Pendidikan Karakter: Berkaca dari Jepang
Proses internalisasi hasil pendidikan karakter terlihat sangat jelas.Pada tingkat sekolah menengah (chuugakkou) dan sekolah menengah atas (koukou) pola pendidikan serupa pun masih diterapkan, namun dengan cara yang berbeda. Pada murid diharapkan dapat dengan aktif memberikan pendapat atau jawaban mengenai suatu masalah umum yang diberikan oleh gurunya. Bahkan para murid pun dengan berani memberitahu yang benar apabila sang guru salah dalam memberi jawaban. Pada musim panas, sekitar pertengahan Agustus, setiap tahun juga diadakan Pertandingan Baseball (Yakyuu) yang diikuti oleh seluruh sekolah seantero Jepang. Melalui seleksi yang ketat, setiap prefektur diwakili oleh satu sekolah. Pada sekolah yang telah lolos akan diadu kembali dalam suatu Kejuaraan yang bernama Koushien, yang diadakan di Lapangan Koushien, di Kobe, Prefektur Hyougo. Mereka bertanding dengan sepenuh tenaga walaupun hari terik dan hujan turun. Teman-teman dan guru pun datang dari tempat yang jauh untuk mendukung tim yang bertanding. Setiap akhir pertandingan walaupun ada tim yang menang atau kalah, walaupun ada yang menangis ataupun tersenyum gembira, selalu diakhiri oleh pemberian hormat, dan saling bersalaman (rei). Disinilah salah satu bukti nyata pendidikan karakter Jepang. Para murid diajarkan untuk berusaha dengan keras dan bekerja sama dalam tim, tapi walaupun kalah ataupun gagal, mereka diajarkan untuk menerimanya dengan lapang dada, dan tidak berbuat curang. Satu hal yang sangat patut dicontoh.
Refleksi soal Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter tidak bisa sekadar digaungkan di tengah kondisi masyarakat yang seolah sedang hidup di ruang kedap suara. Perlu kesepakatan bersama mengenai pentingnya pendidikan karakter sebelum langkah konkret dapat dilakukan. Memperhatikan dan membina karakter para pendidiknya juga merupakan langkah awal yang tidak dapat diabaikan. Langkah selanjutnya adalah keseriusan membenahi sistem pendidikan. Sistem pendidikan sekarang, yang memaksa sekolah mengejar angka semu melalui jalan pintas dengan mengabaikan proses pembinaan karakter siswa, perlu kita renungkan kembali. Jika pendidikan karakter benar-benar menjadi titik penting pendidikan bangsa, guru-guru tidak perlu lagi membocorkan soal sebelum ujian dimulai, dan para murid tak perlu lagi takut diusir warga sekampung hanya karena menolak praktik menyontek massal.
Sumber Gambar : BlogSpot 1, BlogSpot 2, BlogSpot, BlogSpot
2 thoughts on “Pendidikan Karakter: Berkaca dari Jepang”