Refleksi Kerja Praktek di Saga Bagian 2
Dibanding dengan teman-teman lain yang pergi kerja praktek juga, mereka rata-rata mengajar selama 2 x 90 menit, saya mendapatkan tugas mengajar hingga 12 kali. Ketika mengetahuinya, saya kembali merasakan kebaikan dan tuntunan Tuhan. Kalau teman-teman lain hanya diberikan sedikit waktu mengajar, saya diberi kepercayaan lebih. Meskipun saya bukan orang Jepang dan terbatas dalam berbahasa, namun dipercaya untuk mengajar lebih banyak. Karena mengajar banyak, tentu persiapannya pun jadi makin banyak. Walaupun begitu, saya pun tetap merasakan penyertaan dan bimbingan Tuhan.
Hingga pada hari terakhir pun, ketika mengucapkan salam terakhir kepada para siswa dan sensei, saya mendapatkan banyak pujian. “Hebat ya, meskipun bukan orang Jepang, namun bisa mengajar dengan baik,” kata seorang sensei. Para siswa pun banyak berkomentar, “Cara mengajarnya berbeda dengan sensei yang biasa. Saya jadi enak belajarnya dan gampang mengertinya.” Saya betul-betul bersyukur atas pimpinan Tuhan yang nyata dalam kehidupan saya. Saya kembalikan semua pujian itu kepada Tuhan. Dalam kelemahan dan kekurangan saya pun, Tuhan bertindak nyata, sehingga hasilnya menjadi baik.
Di Hakata Eki (Stasiun Hakata di Prefektur Fukuoka) pun, saya tetap dapat melihat bukti kasih dan penyertaan Tuhan. Ketika saya mampir di Konbini (sejenis minimarket), saya membeli bentou (bekal makan siang) dan makan di tempat duduk peron. Tiba-tiba dari peron seberang, 5-6 orang siswa melambai-lambai kepada saya. Mereka pun segera turun dan menuju ke peron tempat saya berada. Mereka bertanya, “Sensei mau ke mana?” “Oh sedang menunggu shinkansen ingin kembali ke Tokyo,” jawab saya. “Sensei, di peron sini shinkansen tidak lewat, tapi adanya di peron sebelah sana,” kata seorang siswa sambil menunjuk ke arah jauh. “Ya terimakasih, nanti aku akan pergi ke seberang sana setelah selesai makan,” jawab saya. Karena kereta akan segera datang, mereka menundukkan badan mengucapkan terimakasih kepada saya. Saya pun berterimakasih dan pamit kepada mereka.
Saya bersyukur karena para siswa mengingat dan menyapa saya di tempat yang tidak saya duga, di Hakata Eki. Saya pun bersyukur karena mereka dengan senang hati menemui saya di peron seberang. Mereka juga dengan rendah hati memberi tahu saya untuk pergi ke peron lain kalau mau naik shinkansen. Kejadian yang simpel mungkin, namun begitu berarti bagi saya. Saya merasa begitu terhibur dan terharu bisa mengikuti kerja praktek sebulan di Saga. Saya begitu bersyukur karena saya bisa berjumpa dengan siswa-siswa dan guru-guru yang baik dan ramah. Dan terlebih lagi saya bersyukur karena Tuhan tetap menyertai saya hingga detik terakhir saya meninggalkan Kyushu.