Yang Terjadi Setelah Gempa di Touhoku Chihou Jepang–3
Bagian ini adalah lanjutan dari bagian sebelumnya:
Yang Terjadi Setelah Gempa di Touhoku Chihou Jepang–2
Tidak hanya perubahan pada perasaan, pola pikir, dan kesan pada orang lain, pandangan orang Jepang terhadap Kekristenan pun berubah.
Yang Terjadi Setelah Gempa di Touhoku Chihou Jepang Bagian 3
Sebelumnya saya akan menjelaskan lebih dulu 3 lapisan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Jepang. Lapisan pertama adalah yang disebut keluarga. Keluarga di sini tidak hanya terhadap orang-orang yang punya hubungan darah saja, namun juga dengan teman dekat, kerabat, dan sahabat. Lapisan kedua yang dinamakan tamu. Orang Jepang menyambut baik tamu yang datang, mempersilakan masuk, dan menghargainya. Tapi belum sedekat seperti dengan keluarga. Lapisan ketiga, yang paling luar adalah orang asing. Orang Jepang tidak peduli dengan orang asing. Apa yang diberikan oleh orang asing, jarang sekali diterima, malah sering ditolak.
Kekristenan di Jepang awalnya dianggap sebagai “orang asing”, lapisan yang paling luar dan terjauh dari diri sendiri. Orang Jepang cenderung acuh dan tidak peduli dengan kekristenan yang ada. Mereka menganggap tidak ada gunanya atau untungnya berhubungan dengan kekristenan. Tapi sejak terjadi gempa besar tanggal 11 Maret 2011 yang lalu, ada perubahan yang terjadi.
Orang Jepang kini menganggap kekristenan sebagai “tamu”. Kekristenan jadi lebih dekat, dan bisa diterima. Kekristenan mendapatkan tempat pada orang-orang Jepang. Kekristenan diterima malah sebagian orang ingin tahu mengenai Tuhan Yesus dan menjadi Kristen. Mereka sadar ada kekuatan lain di luar tubuh mereka yang mereka perlukan untuk dapat melewati semua bencana ini, untuk dapat selamat dari semua pergolakan yang terjadi. Ya, mereka sadar ada Tuhan di atas segala masalah dan persoalan yang terjadi. Ada tangan Tuhan yang senantiasa menaungi dan menyertai.
Semuanya berkat kasih karunia Tuhan dan kerja keras orang-orang yang melayani. Gereja dibuka sebagai tempat pengumpulan dan penyaluran bantuan. Para jemaat pun bekerja keras membagi-bagi bantuan dan memberikannya langsung kepada orang yang membutuhkan. Orang Jepang banyak menerima berkat pelayanan dari Gereja yang ada. Orang Jepang berpikir, “Orang Kristen ini, walaupun sering saya acuhkan dan tidak pedulikan, tapi mereka tetap mengasihi dan menolong saya. Justru di saat sulitlah malah nyata kasihnya kepada saya.” Mereka mulai membuka diri dan pandangan terhadap kekristenan.
Ya, pandangan terhadap Kekristenan juga berubah. Dari yang dianggap orang lain, menjadi tamu. Kekristenan menjadi dapat diterima dengan baik dan dihormati. Saya sangat berharap dan terus menerus berdoa, agar makin banyak orang Jepang yang mau menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.