Belajar dari Raja Yoram
“Telah meninggal dengan tenang”
“Telah kembali ke Rumah Bapa di Sorga”
“Telah berpulang ke Rumah Bapa yang Kekal”
Ya, tulisan-tulisan di atas sering sekali muncul di halaman-halaman koran, khususnya mengenai berita dukacita atau obituari. Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, mereka dengan tulus menuliskan berita di koran. Selain itu, kalimat-kalimat di atas juga sering diungkapkan di dalam berita duka media-media lain, seperti radio atau televisi. Hampir bisa dipastikan, dalam pengumuman, selalu dipakai kata-kata yang menentramkan hati. Misalnya saja, tenang, damai, sejahtera, dan sebagainya. Ya, kata-kata ini dipakai untuk menghaluskan pengertian yang terasa mengerikan mengenai kematian.
Ya, pengumuman akan kematian seseorang sesungguhnya bisa jadi cerminan akan keadaan pada masa hidupnya. Kalau seseorang berbuat baik sepanjang hidupnya, –menolong orang, menciptakan sesuatu yang berguna, sering mendermakan uangnya, atau perbuatan lainnya– pasti saat dia meninggal dunia, orang-orang akan merasa sedih dan sangat kehilangan. Orang-orang kehilangan seseorang yang sungguh memberikan hidupnya bagi orang lain. Mereka kemudian datang ke penguburan dan memberikan penghormatan terakhir.
Alkitab juga mencatat banyak pengumuman akan kematian seseorang. Salah satu contoh adalah Musa. Coba lihat di Ulangan 34: 7-8, “Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati: matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu.” Lihat, karena begitu banyak yang dilakukan Musa bagi bangsa Israel. Musa sejak dari tanah Mesir, menjadi wakil Allah untuk menyampaikan firman Tuhan. Musa juga yang menjadi hakim apabila ada perkara di bangsa itu. Musa juga yang sering membela bangsa Israel di hadapan Tuhan Allah, apabila bangsa itu menjauh dan meninggalkan Tuhan Allah. Maka saat Musa meninggal, mereka semua larut dalam kesedihan, bahkan hingga 30 hari mereka menangisi Musa. Sungguh suatu penghormatan yang luar biasa bagi seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk melayani sebuah bangsa yang begitu besar.
Belajar dari Raja Yoram
Selain itu, Alkitab juga mencatat satu kisah yang sangat tragis. Sungguh sangat tragis bila membaca mengenai kisah tentang Raja Yoram di 2 Tawarikh 21:20, “Ia berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tapi tidak di dalam pekuburan raja-raja.” Lihat betapa tragisnya akhir hidup Raja Yoram. Dikatakan bahwa dia tidak dicintai orang. Ini adalah gambaran dari semua yang diperbuatnya sepanjang hidupnya. Dalam 2 Tawarikh 21: 12-13, “…Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Karena engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu…”
Saya tidak perlu lagi menjelaskan mengenai kejahatan yang diperbuat oleh Raja Yoram. Tapi ada satu hal yang bisa kita pelajari: Ingat dan taatilah semua perintah Tuhan Allah yang telah difirmankan-Nya kepada kita. Ya, saya yakin apabila kita menaatinya sepanjang hidup kita akan berhasil. Bahkan sampai kepada akhir hidup ini, kita masih dihargai oleh orang lain. Jangan sampai kita seperti Raja Yoram, meninggal dengan tidak dicintai orang. Berdoalah dan selalu minta tuntunan dari Tuhan, supaya kita dapat menjalani kehidupan ini dengan setia dan seturut kehendak-Nya, membahagiakan banyak orang, dan juga meninggalkan kenangan yang indah.
sumber gambar : blogspot