1:7 (Perenungan Singkat pada 1 Juli)
1 Juli adalah pertengahan tahun ini. Di hari ini saya ingin merefleksi perjalanan hidup sepanjang semester pertama tahun 2012. Tapi mengapa judul refleksinya 1:7, apa maksudnya?
Kalau saya bilang Amsal 1:7, apakah teman-teman bisa menebaknya? Ya, tema refleksi saya kali ini adalah Takut akan Tuhan. Saya percaya Anda mungkin sudah tidak asing lagi bila mendengar judul di atas. Ayat di Amsal itu juga sangat terkenal dan sering dipergunakan sebagai ayat hafalan di Sekolah Minggu. Saya juga mengalami hal yang serupa, dan hingga kini saya masih hafal dengan pasti ayat di atas. Ayat itu terdapat di dalam Amsal 1:7 “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Perenungan Singkat pada 1 Juli
Saya jadi teringat kejadian di masa SMA, beberapa tahun lalu. Dulu, saat menjalani pelatihan Olimpiade Komputer se-Jakarta, saat duduk di bangku kelas 2 SMA, saya tertegun melihat ada tulisan seperti ini di pintu masuk gerbang salah satu SMA swasta di Jakarta Barat. Dalam hati saya, sekolah ini memulai proses pendidikannya dengan satu hal yang benar, yaitu takut akan Tuhan. Teman saya, yang bukan Kristen, tidak tahu darimana kata-kata itu asalnya. Tapi dia bilang bahwa kata-kata tersebut sangat bagus dan maknanya dalam. Kembali lagi saya berpikir, bahkan orang yang tidak tahu itu Firman Tuhan pun mengakui ayat tersebut bagus.
Kembali ke ayat tersebut, mungkin Anda akan berpikir, apa hubungannya takut akan Tuhan dan pengetahuan? Itu sama sekali tidak berhubungan. Beriman dan takut akan Tuhan sih oke, tapi kalau mau jadi tahu dan pintar, ya harus belajar. Kedua hal tersebut tidak berhubungan. Tapi, yang saya percayai justru sebaliknya. Ada hubungan yang mendasar dan tepat mengenai dua hal tersebut. Sepanjang kehidupan yang saya jalani, semakin saya menyadari bahwa kalau saya takut akan Tuhan, pengetahuan akan saya dapatkan. Saya jadi lebih cepat tahu. Saya jadi lebih banyak tahu.
Pertama kali tiba di Jepang, banyak sekali ketakutan dan kekuatiran yang saya rasakan. Kekuatiran akan kesulitan belajar bahasa, ketakutan kalau tidak bisa bergaul, dan banyak perasaan-perasaan lain yang tidak mengenakkan. Setiap hari harus belajar, mengerjakan tugas, dan melakukan banyak hal yang banyak memakan tenaga, waktu, dan pikiran. Tapi dalam semuanya itu, saya tetap mau setia berdoa dan membaca Firman Tuhan setiap pagi dan malam. Tiap pagi sebelum pukul 6 saya selalu bangun dan membaca Alkitab. Malam hari pun setelah makan malam, sebelum belajar, saya selalu membaca firman Tuhan. Bagi kebanyakan orang, mungkin melakukan hal tersebut malah hanya akan membuang-buang waktu saja. Tapi sesungguhnya yang saya alami sangatlah berbeda.
Benar saya harus tidur lebih malam dan bangun lebih pagi, tapi Tuhan Allah memberikan saya kekuatan untuk menjalani semuanya itu. Disaat teman-teman mulai terserang penyakit karena suhu yang mulai turun, saya sama sekali tidak merasa kedinginan. Saat dalam belajar pun, karena berkat Tuhan saya dapat mengerti lebih cepat, sehingga bisa mengerjakan latihan-latihan yang lebih banyak. Dalam kehidupan sehari-hari pun, Tuhan Allah senantiasa memberikan hikmat kepada saya. Saya tidak pernah ketinggalan barang atau yang lainnya. Kemudian, hampir-hampir saya tidak membeli barang apapun. Saya bisa mendapatkan radio kaset, kulkas, microwave, rak buku, dan buku-buku secara cuma-cuma. Tuhan memberitahukan saya kapan waktu yang tepat untuk turun dan mengambil semuanya itu dari tempat penampungan barang.
Kini hampir dua tahun saya hidup di Jepang, saya akui kehidupan perkuliahan yang semakin sulit dan berat. Dalam seminggu, minimal ada 3 buah laporan praktikum yang harus saya selesaikan. Belum lagi tugas-tugas mata kuliah lainnya. Waktu untuk merenung dan refleksi, serta menulis artikel blog juga berkurang drastis. Dalam sebulan, target 33 buah artikel sering tidak tercapai.
Tapi di tengah kesulitan tersebut, saya tetap dapat merasakan kasih pernyertaan Tuhan. Saya bisa berhubungan baik dengan teman-teman dan juga sensei, saya dapat memahami pelajaran kuliah, saya bisa melayani di gereja, dan masih banyak hal-hal lain yang harus saya syukuri. Pengetahuan saya dalam perkuliahan, hubungan dengan sesama dan Tuhan juga tiap hari terus bertambah-tambah.
Ya, saya semakin menyadari bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Utamakanlah Tuhan dalam setiap hari yang kita jalani, maka Tuhan Allah akan memberikan kita hikmat dalam menjalani kehidupan sesuai dengan kehendaknya.
Sumber gambar : BlogSpot