Aku Yakin akan Masa Depanku!
Masa lalu yang baru saja mengajak kita untuk menghormatinya akan menjadi berbeda dua pulah empat jam dari sekarang. Pada esok hari, kehidupan yang Anda jalani hari ini akan menjadi bagian dari masa lalu Anda. Itu akan menjadi bagian dari pengalaman dan pengetahuan yang semakin bertambah yang kelak akan digunakan pada masa depan.
Saya sering mendengarkan nasihat tentang “meninggalkan masa lalu di belakang.” Kita diberi tahu bahwa hari ini adalah hari yang baru–itu adalah hari pertama dari sisa hidup Anda. Rasul Paulus berkata, bahwa segala sesuatu di masa lalunya adalah “sampah”–dan ia harus berlari-lari ke masa depan, meninggalkan masa lalunya di belakang (Lihat Filipi 3:8,12). Paulus memiliki masa lalu yang kelam terhadap Yesus, namun dengan satu pengalaman saja, segala yang ia anggap penting di masa lalu kini menjadi tidak berguna.
Yakin Akan Masa Depan
Tetapi renungkanlah ini: tanpa semua tahun-tahun pelatihan yang ia lakukan di bawah Gamaliel, salah satu nabi Israel yang paling pandai (lihat Kisah Para Rasul 22:3), bagaimana mungkin Paulus dapat menulis dengan begitu fasih dan meyakinkan tentang masa kini? Kalau kita membaca kitab Roma, Galatia, Efesus, kita pasti sadar bahwa ini adalah penggabungan masa lalu dan masa kini dari seorang Paulus.
Semakin banyak yang dapat Anda hasilkan sekarang, semakin berguna semuanya itu bagi Anda di esok hari. Seorang penyair Latin Horace menulis kata-kata carpe Diem–“pegang hari ini”–ia melakukannya dengan maksud “makan, minum, dan bersukacitalah,” atau “ambil semua semangat yang Anda bisa ambil.”
Bahkan nasihat yang lebih baik adalah carpe Deus–“pegang Tuhan!” Meminta kepada-Nya setiap hari untuk memberikan kebijaksanaan, hikmat, dan arahan adalah cara terbaik yang saya ketahui untuk memastikan bahwa hari esok akan jauh lebih baik daripada hari ini.
Aku Yakin akan Masa Depanku!
Ketika Anda turun dari tempat tidur di pagi hari, Anda dapat memilih untuk berkata dengan enggan, “Ya Tuhan, sudah pagi,” atau Anda dapat mengekspresikan cinta Anda kepada Allah yang Maha Kuasa dengan memiliki sikap positif dan berkata, “Hari ini adalah hari baru. Hari yang diciptakan Tuhan. Saya akan bersukacita hari ini.” Jangan pernah menunggu sampai hari Minggu berikutnya di gereja. Jangan pula menunggu hari Selasa atau Rabu, tetapi katakanlah hari ini. “Saya akan bersukacita dan bersyukur hari ini.”
Ketika Anda dan saya mengatakan perkataan positif ini setiap harinya, sedikit demi sedikit, itu akan membuat perbedaan. Anda akan melihat perbedaan positif di dalam kehidupan Anda. Itulah yang disebut dengan prinsip bunga bakung. Apakah prinsip bunga bakung itu? Saya akan menceritakannya bagi teman-teman.
Ada sebuah kisah mengenai sebuah kebun bunga bakung di California. Di kebun itu, ada dua hektar bunga bakung yang bermekaran. Luas sekali. Ketika angin berhembus, bunga-bunga itu seperti menari dan membentuk lautan kuning yang begitu indah. Dan di atas sebuah rumah kecil di pinggir kebun itu terpampang papan dengan tulisan:
50.000 tangkai bunga. Satu demi satu ditanam oleh seorang wanita. Dimulai tahun 1958.
Itulah prinsip bunga bakung. Ketika seorang wanita melakukan satu hal lima puluh ribu kali, ia mengubah tanah gersang menjadi lautan emas bunga bakung yang melambai.
“Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Sebab aku yakin akan masa depanku”
Sumber Gambar : BlogSpot