Ajaran Yesus Khotbah di Bukit
Ketika Mahatma Gandhi terkulai rebah ke tanah, konon dikatakan di sakunya ada secarik kertas lusuh yang selalu jadi pegangan hidupnya. Isinya adalah kutipan salah satu pasal paling terkenal di Injil, mengenai ajaran Yesus Khotbah di Bukit. Ajaran utama Gandhi, yakni Satyagraha dan Ahimsa muncul karena ia terilhami oleh Khotbah di Bukit. Ia bukan orang kristen. Ia tidak mengenal dan tentu belum pernah bertemu dengan Yesus. Namun, Khotbah Yesus di Bukit telah begitu merasuk ke dalam jiwa dan sanubarinya. Ia membuat gerakan paling dikenal di seluruh dunia dan telah mengubah wajah India sampai dengan hari ini.
Ajaran Yesus Khotbah di Bukit
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
(Diambil langsung melalui Matius 5:1-12, dengan Terjemahan Baru)
Itu di mata orang non-kristen. Bagi orang kristen, ajaran Yesus, khususnya Khotbah di Bukit begitu kontroversial. Meskipun begitu mulia, agung, dan seperti utopia, namun bagaimana mungkin itu bisa diterapkan? Rasanya begitu sulit. Ajaran kasih Yesus seringkali dikaitkan dengan gaya hidup pecundang (loser), padahal dunia ini membutuhkan orang-orang berkekuatan super. Orang-orang kuat yang bisa berkata, “mata ganti mata”, dan bukannya memberikan pipi kirinya kepada orang yang menampar pipi kanannya.
Nyatanya, Khotbah Yesus di Bukit ini memang telah memutarbalikkan pemikiran kita yang telah nyaman selama ini. Kita berbuat baik kepada yang berbuat baik kepada kita. Dan tentu kita akan berpaling atau berpikir seribu kali untuk membantu orang yang membenci kita. Namun, saat semua orang melakukannya, apakah dunia semakin baik? Atau apakah kita semakin sejahtera? Malah yang semakin terlihat kini adalah berkembangnya ujaran kebencian dan menjelek-jelekkan.
Maka sudah saatnya kita mulai belajar untuk menerapkan ajaran Yesus ini. Ajaran Yesus melalui Khotbah di Bukit memang berbeda dengan paham dunia yang jadi acuan atau arus utama, dan itulah mengapa saya rindu mengajak teman-teman untuk merenungkannya. Khotbah di Bukit ini adalah cerminan kehidupan dan ajaran Yesus sendiri. Memang kelihatannya begitu sulit untuk dilaksanakan: bagaimana mungkin orang yang miskin, yang berdukacita, atau yang dianiaya (bahkan oleh karena kebenaran) disebutkan berbahagia?