Menuju ke Rumah di Tokyo
Jadilah saya segera berlari menuju ke lantai basement 1 di mana jalur kereta Keisei Line berada. Saya ambil kereta dengan arah sebaliknya menuju ke Haneda Airport Terminal Internasional. Tidak perlu waktu lama, hanya sekitar 3 menit, dan saya telah tiba di terminal Internasional. Saya segera berlari menuju ke lift dan naik ke lantai 2, terminal kedatangan. Keluar melewati pintu karcis, saya menuju ke ruang tunggu dan mendapati Abang dan Mama sedang berjalan-jalan mencari saya. Saya pun langsung menyalam dan memeluk Mama dan Abang. Papa sendiri berada di kursi agak belakang sedang duduk, mungkin karena kelelahan.
Bertemu dengan Papa, Mama, dan Abang
Puji Tuhan, meskipun agak terlambat karena kecelakaan kereta dan sempat salah terminal kedatangan, namun kami semua bisa bertemu dengan baik. Karena hari sudah agak siang, maka kami pun segera memutuskan untuk menuju ke rumah di Tokyo. Saya membawa satu koper, sementara Abang membawa tas punggung, dan Papa membawa satu koper lainnya menuju ke pintu karcis kereta Keisei Line kembali. Setelah membeli karcis kereta untuk Papa, Mama, dan Abang, kami pun lewat pintu karcis dan menuju ke platform kereta. Waktu itu pas kebetulan kereta Keisei Line yang ekspress datang, dan kami pun naik kereta itu menuju Stasiun Shinagawa di Tokyo. Kami berempat duduk berjejer di kursi bagian ujung.
Setelah keluar dari terowongan bawah tanah yang gelap, sinar matahari menyinari jendela kaca kereta yang besar. Abang dan Papa tidak henti-hentinya melihat suasana kota Tokyo, sedangkan Mama terlihat lega karena bisa tiba di Jepang dengan baik, setelah perjalanan 7 jam naik pesawat. Waktu itu karena tikungan, karena kurang kuat dipegang, koper sempat meluncur, namun untunglah tidak mengenai penumpang yang lainnya.
Tiba di Stasiun Shinagawa, saya dengan cekatan menunjukkan jalan bagi Papa, Mama, dan Abang. Puji Tuhan juga, karena tahun lalu saya melewati stasiun ini saat kembali dari Indonesia menuju ke rumah di Tokyo, saya bisa menemukan jalan tercepat di stasiun Shinagawa yang ramai penumpang dan orang-orang pekerja. Saya kemudian membeli tiket lagi bagi Papa, Mama, dan Abang, tiket kereta menuju ke stasiun Takadanobaba. Lewat pintu karcis, kami menuruni tangga menuju platform 5-6 kereta JR Yamanote Line menuju ke Takadanobaba. Beruntung ada beberapa tempat duduk kosong. Abang bisa duduk di samping Mama, sedangkan saya bisa duduk di samping Papa. Sambil kereta berjalan, saya pun mengenalkan suasana pusat kota Tokyo dan objek-objek wisata yang terkenal seperti Shibuya, Harajuku, dan Shinjuku. “Besok kita kesini,” sahut saya waktu itu.
Tiba di Stasiun Takadanobaba, perjalanan masih dilanjutkan dengan naik kereta Seibu Shinjuku menuju Higashi Fushimi. Saya mengajarkan Papa, Mama, dan Abang untuk memasukkan tiketnya sekali 2 lembar. Puji Tuhan semuanya lancar dan saya pun menyimpan kembali tiket itu dalam dompet. Saya takut ada yang lupa atau jatuh tiketnya di perjalanan, jadi biar saya simpan dalam dompet dan nanti dikeluarkan saat di stasiun tujuan. Kami pun kembali turun ke platform dan menaiki kereta Seibu Shinjuku bewarna kuning. Saya ingat waktu itu kereta ekspress yang tiba, sehingga kami bisa lebih cepat sampai ke tujuan. Namun kami mesti turun di tengah jalan yakni stasiun Kami Shakujii, dan berpindah ke kereta lokal, sebab stasiun dekat rumah saya tidak dilewati kereta ekspres. Terlihat sedikit kelelahan di muka Papa, Mama, dan Abang karena jauhnya perjalanan dan mesti gonta-ganti kereta, namun untunglah suasana stasiun sudah mulai agak tenang sehingga kami bisa agak rileks sedikit.
Menuju ke Rumah di Tokyo
Tiga menit kemudian, kereta lokal datang. Hanya melewati 2 stasiun dan kami pun sampai di stasiun Higashi Fushimi. Kami berempat turun dari kereta dan naik eskalator menuju ke pintu karcis di lantai atas. Saya kembali mengeluarkan tiket dan memberikannya kepada Papa, Mama, dan Abang. Keluar dari pintu karcis, kami menuju ke pintu keluar utara dan langsung menuju ke jalan raya Kaede-doori.
Gatak..gatak…gatak… Begitulah suara koper yang ditarik di atas trotoar. Kami bergantian membawa koper yang lumayan berta itu, berjalan sekitar 800 meter menuju ke rumah saya. Di perjalanan saya menunjukkan rumah Bang Ricky Sihombing dan rumah Pak Pendeta yang jaraknya tidak terlalu jauh dari stasiun Higashi Fushimi. Papa dan Abang gantian berkomentar sedikit orang di jalan, motor pun jarang kelihatan. Saya menjawab bahwa jam 12.00 siang seperti ini orang-orang semuanya masih ada di kantor, sehingga daerah perumahan seperti di sini sepi. Mama juga berkomentar tentang taman-taman di depan rumah orang Jepang. Meskipun kecil, namun semuanya terawat baik dan berbunga indah.
Sekitar 15 menit kemudian, kami pun tiba di asrama saya. Setelah mengisi data tamu di bagian depan, kami naik elevator ke lantai 3. Saya kemudian menunjukkan ruang tempat cuci baju yang juga dapur bersama di sebelah elevator, dan kemudian pergi ke kamar 314 tempat saya tinggal. Saya menyuruh Papa, Mama, dan Abang melepaskan sepatu dan kemudian masuk ke dalam kamar. “Bagus dek tempatnya,” begitulah kesan pertama Papa. “Bersih, putih, dan ada rak serta lemarinya disusun rapi,” kesan Mama. Abang juga berkata kamarnya luas dan terang, enak untuk ditempati. Jadilah kami pukul 12.13 tiba di kamar asrama saya setelah perjalanan sekitar 2 jam dari Haneda Airport.
Sumber gambar: Facebook 1, Facebook 2