami-san mengatakan biaya lain seperti biaya bersih-bersih dan penggantian kunci tidak diperlukan, asuransi dan pihak penjamin pun tidak perlu, karena Aoi Fudosan menerima surat jaminan dari Chiba University. Puji Tuhan semuanya berjalan baik, baik rumahnya maupun biayanya, pikir saya. Jika dibanding dengan biaya awal rumah lain yang sampai 20 juta, rumah ini hanya 5 juta, sungguh harganya sangat murah. Saya pun mengiyakan dan menyatakan kesiapan untuk memenuhi persyaratan dan dokumen-dokumen yang diperlukan.
Sebelum pergi, Murakami-san juga menyatakan bahwa di kamar sebelah saya tinggal mahasiswa Indonesia. Begitu juga di rumah lain yang letaknya dekat, tinggal 5-6 orang Indonesia. Dia juga berkata bahwa kamar di bawah yakni 102 akan kosong bulan Februari, jadi bisa ditempati. Saya pun langsung menelepon teman saya memberitahukan hal tersebut. Dia yang sedang dalam perjalanan pulang, buru-buru berputar arah, kembali menuju ke Chiba.
Semuanya Hanya Berkat Tuhan
Karena hari telah sore dan rasanya hujan akan turun, saya memutuskan untuk segera pulang ke rumah dan tidak pergi lagi ke kaunter agen rumah/ fudosan yang tadi pagi. Saya hanya menelepon dan menyatakan untuk membatalkan semuanya karena telah mendapatkan kamar yang pas. Mereka pun setuju dan saya pun bisa kembali ke rumah langsung.
Dalam perjalanan kereta Tozai Line kembali menuju ke Tokyo, saya merenung-renungkan kebaikan Tuhan sepanjang hari itu, dan pertolongan Tuhan dalam proses menemukan rumah tempat tinggal. Dari sejak mencari informasi di internet, membuat janji, bertemu dan berdiskusi lalu mengunjungi rumah, penyertaan dan bimbingan Tuhan sangat nyata saya rasakan. Tuhan terus memberikan hikmatnya, penghiburan dan ketenangan kepada saya yang sudah hampir patah arang dan putus asa. Tuhan juga memberikan tuntunannya pada saya hingga dapat menemukan rumah yang pas baik dari posisinya, kondisinya, dan juga biaya sewanya. Sungguh kalau bukan karena Tuhan, saya tidak mungkin bisa menemukan rumah itu. Terpujilah Tuhan!
Sumber gambar : http://www.aoifudousan.co.jp/