Sampai di Sini Tuhan Menolong
Lima tahun sudah berlalu sejak saya menginjakkan kaki di negeri Sakura ini. Puji Tuhan ada begitu banyak pengalaman dan pelajaran yang saya dapat dalam lima tahun saya berada di luar negeri jauh dari pada keluarga dan kerabat. Dalam artikel kali ini, ijinkan saya menceritakan refleksi diri saya mengenai kehidupan di Jepang. Saya memberinya judul, “Hitherto, sampai di sini Tuhan menolong saya.”
Refleksi Kehidupan di Jepang
Dahulu di awal-awal tinggal di Jepang, tiap malam saya punya waktu cukup untuk berefleksi, mengingat kembali kejadian selama satu hari dan mencatatnya dalam buku harian. Sebagian dari kisah itu saya tuliskan dan bagikan lewat blog ini. Saat sedang sedih atau down, saya sering membaca kembali cerita dan kesaksian yang ditulis dalam blog ini. Sambil membayangkan dan menyusun memoar-memoar itu, saya mengingat kembali kebaikan Tuhan dalam kehidupan.
Namun kini, khususnya di tahun 2014 hingga 2015 ini, waktu saya hampir tersita seluruhnya. Di tahun 2014, saya fokus mempersiapkan untuk ujian masuk program master dan tugas akhir. Sementara di tahun 2015 ini, ada banyak tugas dan juga kesibukan menyusun penelitian yang menyita banyak waktu. Sekarang saya harus akui, hampir tidak ada waktu lagi untuk berefleksi lagi. Banyak kejadian yang berlalu begitu saja, tanpa saya renungkan dan refleksikan. Artikel-artikel yang ditulis dalam blog ini jumlahnya juga menurun drastis. Kalau dahulu, saya dan abang selalu menulis 33 artikel tiap bulannya, kini jumlahnya berkurang jadi tinggal setengahnya. Saya jadi sering merenung, ada apa gerangan? Apakah karena kesibukan atau hal lainnya?
Dalam 4 jam perjalanan di bus sepulang dari retret tanggal 12 Oktober lalu, saya merenungkan hal ini cukup lama. Sambil memandangi jendela, melihat jalan tol yang dipenuhi kendaraan setelah liburan panjang, terdengar lantunan lagu-lagu yang dimainkan oleh teman-teman di dalam bus. Di saat itu saya terus memikirkan hal ini. Saya mencoba jujur terhadap diri sendiri…
Mesti agak malu, saya harus berani mengakuinya. Mungkin karena apa yang terjadi tahun ini sangat berat. Tak sanggup rasanya untuk berefleksi, mengingat kembali apa yang telah terjadi. Pening dan berat, bahkan ingin cepat-cepat dilupakan dan berlalu dengan segera. Ada masa-masa di mana segala sesuatu yang saya lakukan seperti tiada berarti, sia-sia semuanya. Ada waktu, di mana saya merasa begitu tertekan, tak berdaya, tak dapat berbuat apa-apa. Rasa sedih, cemas, galau, takut, lelah, bingung, semuanya campur aduk menjadi satu. Dan mungkin ini yang akhirnya menyebabkan saya jadi jarang menulis di dalam blog ini.
Sampai di Sini Tuhan Menolong
Namun, puji Tuhan entah mengapa ayat ini muncul dalam benak saya. Salah satu ayat yang sering muncul di dalam blog ini. Ayat yang kembali menguatkan dan menghiburkan saya di hari-hari mendung ini.”ia menamai Eben Haezer, katanya: Sampai di sini Tuhan menolong kita” (1 Samuel 7:12). Dalam bahasa Inggris, ayat tersebut ditulis demikian. “Ebenezer, hitherto hath the Lord helped us.”
Ketika mencari makna kata hitherto dalam Alkitab, sebenarnya kata ini memiliki 3 makna, makna untuk masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Jadi, ketika Samuel berkata “Hitherto, sampai di sini Tuhan menolong kita,” Samuel sedang mengajak Bangsa Israel untuk kembali merenungkan perbuatan Tuhan sejak masa lampau hingga kini. Secara linguistik, ucapan Samuel mungkin bisa dituliskan seperti ini: “Sampai di sini Tuhan menolong kita. Namun, jangan lupa, Tuhan juga telah menolong kita di hari-hari yang telah lewat. Tuhan juga yang akan menolong kita di hari depan.”
Kejadian masa lampau ketika Hofni dan Pinehas membawa tabut Tuhan ke medan perang, hingga akhirnya mereka tewas dan tabut Tuhan diambil orang Filistin. Bagaimana ketika Bangsa Israel tersungkur kalah dari musuh, malu, bahkan tidak berdaya melawan ketika tabut Tuhan diambil. Kejadian masa lampau di mana orang Israel melupakan Tuhan dan menyembah ilah lain. Masa kegelapan di mana mereka berbalik dan meninggalkan Allah sang sumber cahaya abadi. Tapi meski di saat-saat seperti itupun, Allah tetap setia dan menolong. Di saat orang Israel masih berdosa dan tidak pantas dikasihi, Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan menghukum orang Filistin sehingga tabut itu dikembalikan kepada orang Israel (1 Samuel 6). Di 1 Samuel 7 pun, kita melihat Allah tetap setia dan memberikan pengampunan ketika orang Israel bertobat dan menjauhkan allah-allah asing dan beribadah pada Tuhan. Bahkan Allah menolong Israel di saat terjepit dari orang Filistin, meski saat itu sebenarnya mereka sangat tidak layak untuk ditolong.
Saya belajar dari kisah orang Israel. Sampai di sini Tuhan menolong saya. Ucapan syukur ini bukan hanya dikatakan saat hal-hal baik dan indah, atau kala mujizat dan berkat Allah dirasakan. Lebih dari pada itu, waktu-waktu di mana saya tidak berdaya, waktu di kala saya gagal, dan tak berdaya menghadapi masalah yang datang, di saat itupun Tuhan menolong saya. Kala saya jatuh, kecewa, galau, dan cemas, di saat sulit itupun, Tuhan menolong saya. Kasih-Nya yang lembut menyegarkan jiwa yang lelah dan dahaga, menyembuhkan luka-luka kecewa dan kesedihan, pelukan-Nya menentramkan diri. Sungguh, di saat-saat yang berat itupun, Tuhan menolong saya.
Di saat-saat yang berat memang rasanya sulit bisa berefleksi, semuanya ingin dilupakan sesegera mungkin. Tapi lewat kisah Samuel dan Bangsa Israel saya belajar, di masa-masa yang berat sekalipun, sungguh Tuhan tetap setia dan mengasihi saya. Dalam pengalaman pahit, kekecewaan, kemalangan sekalipun, selalu ada kisah sukacita di mana tangan Tuhan selalu menopang dan menolong saya.
Akhir kata, kisah sedih dan duka bukanlah suatu aib yang harus ditutup dan disembunyikan, mungkin dari dalamnya ada kesaksian yang indah dan menyegarkan jiwa. Sungguh sampai di sini Tuhan menolong saya!
Bahan bacaan:
Sumber gambar: tumblr sublime-redentor
2 thoughts on “Sampai di Sini Tuhan Menolong”