Apakah Aku Bisa Bahagia?
Saya berbicara di sini bukan dengan menyepelekan arti menderita karena sesuatu hal seperti pergumulan, pekabaran Injil, dan sebagainya. Menderita akibat Kristus jelas berbeda tujuan. Yang menjadi fokus adalah mengenai menderita akibat keputusan sendiri atau karena orang lain. Menderita karena pada kenyataannya kita tidak perlu menderita.
Apakah Aku Bisa Bahagia?
Untuk apa orang belajar dan bekerja keras selama hidup? Untuk memperoleh kesuksesan. Lantas kalau sudah beroleh kesuksesan? Beli rumah, beli mobil, menikah, punya anak. Untuk apa semuanya itu? Supaya berbahagia. Lantas, kapan kita disebut berbahagia? Untuk sebagian besar orang, ukuran kebahagiaan adalah mempunyai. Orang yang mempunyai pacar, rumah, mobil, uang, jabatan, dan sebagainya adalah orang yang berbahagia. Pokoknya, dengan punya ini dan itu, senang lah hidupnya.
Anggapan itu ternyata patut kita lihat kembali. Apakah setelah memiliki pacar, orang otomatis jadi lebih berbahagia ketimbang sebelum berpacaran? Atau apakah setelah memiliki rumah dan mobil sendiri, orang pasti lebih berbahagia? Mungkin saja iya, mungkin juga tidak. Ada tokh orang yang malah tersiksa dengan pasangannya, atau malah jadi sering ribut dan bertengkar. Hanya satu yang pasti, semua orang di dunia ini selalu berupaya untuk bahagia. Segala cara dan upaya dia lakukan untuk mencari dan memperoleh kebahagiaan. Hanya orang gila dan lupa ingatan saja yang tidak ingin berbahagia. Benar bukan?
Saya yakin kita dapat hidup bahagia. Ingat lagi, kebahagiaan adalah pilihan setiap kita.
Ijinkan Yesus menguasai hidup kita. Ia adalah sumber kebahagiaan kita. Kita akan mengalami hidup bahagia ketika ada Tuhan Yesus di dalam kita, ijinkan Yesus ada dalam hidup kita. Damai sejahtera dan sukacita akan selalu ada di dalam hidup ini ketika kita melibatkan Yesus secara penuh dalam setiap aspek kehidupan ini. Masalah boleh ada, pergumulan boleh terus datang, kesedihan, kesulitan, dan banyak lagi. Ingat, selalu ada Yesus yang mendampingi kita. Ingat selalu ada Yesus yang mau memeluk dan memegang tangan kita saat kita dalam ketakutan.
Selain itu, jangan ijinkan sikap dan perlakuan orang lain mencuri kebahagiaan kita. Orang boleh menyakiti hati kita, orang boleh mengejek dan meremehkan kita, namun jangan pernah kita menjadi lemah dan sedih. Yakinkan diri sendiri bahwa kita adalah manusia yang kuat dan teguh, bahwa selalu ada Yesus yang menjagai dan menemani kita dengan kasih-Nya bahkan di saat tidak ada orang lain yang peduli.
Karena kebahagiaan adalah pilihan, maka hidup bahagia tentu bisa!
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2