Bekerja untuk Bisa Memberi
“Kalau kamu dah nikah, mau tetap jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau jadi ibu rumah tangga yaang?” itulah percakapan (chat) saya dengan Bertha pagi hari itu. Sebuah pertanyaan yang akhirnya menjadi panjang sekaligus menjadi kesempatan bagi saya untuk mengenalnya lebih dalam. Jawaban Bertha pagi itu, membuat saya jadi merenungkan kembali makna bekerja. “Dari orangtua juga bilang [aku] supaya tetap kerja. Masa aku dikit-dikit minta uang sama suamiku hanya untuk memberi sedekah [kepada yang membutuhkan],” tuturnya pagi siang itu. Apakah makna sebenarnya dari bekerja? Apakah benar kita bekerja untuk bisa memberi?
Bertha menambahkan, “Kerja itu memperluas wawasan kita juga, lebih pintar dalam manajemen waktu, bisa bantu ekonomi keluarga, dan penampilan tetap terjaga. Yang kerja sama ga kerja tu beda bangeet. Mereka [istri yang tidak bekerja] lebih curiga, suka gosip, dan terlihat lebih sombong.”
Apa yang dikatakan Bertha pagi itu ada benarnya. Pada dasarnya, bekerja adalah hakekat (natur) manusia. Dari sejak masa penciptaan, Allah menciptakan manusia dengan pekerjaan yang spesifik. Memberikan nama kepada semua ciptaan yang ada di Taman Eden. Manusia diciptakan sesuai “gambar dan rupa Allah” (Kejadian 1:26-27; 2:7). Dan karena Allah adalah Allah yang bekerja, maka demikian juga gambarnya akan bekerja juga.
Jadi, kerja menurut konsep Alkitab merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai suatu ibadah kepada-Nya dan sebagai bukti pelayanan manusia kepada sesamanya. Sesuai dengan kasih karunia Allah, manusia diperkenankan oleh Allah untuk menjadi kawan sekerja Allah. Artinya, manusia dapat bekerja sama dengan Allah untuk melayani Dia karena segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi kemuliaan-Nya.
Bekerja untuk Bisa Memberi
Hal ini juga membuat makna bekerja berubah dari pandangan umum dunia. Tujuan kerja bukan semata-mata lagi soal jabatan, kehormatan, atau banyaknya jumlah uang dan pencapaian semata. Uang memang penting untuk bisa melanjutkan hidup, begitu pula dengan jabatan. Namun, tujuan dari bekerja itu sebenarnya adalah pelayanan manusia kepada Allah dan kepada sesamanya. Hasil itu bukan dinikmati sendiri untuk bersenang-senang atau kepuasan diri sendiri. Hasil pekerjaan kita bisa kita gunakan untuk kebutuhan sesama yang sedang membutuhkan serta untuk memuliakan Tuhan. Persis seperti jawaban yang Bertha utarakan pagi itu. Kita bekerja untuk bisa memberi, salah satu bentuk pelayanan kepada orang lain yang paling mudah dilakukan.
Motivasi bekerja untuk bisa memberi kepada orang lain sungguh luar biasa! Terima kasih Bertha! Saya menutup tulisan ini dengan sebuah lagu yang sangat berkesan mengenai makna hidup, bahwa hidup kita ini adalah sebuah kesempatan.
Hidup Ini Adalah Kesempatan
Hidup Ini Untuk Melayani Tuhan
Jangan Sia-Siakan Hidup Yang Tuhan Beri
Hidup Ini Hanya Sementara
Oh Tuhan Pakailah Hidupku
Selagi Aku Masih Kuat
Bila Saatnya Nanti
Ku Tak Berdaya Lagi
Hidup Ini Sudah Jadi Berkat
Tulisan dalam tema yang sama:
- Pertemuan yang Tak Terduga
- Tuhan yang Menulis Cerita Cinta
- Bekerja untuk Bisa Memberi
- Komitmen dalam Pacaran
- Mengucap Syukur Setiap Hari
- Hadiah Ulang Tahun Terindah
- Selamat ulang Tahun Pacar Tersayang
- Renungan di Hari Jadian
- Bersyukur untuk Setiap Kebaikan Tuhan di Tahun Lalu