Renungan 5 Tahun Gempa dan Tsunami di Jepang: Mengapa Allah Mengijinkannya?
Ketika menghadapi permasalahan, sangatlah wajar kita mempertanyakan alasannya. “Kenapa hal ini terjadi? Kenapa musibah ini terjadi? Pertanyaan itu diutarakan seorang Ibu yang 5 tahun lalu kehilangan 7 anggota keluarganya sekaligus dalam bencana tsunami di Jepang. Surat curahan hatinya itu adalah salah satu dari puluhan surat yang dibacakan oleh pembaca berita stasiun TV NHK, Ohayou Nippon pagi ini dalam peringatan 5 tahun terjadinya gempa dan tsunami.
Saya teringat pernyataan gubernur Tokyo kala itu (Ishihara Shintaro) yang mengatakan Bencana gempa dan tsunami adalah tembatsu. Tembatsu sendiri berarti bencana atau hukuman dari atas, menunjuk hukuman dari sang Pencipta. Pernyataan senada juga pernah disampaikan oleh Gubernur New Orleans setelah topan Katrina meluluhlantakkan seluruh kota, Tuhan sedang murka atas Amerika. Dia mengirimkan topan setelah topan setelah topan. Pernyataan mereka mungkin hanyalah sebagian kecil contoh ketika manusia menganggap bencana/ permasalahan adalah sebagai hukuman dari atas. Hukuman atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan.
Ketika Bencana Datang Meluluhlantakkan Kehidupan
Hal serupa juga sering memperanguhi kita dalam berpikir atau mengambil keputusan. Kita sering menimbang-nimbang kalau saya begini, saya berdosa, nanti akan dihukum Tuhan. Lalu juga mempengaruhi kita ketika melihat kehidupan orang lain. “Itu orang memang pantas mendapatkan ganjaran dari Tuhan, karena sudah banyak berbuat jahat,” dan masih banyak lagi contohnya.
Lantas, apakah Tuhan seperti yang kita bayangkan? Adakah Tuhan mengirim tsunami untuk menghabiskan 80% penduduk propinsi Aceh tahun 2004? Adalah Tuhan mengijinkan tsunami besar membunuh 15 ribu lebih penduduk Jepang? Mengirim badai menghancurkan rumah dan kehidupan penduduk Amerika? Bagaimana mungkin Tuhan sengaja membunuh orang yang saya kasihi? Ketika kita berfokus pada hukuman atau permasalahan, kita cenderung akan berpikir menyimpang seperti di atas.
Seorang pernah menulis dalam Wall Facebooknya sebagai berikut: Psikologi Anda itulah Teologi Anda. Maksudnya ialah orang sering mengklaim dirinya beragama dan mengenal Tuhan (berteologi), padahal keyakinan dan isi teologi mereka hanyalah psikologi mereka. Mereka membatasi Tuhan dalam apa yang dianggapnya benar atau apa yang dianggapnya masuk akal. Orang menganggap Tuhan adalah penyayang, maharahim, dan penuh rahmat. Lantas, jika apa yang dialami bertentangan atau merugikan diri sendiri, mereka langsung dengan mudah menganggap Tuhan itu jahat dan tidak adil, bengis dan tidak kasih. Ketika kita masih berpikir seperti ini (fokus dengan diri dan apa yang terjadi pada diri), kita cenderung memiliki pemikiran yang menyimpang tentang Allah.
Saya tidak mau berbicara lanjut mengenai pemikiran tiap orang, sebab memang tiap individu memiliki pemikirannya sendiri. Namun satu hal yang bisa saya sampaikan bahwa Allah adalah pribadi yang jauh lebih besar daripada apa yang kita bisa bayangkan dan pikirkan. Dan, sifat Allah tidak terbatas dengan apa yang kita ketahui.
Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengecewakan Tuhan, dan tidak ada yang dapat kita lakukan untuk membuat Allah lebih mengasihi kita. Sebab Tuhan mengasihi kita tanpa syarat dan ketentuan apapun. Ketika kita menghadapi masalah dan persoalan dan mulai mempertanyaan kasih Allah, jawabannya satu: Allah mengasihi Anda. Selalu sama dan tidak pernah berubah. Kebanyakan dari kita terfokus pada apa yang kita alami sekarang, fokus kepada perintah dan hukum-hukum agama, yang pada akhirnya hanya membuat fokus kita menyimpang dari pada Allah. Kita tidak sadar akan kasih dan pribadi Allah yang sesungguhnya.
Bencana Gempa dan Tsunami di Jepang
Lalu mengapa bencana gempa dan tsunami di Jepang terjadi? Apakah itu tanda kemurkaan Allah? Apakah itu tanda kasih Allah? Saya rasa bukan urusan kita menentukan apakah bencana alam yang terjadi adalah hukuman atau kasih, sebab penentuan kita sekali lagi terbatas pada pemikiran kita yang sempit tentang Allah.
Menjadi korban atau kehilangan orang-orang yang dikasihi memang menyakitkan dan tidaklah mudah melupakannya. Namun, daripada berfokus pada bencana tersebut, mari kita berfokus pada Allah. Sama seperti nama Allah yang ditunjukkan bagi kita : YAHWEH berarti hadir, nafas, hidup, dan kasih. Tidak ada bencana, Allah adalah Allah Mahakasih. Ada bencana sekalipun, Allah adalah Allah Mahakasih. Dan apapun yang terjadi, satu janji Allah bagi kita: Dia tidak sekali-kali membiarkan dan sekali-kali tidak akan meninggalkan kita (Ibrani 13:5).
Video Peringatan 5 Tahun Bencana Gempa dan Tsunami di Jepang
Bahan Bacaan:
- Bencana Gempa dan Tsunami di Jepang: Tsunami is Divine Punishment, Tokyo governor apologizes
- Badai Topan Katrina Katrina showed God was mad at America, says New Orleans mayor, kekuatan Badai Topan Katrina
- Five years after tsunami hits Japan, Video via Reuters
- Sumber gambar: VOA news