Refleksi Satu Tahun Bagian 5
Pelajaran bahasa Jepang tidak hanya sampai bulan Maret saja. Setelah menjadi mahasiswa dan berkuliah, pelajaran bahasa Jepang pun dilanjutkan. Hari Senin dan Jumat, saya harus mengikuti mata kuliah bahasa Jepang. Mata kuliah ini dikhususkan untuk mahasiswa asing dan harus diikuti sebagai mata kuliah utama. Selain itu, setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat, saya dan teman-teman belajar untuk persiapan tes Nihongo Nouryoku Shiken N2 (kalau bahasa Inggris seperti TOEFL). Artinya, setiap hari saya punya tambahan mata kuliah dan mengharuskan saya untuk pulang sekitar jam 18. 30 setiap harinya.
Refleksi Satu Tahun Bagian 5
Terkadang memang rasa lelah melanda, sehingga saya ingin lekas untuk tidur. Tapi tidak bisa begitu saja, selalu ada hal yang harus dikerjakan atau dipersiapkan untuk esok harinya. Meskipun dengan badan yang lelah, saya selalu berusaha untuk berdoa malam pada pukul 8, dan kemudian melanjutkan belajar. Mungkin karena saya selalu berusaha keras untuk belajar, akhirnya saya dapat memahami mata kuliah lain yang disampaikan dalam bahasa Jepang.
Khusus untuk pelajaran persiapan tes N2, mata kuliah ini bukanlah suatu kewajiban, artinya boleh datang atau boleh saja tidak datang, tidak masalah. Teman-teman saya pun, dengan alasan mengerjakan laporan atau tugas, lelah, atau sakit, seringkali absen dan tidak mengikuti pelajaran ini. Tapi, dari awal mulai pelajaran hingga saat ini, saya belum pernah absen sekalipun. Semua bukan karena kekuatan saya, tapi hanya semata karena kasih karunia Tuhan saja.
Salah seorang teman dari Srilanka pernah bertanya: “Nugi rajin ya. Kenapa selalu mengikuti pelajaran ini? Memangnya tidak ada laporan atau tugas yang lainnya?” Saya menjawab, “Laporan atau tugas juga ada. Tapi saya berpikir, semua fasilitas dan pendidikan yang kita dapatkan ini gratis. Kita tidak perlu mengeluarkan sepeser uang untuk dapat belajar persiapam tes. Kita tidak membayar biaya gurunya, tidak juga membayar untuk buku ataupun fotokopi-fotokopi lainnya. Kita hanya perlu melangkahkan kaki untuk datang ke kelas, dan mendengarkan penjelasan guru. Itu saja. Coba bayangkan berapa banyak uang yang mesti dikeluarkan andaikan kita harus membayar.” “Tidak hanya masalah uang saja, ada banyak orang di luar sana yang ingin sekali belajar bahasa Jepang namun tidak punya waktu cukup karena harus bekerja atau aktivitas lainnya. Jadi, kalau kita bisa belajar bahasa Jepang sekarang, itu adalah suatu keberuntungan”, tambah saya.
Ya, itulah sebenarnya yang ada dalam pikiran saya. Selagi kesempatan masih ada, selagi tenaga masih diberikan Tuhan, saya akan terus belajar dan belajar. Tidak hanya bahasa Jepang saja, namun semua mata kuliah yang lainnya. Sehingga nantinya semua yang saya dapatkan akan saya kembalikan kepada Tuhan Allah.