Bagaimana Saya Dapat Menemukan Tujuan Hidup?
Hasrat terbesar dalam kehidupan manusia adalah untuk mengetahui tujuan hidup mereka dan menggenapi tujuan hidup mereka. Hasrat-hasrat ini amat dekat dengan signifikansi. Manusia ingin sekali mebuat perbedaan. Kita ingin meninggalkan suatu warisan–mulai dari memenangkan sebuah perlombaan hingga memperoleh rumah yang besar lengkap dengan kendaraan yang terparkir di dalamnya. Para seniman dan para ahli bekerja keras untuk menciptakan suatu karya yang unik yang dapat dikenang selamanya dengan menyandang nama mereka. Bagi para politikus maupun pejabat mungkin membayangkan monumen untuk mengenang pribadi mereka dalam institutusi-institusi. Betapapun beragamnya profesi dan kemampuan seseorang, setiap orang pasti ingin memenuhi tujuan hidupnya. Thomas Carlyle menuliskan, “Manusia tanpa tujuan adalah bagaikan sebuah kapal tanpa kemudi–seorang yang terlantar, bukan siapa-siapa.”
Menemukan Tujuan Hidup
Tujuan hidup menurut buku The Purpose of Driven Life dijabarkan menjadi lima bagian besar.
1. Direncanakan untuk kesenangan Allah
Kehidupan kita haruslah menjadi cara kita untuk menyenangkan hati-Nya, yaitu dengan melakukan segala sesuatu seolah-olah Anda sedang melakukannya bagi Yesus dan dengan mengadakan percakapan terus menerus dengan-Nya sementara kita melakukannya. Ini tidak berlaku pada kegiatan-kegiatan rohani saja, seperti berdoa, membaca Firman, melainkan pada keseluruhan kehidupan kita. Allah senang mengamati kehidupan kita, entah kita sedang belajar, mengerjakan laporan, beristirahat, berbincang dengan teman, atau makan.
Menjadi sahabat karib Allah, yaitu dengan percakapan yang terus menerus. “Mendekatlah kepada Allah, maka Ia akan mendekat kepadamu.” Yakobus 4:8. Masalahnya, kedekatan kita dengan Allah bergantung pada pilihan kita sendiri. Persahabatan yang akrab dengan Allah adalah suatu pilihan, dan bukan kebetulan. Anda harus dengan sadar mengupayakannya. Apakah kita sudah benar-benar menginginkannya lebih dari apapun? Seberapa pentingnya persahabatan dengan Allah itu? Dan apakah untuk persahabatan itu kita bersedia meninggalkan hal-hal yang Ia tidak sukai?
2. Dibentuk untuk keluarga Allah
Kita diciptakan untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Tidak ada yang lebih penting dari sebuah hubungan yang baik, dan itu hanya dapat diwujudkan dengan kasih. Akhir kehidupan kita kelak juga akan dievaluasi berdasarkan kasih kita. Di surga kelak, Allah tidak berkata, “Ceritakanlah mengenai studi dan karirmu, pencapaian atau jabatanmu.” Sebaliknya, Allah akan melihat bagaimana kita melakukan orang lain, khususnya orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Yesus sendiri berkata, bahwa cara untuk mengasihi Dia adalah dengan mengasihi orang lain: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Galatia 5:6)
Kehidupan kita layak untuk kita bagikan dan jalani bersama-sama, dan bukan dengan seorang diri. Persekutuan kini telah kehilangan hampir sebagian besar maknanya. Persekutuan identik dengan gereja atau perkumpulan rohani. Persekutuan yang sesungguhnya adalah menjalani kehidupan bersama-sama. Bisa dengan orangtua, teman, atau sahabat. Di dalam sebuah persekutuan, kita belajar untuk “saling”, baik itu saling berbagi pengalaman dengan jujur, memberi, berkorban, melayani, dan menghibur.
3. Diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus
Kita diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus Yesus, itulah Firman yang diucapkan Allah saat menciptakan kita. “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita'” (Kejadian 1:26)
Menjadi seperti Kristus adalah proses pertumbuhan yang lama dan lambat. Tidak ada yang instan dalam mengikut Yesus. Ketika Allah ingin menciptakan hewan-hewan, Ia membutuhkan hanya satu hari. Ketika Allah menciptakan seluruh bumi dan isinya, Ia membutuhkan satu minggu. Namun, ketika Allah ingin membuat kita bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus, Ia memerlukan proses. Setelah kita mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, itu barulah langkah awal proses. Sisa kehidupan kita adalah kelanjutan proses awal tersebut. Perbuatan-perbuatan kita harus sejalan dengan iman kita kepada Kristus. Ingat, kekristenan bukanlah agama atau filsafat, melainkan sebuah hubungan dan gaya hidup.
Masalah selalu ada di dalam kehidupan kita. Namun, sebagai orang yang diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus, kita yakin Allah memiliki satu tujuan di balik segala masalah. Semua masalah merupakan kesempatan utnuk membangun karakter.
4. Dibentuk untuk melayani Allah
Kita ditempatkan di bumi ini untuk memberikan sesuatu. Allah ingin memakai kita untuk membuat perubahan di dalam dunia-Nya. Dia ingin bekerja melalui Anda. Dan cara termudah adalah dengan terlibat di dalam pelayanan: entah pelayanan yang bersifat rohani langsung atau tidak. Tidak ada alasan “terlalu sibuk” atau “saya tidak menemukan tempat untuk melayani” karena Allah akan meminta pertanggungjawaban kita atas hidup yang kita miliki kelak. Apakah hidup ini telah kita gunakan untuk melayani orang lain?
Allah membentuk kita untuk suatu tujuan, dan Dia berharap agar kita mengerjakan yang terbaik dari apa yang telah diberikan kepada Anda.
5. Diciptakan untuk sebuah misi
Allah kini bekerja di dunia. Dia ingin supaya kita bergabung dengan-Nya. Inilah misi kita. Apa beda misi dengan pelayanan? Jika pelayanan kita lakukan kepada orang-orang yang percaya, maka misi kita lakukan kepada orang-orang yang belum percaya.
Bagaimana dapat melakukannya? Pertama adalah dengan membawa berita sukacita Allah dan membagikannya melalui kehidupan kita. Kita dapat membagikan kehidupan kita yang telah diubahkan oleh Yesus. Kita membagikan kehidupan kita dengan menjadi teladan bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus, baik itu melalui pemikiran, perkataan, dan tindakan kita.
Hidup dengan tujuan adalah satu-satunya cara untuk sungguh-sungguh hidup. Selain dari itu, kita berarti hanya asal hidup saja. Suatu hari, Allah akan memeriksa tujuan-Nya dalam kehidupan ini: APakah kita menempatkan Yesus pada pusat kehidupan kita? Apakah kita mengembangkan karakter serupa dengan Dia> Apakah Anda memberikan kehidupan Anda untuk melayani orang lain? Apakah Anda membagikan kabar baik itu dan memenuhi misi-Nya? Dan apakah kita mengasihi sesama dan mengambil bagian dalam keluarga Allah?
Mengapa Daud dikatakan seorang yang berkenan di hati-Ku? (Kisah Rasul 13:22). Jawabannya adalah karena “Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya” (Kisah Rasul 13:36). Daud telah menghabiskan hidupnya untuk memenuhi tujuan-tujuan Allah di dunia. Kita berakhir pada kesimpulan ini, bahwa kita akan memuji Dia atas rencana-Nya dan hidup bagi tujuan-tujuannya.
Sumber gambar : http://www.evangelicaloutreach.org