Persekutuan Doa di Tokyo
Telah hampir 6 bulan saya pindah ke asrama baru di Tokyo. Pindah ke Tokyo membawa banyak kemudahan bagi saya. Selain mempermudah ketika saya ingin pergi ke Gereja atau persekutuan Orang Batak di Jepang (Permata), saya pun jadi bisa mengikuti Persekutuan Doa Jumat Malam. Suatu hal yang tidak dapat saya lakukan sebelumnya.
Menikmati Persekutuan Doa di Tokyo
Dari awal bergereja di GIII Tokyo saya sudah tahu mengenai Persekutuan Doa Jumat Malam. Acara tersebut rutin dilakukan setiap minggu, di hari Jumat mulai dari jam setengah delapan malam dan di rumah salah seorang jemaat. Namun karena dahulu tinggal di daerah Hashimoto, Kanagawa, saya agak kesulitan mencapai rumah persekutuan doa tepat waktu. Bahkan saya lebih sering tidak ikut karena hingga pukul tujuh malam saya masih harus ada di sekolah. Waktu itu praktikum juga dilakukan hari Jumat, dan saya tidak bisa pulang kalau tidak menyerahkan laporan.
Puji Tuhan saya bisa pindah ke Tokyo dan saya bisa lebih sering mengikuti Persekutuan Doa. Acara biasanya dimulai dengan menyanyi dan memuji Tuhan, doa ucapan syukur atas Ibadah Minggu dan kegiatan-kegiatan gereja sepanjang minggu, dan dilanjutkan dengan pembawaan Firman Tuhan oleh Pak Pendeta. Biasanya firman Tuhan tidak lama dibawakan hanya sekitar 20-30 menit saja. Barulah kita sama-sama memanjatkan doa syafaat di akhir persekutuan doa. Setelah doa berakhir, kami saling bersalaman dan makan bersama. Biasanya tuan rumah akan menyediakan makan malam bagi semua yang hadir. Saya juga senang bisa makan malam bersama, maklum biasanya saya selalu langsung berangkat dari sekolah tanpa makan malam lebih dahulu.
Ikut Persekutuan Doa
Bagi saya, persekutuan doa seperti ini bukanlah sesuatu yang asing. Dari sejak kecil saya sudah akrab dengan persekutuan doa di komplek perumahan Duta Kranji. Bentuk persekutuan doanya pun sama persis, menyanyi dan berdoa, mendengarkan Firman Tuhan, dan doa syafaat. Lalu acara ditutup dengan ramah tamah dan makan bersama. Tidak ada yang berubah satu pun. Saya begitu terpesona melihat karya Tuhan dalam hidup saya. Walaupun terpisah 5800 kilometer dari rumah di Duta Kranji pun, Tuhan tetap menyediakan wadah bagi saya dapat bersekutu bersama dengan jemaat lain. Sungguh Tuhan Yesus baik bagi saya.
Walaupun harus berlari mengejar kereta atau supaya tidak terlambat sampai tujuan, namun Tuhan tetap menyertai dan melindungi saya. Walaupun kadang pergi menyusuri jalan kecil yang tidak saya tahu, Tuhan tetap menyertai sampai rumah tempat doa dengan tanpa tersasar. Saat pulang pun, meskipun sering juga berlari-lari mengejar bus terakhir ke stasiun, Tuhan selalu menyertai saya, dan tidak pernah saya ketinggalan bus. Saya pun bisa kembali ke rumah dengan baik.
Sungguh nyata penyertaan Tuhan dalam hidup saya. Bahkan saat pergi ke persekutuan pun, Tuhan menunjukkan penyertaan-Nya bagi saya. Tidak ada lagi alasan bagi saya untuk tidak pergi ke persekutuan doa.