Refleksi Satu Tahun Bagian 6
Pertama kali saya tiba di Jepang, tidak ada barang apapun di dalam kamar saya. Hanya ada tempat tidur, lemari baju, dan lemari buku, yang sudah disiapkan sejak semula. Sisanya adalah barang-barang yang saya bawa dari Indonesia, berupa buku pelajaran, pakaian, dan makanan untuk satu bulan. Saya tidak punya peralatan apa-apa di dalam kamar. Tapi, apa yang saya alami selama ini membuat saya semakin kagum dan heran, bagaimana Allah bekerja dalam hidup saya. Bagaimana Tuhan Allah menyusun sedemikian rupa, hingga saat ini, saya bisa puas dan bersyukur. Setahun berlalu, banyak sekali berkat dan perubahan yang saya alami, hingga akhirnya sekarang saya bisa menulis, semua hanya karena berkat dan karunia Tuhan semata.
Hari pertama saya tiba di Jepang, saya langsung berpikir, karena tidak ada peralatan masak, ada baiknya dulu saya makan di kantin setiap hari. Nah, untuk waktu seminggu itu, banyak sekali uang yang mesti dikeluarkan hanya untuk makan. Saya berpikir, semoga saya bisa mendapatkan magic jar (penanak dan penghangat nasi) pasti bisa menabung. Di hari yang sama saya tiba di Jepang, saya mendapatkan magic jar dari kakak kelas saya. Puji Tuhan, saya bisa menghemat. Saya akhirnya bisa masak nasi sendiri, kemudian lauknya dengan abon yang saya bawa dari Indonesia. Kadang-kadang masak indomi.
Refleksi Satu Tahun Bagian 6
Tanggal 3 Desember 2010, ketika abon sudah habis, saya bingung, apa lauk yang harus saya makan? Kalau beliikan, daging, harus punya kulkas dulu agar tahan lama. Tapi kan saya tidak punya kulkas. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli ikan teri, dan pada hari yang sama langsung menggorengnya. Penggorengan, piring, dan sendok goreng sudah saya beli hari sebelumnya. Sekian lama hanya makan ikan teri dan nasi, akhirnya Tuhan menjawab doa saya.
Pada minggu-minggu terakhir ini, para kakak kelas tahun terakhir, yang sudah lulus, diharuskan untuk meninggalkan asrama. Sebelum meninggalkan asrama, mereka harus merapikan kamar, dan mengembalikannya seperti semula. Karena itulah, barang-barang elektronik, buku, dan benda-benda lain banyak yang dibuang ke tempat penampungan. Puji Tuhan, atas berkat dan hikmat dari pada Tuhan, saya selalu bisa menemukan waktu yang tepat untuk mengambilnya. Suasana asrama juga lumayan sepi karena banyak orang yang panik akibat gempa dan nuklir dan pulang ke negaranya. Saya bisa mendapatkan keuntungan. Karena banyak barang, saya bisa memilih-milih mana yang kira-kira bagus dan bersih.
Saya bisa mendapatkan kulkas kecil yang dingin, microwave yang juga bersih dan bisa digunakan. Selain itu rak buku dan rak lemari yang bisa dibuka tutup. Saya juga mendapatkan banyak sekali buku mengenai pelajaran di tempat kuliah. Kata kakak kelas, kalau saya, jadinya tidak usah membeli, bisa menghemat uang. Ada sekitar 50 jilid buku yang saya dapatkan, yang mungkin harganya lebih dari 10 juta kalau ditotal.
Sekarang sudah 6 bulan menjalani kehidupan mahasiswa, semuanya serba praktis. Karena sudah ada kulkas dan microwave, saya bisa menghemat banyak waktu untu memasak. Tinggal membeli ikan di supermarket, memberi sedikit kecap asin jepang, dan tinggal memasaknya di microwave. Kalau mau membuat roti pun jadi mudah dan praktis. Sampai 25 Maret 2011, saya belum mempunya televisi. Saya hanya mendengarkan musik dari handphone atau mendengarkan kaset yang diberikan oleh Tante Hana sebelum saya pergi ke Jepang. Tapi sekarang setelah memiliki televisi, sarana hiburan jadi bertambah. Saya pun jadi bisa belajar bahasa Jepang dengan melihat dan mendengarkan program televisi yang ada. Seringkali kalau ada tips dan trik praktis, saya sering mencatatnya dalam sebuah buku. Buku itu kini sudah hampir terisi 4 halaman penuh.
Ya, saya sangat bersyukur kepada Tuhan atau segala kebaikan-Nya. Kalau Tuhan masih menyertai saya selama 1 tahun, saya percaya di tahun-tahun berikutnya, Tuhan pun tidak akan berubah. Dia akan tetap menyertai saya selamanya.