Satu Hari Sebelum Pindahan Rumah
Ini kisah sebelum pindahan rumah, kesaksian akan penyertaan Tuhan sejak saya presentasi tugas akhir hingga satu hari sebelum pindahan rumah dari asrama di Tokyo Barat ke rumah di dekat universitas yang baru di Chiba. Selamat membaca.
Setelah Presentasi Tugas Akhir
Waktu berlalu begitu cepat. Setelah menyelesaikan seminar dan presentasi hasil penelitian tanggal 19 Februari 2015, saya menghabiskan banyak waktu di kampus untuk menyelesaikan ronbun (skripsi). Beberapa perbaikan di model motor DC dan brushless DC saya kerjakan, dan membandingkan kembali hasilnya dengan hasil yang sebelumnya. Selain itu, saya juga mesti membuat buku manual yang nantinya bakal dijadikan bahan ajar untuk para guru dan murid-murid di tahun depan.
Hari-hari itu saya cukup sibuk, selain harus melakukan beberapa kunjungan ke Depnaker Jepang dan kunjungan ke dekan kampus. Saya ingat betul beberapa kali saya membeli makan di minimarket, makan malam di dalam lab, sambil menunggu hasil percobaan selesai. Beberapa kali juga saya pulang jam 10 malam. Waktu itu suasana kampus sudah sangat sepi, hanya beberapa ruangan yang lampunya masih menyala. Pintu gerbang kampus pun sudah ditutup, hanya pintu kecil di sebelah pos jaga saja yang terbuka.
Tibalah saya di minggu terakhir di kampus, tanggal 9 Maret 2015. Meskipun beberapa tugas masih tersisa, Tuhan tetap memampukan saya menyelesaikannya sedikit demi sedikit. Beberapa teman seperti Endo, Miyashita, dan Pisekon sudah tidak datang ke lab lagi karena telah menyelesaikan skripsi. Teman yang lainnya Iwaki, Yamamoto, Fushimi, dan Hirata sudah sibuk mencari rumah dan menghubungi tukang pindahan. Itu karena mereka baru diberitahu daerah tempat kerja pada awal bulan Maret. Di hari Rabu tanggal 11 Maret, hanya saya yang datang ke lab, untuk merapikan alat-alat penelitian sekaligus melanjutkan tugas skripsi yang belum selesai.
Sebelum pulang di hari Rabu, saya berpesan kepada Sensei untuk libur pada hari Jumat, namun akan datang di hari Sabtu tanggal 14 Maretnya. Saya menjelaskan bahwa tanggal 13 Maret saya akan pindahan rumah ke Chiba. Sensei terlihat lega karena saya juga sudah mendapatkan rumah di Chiba untuk melanjutkan pendidikan di S2. Saya ingat betul Yamamoto Sensei dan Hirahara Sensei agak kuatir mengenai saya dan Pisekon yang bulan Januari lalu masih belum mendapatkan rumah. Sensei berkata untuk secepatnya mencari informasi dan meneken perjanjian, sebelum harganya jadi mahal. Waktu itulah saya jadi agak panik, namun di lain sisi saya bersyukur karena telah diperhatikan oleh para sensei.
Satu Hari Sebelum Pindahan Rumah
Jadilah saya pulang agak cepat di hari Kamis tanggal 12 Maret, saya pulang sekitar pukul 5 sore hari itu. Meskipun pulang agak cepat, namun saya tahu bahwa masih banyak yang mesti dikerjakan untuk pindahan rumah. Saya makan malam cepat jam setengah enam malam, dan langsung mengeluarkan kardus-kardus untuk barang pindahan dari bawah kasur. Dengan selotip yang juga tersisa dari pindahan 2 tahun lalu, saya mendirikan kardus-kardus itu. Sambil melihat list barang yang akan dibawa pindahan rumah, mana barang yang akan ditinggal baru nanti dibawa ke Chiba, dan mana barang yang dibawa ke Indonesia, saya mulai memilah-milah barangnya.
Sebagian buku-buku dan kertas-kertas yang tak terpakai sudah saya pisahkan beberapa hari sebelumnya, dan saya masukkan dalam sebuah plastik besar untuk nanti dibuang. Jadilah saya mulai membereskan barang-barang dari buku dalam rak buku. Buku-bukunya saya susun dalam kardus dan raknya saya bongkar. Lalu agar tidak terlalu berat, setengah kardus saya isikan buku, setengahnya lagi pakaian-pakaian yang relatif ringan. Beberapa pakaian lengan pendek, kemeja, dan jas, saya tinggal untuk nanti dipakai saat wisuda dan pergi ke gereja di hari Minggu. Setelah itu, saya memindahkan televisi ke meja belajar, dan merapikan meja televisi. Rak piring plastik saya tinggal (supaya nanti ada tempat piring saat Papa, Mama, dan Abang datang), namun map-map berisi dokumen dan rak televisinya saya bongkar semuanya. Microwave juga saya bersihkan dahulu dan kemudian dibungkus dengan plastik dan saya masukkan ke dalam kardus. Karena hari sudah larut malam, saya akhirnya berdoa dan beristirahat di Kamis malam itu.
Sumber gambar : http://www.miyakotaxi.com