Taku City Hotel Matsuya
Catatan Harian Kerja Praktek di Jepang Bagian 11
Belum habis rasa takjub saya karena sampai di stasiun yang amat sepi, saya kembali terkejut. Selesai menuruni tangga stasiun Taku menuju ke lantai dasar dan keluar dari lingkungan stasiun, saya melihat suasana kota yang sama sekali berbeda. Kalau di Kanagawa dan Tokyo, setiap keluar dari stasiun kita akan disuguhi oleh toko-toko yang berbaris panjang. Ada toko pakaian, barang-barang hiasan, sampai bahan makanan pokok sehari-hari. Tapi di Taku berbeda sama sekali. 100 meneter berjalan tidak ada satu pun toko.
Saya kembali melihat aplikasi Maps di Iphone untuk mengecek lokasi hotel. Dari peta, keluar dari jalan stasiun hanya tinggal belok kiri dan melewati dua lampu merah, hotel ada di sisi kanan. Saya betul-betul menghapal lokasinya sebab baterai iphone hanya tinggal 2 persen saja. Saya mengikuti petunjuk arah tadi dan menuju ke hotel Matsuya. Sambil menarik koper dan tas punggung yang lumayan berat, saya mendaki tanjakan. Sebab hotel Matsuya ada di atas tanjakan.
Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, saya akhirnya sampai di hotel tersebut. Hotel itu nampak amat sepi, tidak ada mobil yang parkir di depan hotel. Berbeda sekali dengan keadaan beberapa hotel yang sempat saya kunjungi. Dengan sedikit keraguan saya masuk dan ke tempat informasi. Saya sampaikan bahwa dari pihak sekolah sudah memesan kamar sebelumnya. Petugas hotel dengan penuh senyum dan keramahan menyambut kedatangan saya. Mereka juga bertanya bagaimana dengan yang seorang lagi. “Mungkin nanti akan menyusul,” begitu jawab saya pelan. Dan tidak butuh waktu lama hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan registrasi dan mendapat kunci kamar.
Kamar saya 310, di lantai tiga posisinya paling tengah. Ketika pertama kali membuka pintu kamar, kesan pertama saya adalah kamarnya panas dan gelap. Selain karena pendingin ruangan tidak bekerja, satu-satunya jendela besar kamar juga tertutup rapat. Segera saya coba nyalakan saklar lampu, tapi saklar tidak menyala. Saya jadi sedikit bingung. Saya segera lepaskan barang-barang dekat pintu dan membuka jendela kamar. Sinar matahari masih terik menyergap masuk dan menerangi seisi kamar. Saat itulah saya mengerti, bahwa kunci kamar harus dimasukkan ke dalam cantolannya supaya listrik bisa menyala.
Saya masukkan kunci ke tempatnya dan lampu pun menyala. Setelah itu saya segera hidupkan pendingin ruangan dan beristirahat sejenak di tempat tidur. Di dalam kamar, ada televisi, meja yang cukup besar untuk menulis, juga penerangan yang lumayan. Tapi sayang tidak ada kulkas untuk menyimpan makanan dan minuman.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.40 saat kamar mulai terasa dingin. Saya segera membuka tas selempang, mengeluarkan charger iphone dan wifi router. Suasana kamar begitu sepi sehingga saya pun sengaja menghidupkan televisi agar ada suara dalam kamar.
Meskipun masih sedikit agak lelah, saya pikir saya harus membeli makanan untuk makan malam. Dalam hotel memang ada tempat makan, namun harganya sangat mahal. Makanya untuk makan malam hari ini dan esok pagi, saya harus membelinya sekarang.
Barang-barang masih tergeletak di dekat pintu. Saya juga belum sempat beristirahat atau berganti pakaian. “Sebelum hari gelap,” pikir saya waktu itu.