Perjalanan dengan JR Yamanote Line
Karena sama sekali tidak minum selama 7 jam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Tokyo, saya pun kehausan. Sambil menunggu kereta yang akan datang sepuluh menit lagi, saya pun membeli sebotol air minum dari jidohanbaiki (mesin penjual otomatis) dan beristirahat sejenak di tempat duduk dekat rel. Kereta akhirnya datang pukul 23.09 dan saya menaikinya menuju ke stasiun Shinagawa di bagian timur kota Tokyo.
Naik JR Yamanote Line dari Shinagawa
Awalnya dalam kereta hanya sedikit penumpang, namun karena mendekat ke pusat kota, penumpang pun mulai ramai dan memenuhi gerbong kereta. Untunglah saya sudah memperhitungkannya, saya duduk di dekat pintu sebelah kiri sehingga mudah ketika harus turun dari kereta. Kurang lebih setengah jam saya pun tiba di stasiun tujuan Stasiun Shinagawa. Sambil membawa koper, saya turun dari kereta dan naik tangga untuk menuju ke pintu keluar. Keluar dari pintu keluar jalur Keikyu saya pun langsung menuju ke jalur JR Yamanote Line. Saya pun harus memperlambat langkah saya sambil terus mengecek koper dan tas karena makin banyak orang yang lalu lalang.
Ketika menunggu kereta JR Yamanote Line, peron telah penuh dengan orang-orang yang baru pulang kerja. Saya pun agak heran, meskipun sudah pukul setengah dua belas malam namun jumlah penumpang kereta tidaklah berkurang. Dengan agak berdesakan dan mendorong, saya pun akhirnya bisa masuk ke dalam kereta. Suasana kereta penuh sesak. Saya pun hanya bisa berdiri di pojokan memegang tas dan koper.
Baca juga: Objek Wisata seru di Tokyo yang ada di sekitar jalur kereta JR Yamanote Line
Kereta JR Yamanote Line pun akhirnya berjalan dan melewati Shibuya dan Harajuku yang ramai sehingga penumpang kereta makin berdesakan. Saya pun harus terjepit dalam kerumunan orang dengan tangan memegang tas dan koper selama kurang lebih 25 menit. Barulah ketika tiba di Stasiun Shinjuku, banyak orang turun sehingga saya bisa sedikit agak lega. Sebelum penumpang yang lainnya naik, saya memanfaatkan jeda waktu singkat itu untuk pindah dari pintu sebelah kiri ke pintu sebelah kanan. Itu karena stasiun tempat saya turun nanti, pintu keluarnya dari sebelah kanan. Bersyukur kepada Tuhan yang sudah mengingatkan saya waktu itu di tengah kelelahan. Akhirnya saya bisa turun di Stasiun Takadanobaba tanpa kesulitan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam ketika saya tiba di Stasiun Takadanobaba. Saya pun kembali membawa koper, menaiki tangga untuk berpindah ke jalur Seibu Shinjuku Line. Sambil membawa tas dan koper, saya memastikan jam kedatangan lewat papan pengumuman kedatangan kereta. Masih ada sekitar 10 menit lagi sebelum kereta ekspres datang. Saya pun bisa melangkah pelan, tidak lagi terburu-buru seperti sebelumnya.
Berpindah ke Seibu Shinjuku Line
Tepat pukul 12 malam saya akhirnya bisa naik kereta menuju ke rumah di Tokyo Barat. Perjalanan setengah jam itu sama padatnya dengan kereta JR Yamanote Line. Saya tetap harus memegang tas dan koper di antara kerumunan orang banyak dalam kereta ekspres terakhir hari itu. Seiring dengan perjalanan kudari (menurun menjauhi pusat kota Tokyo) sedikit demi sedikit penumpang berkurang dan akhirnya saya pun bisa turun di Higashi Fushimi, stasiun terdekat dengan rumah tanpa kesulitan.
Saya naik tangga dan berjalan ke arah luar. Semenjak di Haneda 2 jam sebelumnya, saya selalu terburu-buru dan mengejar waktu. Namun, suasana yang relatif lebih tenang di Higashi Fushimi membuat saya merasa tiba di Jepang. Saya pun berjalan keluar stasiun melewati rute berjalan kaki menuju rumah yang selalu saya lewati ketika pulang dari gereja atau kampus.
Sumber Gambar : wikimedia commons,seesaawiki.jp